Sisi Lain.
2 Jam Kemudian.Terlihat burung-burung bernyanyi-nyanyi di atas udara, kicauannya begitu terdengar jelas hingga dalam ruangan. Tidak ada suara bisik dari seseorang, bahkan ponsel sekali pun. Hanya suara nyanyiannya burung di luar!
Dua seorang pria yang tengah terbaring lemas dengan perban di seluruh tubuhnya di atas ranjang seperti mayat tak berdaya, dengan infusan di tangannya. Tidak lama kemudian, salah satu dari mereka terbangun dari komanya yang cukup lama, sungguh luar biasa!
"D-di mana ini?" Matanya yang mencoba menerima cahaya terang dari lampu.
"Rumah sakit?" Tanyanya saat melihat infusan di tangan kanannya.
Saat merasa sudah melihat secara sempurna, ia langsung mengangkat tubuhnya sendiri dan duduk. Hingga akhirnya terasa seluruh tubuhnya sakit, ia tidak dapat bergerak bebas sebelum seluruh lukanya sembuh, jadinya ia hanya duduk dan mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
"Oh ya, Aamon," liriknya langsung ke arah pria yang masih terbaring lemas di samping kirinya.
"Untung aja gue gak mati buat selamatin lu, Aamon," gumamnya sambil tersenyum tipis.
"Tapi, di mana yang lain ya?" Ia langsung melihat sekelilingnya dengan bertanya-tanya.
Tengah-tengah sedang melamun, tiba-tiba sebuah teriakkan yang cukup keras membuyarkan lamuannya. Ia langsung melihat ke samping kirinya, terlihat seorang pria berteriak dengan cukup keras dan keringat yang banyak, membasahi wajahnya dan rambutnya.
"Natan ... Natan!?" Teriaknya kembali dengan keringat yang semakin bercucuran.
"Hei! Sadar Aamon! Kita lagi di rumah sakit!" Balasnya teriaknya.
"Fredrinn?" Liriknya Aamon.
"Natan selamat cok! Selow aja kali, kita lagi di rumah sakit ini, jangan malu-maluin!" Kesalnya Fredrinn di akhir kalimat.
"Kita kok bisa di sini cok?" Tanya herannya Aamon.
"Anjeng, pake acara gak inget segala," Fredrinn membuang napasnya dengan kasar.
Tidak selang beberapa waktu, Fredrinn menjelaskan dan menceritakan semua kejadian sebelumnya kepada Aamon, walaupun Fredrinn juga rada-rada ada yang lupa juga, tetapi setidaknya seingat dirinya menjelaskan semuanya kepada Aamon agar lebih jelas.
Panjang dan lebar Fredrinn menceritakan, membuat Aamon berterima kasih atas bantuannya dan segalanya, mungkin tanpa Fredrinn, keluarganya sudah mati di tangannya.
"Drama," balasnya Fredrinn dengan tertawanya yang lepas.
"Bangsat lu!" Kesalnya Aamon.
Hingga beberapa jam kemudian, mereka mulai merasa bosan karena hanya duduk dan berbaring saja di atas ranjang, mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena infusan di tangan mereka. Sampai-sampai satu ide gila muncul di pikirannya Aamon dan Fredrinn.
Aamon dan Fredrinn menatap satu sama lain, hingga akhirnya mereka berdua melepaskan infusannya dari tangannya bersama-sama, terlihat sebuah darah keluar dari tangan mereka.
"Huff, akhirnya gue bisa gerak juga," senangnya Aamon yang meregangkan tubuhnya langsung walaupun masih di perban.
"Enaknya ngapain?" Tanya Fredrinn sambil melepaskan perban di tubuhnya.
"Lu perbannya langsung lepas?" Herannya Aamon melihat Fredrinn.
"Iyalah, setengahnya lagi buat tangan gue yang berdarah ini," jelasnya Fredrinn.
"Iya udah deh, gue ikutan," Aamon pun akhirnya melepaskan perban di tubuhnya.
Terlihat dua pria itu melepaskan seluruh perban di tubuhnya masing-masing dan mengambil setengah perbannya untuk tangan mereka yang masih bercucuran darah, selain itu, terlihat tubuh mereka memiliki luka-luka yang sangat parah dan mengerikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Aamon and Natan
FantasyCerita gabut. - Toxic - Cringe - Gak nyambung - Banyak typo TIDAK ADA 18+!!! ISINYA HANYA HAL KEROMANTISAN ATAU BAHKAN LELUCON!!! Cerita ini terkhususkan untuk adik online saya, jadi kalau memang rada susah di mengerti alurnya, mohon maaf. Dan saya...