Part 10

267 15 0
                                    

10 Jam Kemudian.
Jam 22.10 Malam.

Di rumah sakit, terlihat seorang remaja muda menangis sambil memarahi seorang pria dan wanita di depannya. Tidak sanggup untuk menahan amarahnya, akhirnya selain mulut berbicara, tangan pun angkat bicara. Sebuah tamparan lolos begitu saja di pipi pria dan wanita itu, sungguh kecewa hati mereka.

"BAJINGAN! GARA-GARA KALIAN!! SUAMI GUE SEKARAT!!" Teriaknya dengan begitu keras hingga air mata tidak dapat di bendung.

"K-ku mohon, tenanglah Xavier," pasrahnya Natan yang hanya bisa menahan Xavier.

"GAK NATAN! MEREKA PANTES DI HUKUM MATI!!" Teriaknya kembali.

"SAMPAI KAPANPUN GAK GUE MAAFIN KALIAN BERDUA!!" Sungguh kata-kata itu menyakitkan bagi pria dan wanita itu.

Setelah memarahi mereka berdua, para dua ninja itu yang bernama Hayabusa dan Hanabi, akhirnya mereka di bawa pergi oleh pihak polisi untuk di jatuhkan hukuman. Kini sekarang Xavier hanya duduk sambil menangis, lalu Natan hanya memeluknya sambil menahan tangisannya.

Terlihat Valentina, Tigreal, Gusion, dan Yu Zhong memandang kedua remaja muda itu dengan rasa kasihan. Sampai-sampai Valentina menghampiri mereka dan seketika kedua remaja muda itu langsung memeluk tubuhnya Valentina, dengan bergelinangnya air mata.

"Udah nak, jangan nangis, Aamon sama Fredrinn gak bakal kenapa-napa kok," mencoba menenangkannya.

"Nenek minta maaf ya, gak bisa jagain mereka berdua," peluknya begitu kuat saat Valentina mengatakan hal itu.

"Kami juga minta maaf," tiba-tiba Tigreal dan Yu Zhong datang.

"Minta maaf sebesar-besarnya," sambungnya Yu Zhong.

Tidak ada jawaban, hanya tangisan, pelukannya pun semakin menguat saja, lalu terlihat kedua pundaknya Valentina mulai terasa basah akibat tangisannya Natan dan Xavier. Hati mereka benar-benar hancur, pikirannya kacau, intinya mereka hanya bisa menangis saja.

Waktu demi waktu, hingga akhirnya operasi selesai di tengah malam hari. Pasien di bawakan ke ruangannya dan sang dokter berbicara sebentar kepada mereka, mulai dari operasinya, luka-lukanya, pendarahan yang tidak kunjung selesai, dan lain-lain sebagainya. Tetapi sang dokter mengatakan kalau operasinya berjalan sempurna, sungguh luar biasa bukan?

Mereka terlihat begitu senang, terutama kedua remaja muda itu, setelah berbicara, sang dokter langsung berpamitan kepada mereka dan tidak lupa memberitahukan ruangan sang pasien.

"Sebaiknya kalian jenguklah suami kalian, kami pamit pulang aja," senyum manisnya Valentina kepada mereka.

"Kenapa nek?" Herannya Natan.

"Kami harus pergi ke kantor polisi untuk membicarakan hukuman buat dua ninja itu," panjangnya Valentina berbicara.

"Hukum mati aja, nek," balasnya Xavier dengan cuek.

"Baiklah, kami pergi ya, jaga suami kalian, terutama Natan yang bentar lagi nikah," godanya Valentinya sambil terkekeh membuat Natan tersipu malu.

Wajahnya begitu memerah seperti tomat, akhirnya mereka pergi meninggalkan Natan dan Xavier berdua, tidak lupa melambaikan tangan kepada mereka. Lalu Natan dan Xavier bergegas langsung pergi ke ruangan sang suami, langkah demi langkah, mereka berlari-lari kecil.

Mencari nomor ruangan sesuai yang di katakan oleh sang dokter, tidak selang beberapa waktu, Natan menemukannya, mengajak Xavier untuk masuk bersamanya. Pintu terbuka, terlihat di dalam ruangan, Aamon dan Fredrinn yang tengah terbaring tak berdaya di atas ranjang rumah sakit, dengan perban yang sangat banyak di seluruh tubuh mereka, kecuali bagian bawah mereka.

Just Aamon and NatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang