Bab 2-1

41.7K 1.8K 40
                                    

Bab 2-1

Matahari mulai bersembunyi ke tempat yang tak satu orang pun tahu, menyinari Reibeart dengan cahaya keemasannya. Kastil Seymour terletak di wilayah Seymour, bagian paling barat Reibeart, selalu menjadi pusat perhatian para turis domestik maupun mancanegara. Matahari akan tenggelam di belakang menara-menara tinggi kastil, memberikan pemandangan indah dan cahaya keemasan, kadang keunguan. Halaman belakang Kastil Seymour yang mencakup kebun anggur, mawar, dan rumah kaca, akan ramai setiap sorenya, dipenuhi oleh turis serta para pelayan. Jika dari kejauhan matahari tenggelam sudah mempercantik Kastil Seymour, ketika kita masuk ke dalam, pergi ke halaman belakang kastil kita dapat melihat matahari seakan di depan mata. Begitu besar dan bulat. Begitu indah dan romantis. Semua orang akan merasakan kebahagiaan dan kehangatan menjalar di hatinya, namun tidak bagi Thalia Ersa of Seymour.

Kegelisahan nampak di wajah putri buruk rupa itu. Ia berjalan dari satu sisi ke sisi ruangan yang lain dengan hentaman kaki kasar. Badannya memang selalu membungkuk, begitupun sekarang. Gaun ungu kelabunya tak ia ganti, ia masih memakai gaun kusam itu sampai sekarang..setidaknya sebelum makan malam. Tunggu, ia tak akan makan malam bersama ayahnya. Ayahnya belum pulang dari Waisenburg dan Thalia berharap pria yang ia hormati itu tidak akan pulang sebelum dirinya membereskan kekacauan di kamarnya ini.

Kamarnya kacau dan berantakan. Kertas-kertas sobekan dari buku gambar berserakan di seluruh pelosok kamar tidur sementara Thalia menginjaknya sambil berlalu lalang. Selain kertas-kertas berserakan, kamarnya tidak berantakan. Namun, kertas-kertas itu terlalu banyak. Sepulang dirinya dari halaman tengah, Thalia mengeluarkan sepuluh buku gambar, menyobek kertasnya satu persatu dan mulai menggambar apa yang ada di kepalanya. Sayang, ia tak berhasil menggambar gangguan di kepalanya, dan ia menjadi gelisah memikirkan gangguan itu.

Thalia menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan merentangkan kedua kaki dan tangannya. Berjalan dan menggambar sungguh melelahkan, namun ada yang bahkan lebih melelahkan daripada itu. Memikirkan. Memikirkan adalah salah satu tindakan yang melelahkan, walaupun orang-orang tak menyadarinya. Ada dua kemungkinan yang dihasilkan setelah kita 'memikirkan'. Kesenangan pribadi atau kegelisahan tak berujung. Dan, ironisnya, Thalia merasakan kegelisahan tak berujung, memikirkan seseorang.

-Alec of Reyes

Thalia menyampingkan tubuhnya dan mulai mengingat kembali wajah tampan pria itu. Mulutnya memang ketus, sikapnya arogan, dan di atas semuanya...pria itu membenci Thalia, tertera dengan jelas di wajah penuh pesonanya. Yah, itu hanya penilaian sekilas saja, sih. Thalia harus menghilangkan ingatannya akan wajah pria itu-Alec. Wajahnya, mata biru kelabunya, rambut hitamnya, tubuh atletisnya, dada lebarnya, kaki panjangnya..semuanya. Ia harus melupakan semuanya..namun, sayangnya, ia tidak bisa. Setiap detik, diperbolehkan atau tidak, Thalia akan selalu terkenang akan mata pria itu, menggambarnya di atas kertas dengan teliti dan tekun. Dan hasilnya adalah nol, sama sekali tak ada yang berhasil. Aneh. Thalia tidak bisa menggambar mata pria itu.

Entah kenapa dirinya tak bisa menggambar matanya. Ia sudah mencoba di atas ratusan kertas gambar, namun tak ada satupun yang berhasil. Di gambarnya akan ada selalu kekurangan kasat mata dan Thalia gelisah akan hal itu juga hal tentang pria itu. Sangat gelisah...bukan. Ia sangat menginginkan pria itu di depannya, duduk manis, menyunggingkan senyum terbaik, sementara Thalia menggambarnya cekatan tanpa harus meraih penghapus, Thalia akan menggambarnya tanpa kesalahan satupun. Rasanya ia bisa melakukannya jika pria itulah modelnya.

Thalia terbangun ketika mendapati seseorang mengetuk pintu kamarnya. Mata Thalia bergelimang cahaya bahagia menyadari nada ketukan itu mirip dengan kepunyaan ayahnya. Ayahnya sudah pulang dan Thalia ingin membukakan pintu untuk ayah tercintanya. Namun, ia tak mungkin membiarkan ayahnya melihat kertas-kertas penuh mata penghipnotis itu tercecer di lantai, menghalangi keduanya-ia dan ayahnya-berjalan ke sofa paling empuk di dekat jendela besar, satu-satunya benda untuk menatap santai matahari terbenam.

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang