Bab 17-1

13K 710 86
                                    

Kepada seluruh pembacaku yang setia menunggu Ugly Royale, 

Bab 17-1

 

            Alec ada di sana, sepanjang waktu. Selama tubuh dan pikirannya tak menjadi miliknya. Namun ia seolah dikungkung oleh kekuatan yang bahkan Alec sendiri tak mengerti. Ia melihat segalanya; tatapan histeris Thalia, raut wajahnya yang membuat Alec ingin bunuh diri. Ia juga merasakan begitu banyak hal. Kebingungan dan kemurkaan.

Berkali-kali ia menggedor pintu pikirannya sendiri, menjeritkan jangan atau tidak. Sesekali, tubuhnya itu menurut, menurunkan pistol kematian. Tapi, sebuah mantra kuno berbisik dari balik kepala Alec. Ia terus mencari-cari dan nihil. Suara lirih itu muncul begitu saja, sama seperti bisikan itu. Namun kali ini tidak hanya mendorong. Suara itu mengendalikan tubuhnya—Marilyn. Marilyn akan menggunakan Alec untuk membunuh Thalia.

Dan, Alec pernah berjanji akan melindunginya. Pernah. Rasa sakit menderanya. Ia malu pada dirinya sendiri, kini, berlutut, secara harfiah, pada penyihir yang membunuh kedua orangtuanya.

Alec mampu melihat lingkungan sekitar; kamar Marilyn. Namun penyihir itu tak mengizinkannya bertindak apapun selain memandang. Sebuah jeruji mengurungnya, di dalam tubuhnya sendiri. Dipenjara dalam diri sendiri. Bagus.

Marilyn, yang sedari tadi duduk meneliti Alec bagai bukit permata, akhirnya, memejamkan matanya. Kedua kakinya menyilang, salah satunya terangkat ke atas pahanya. Kuku-kukunya mengetuk lengan kursi seolah memperkirakan sesuatu. Merencanakan pembunuhan Thalia, mungkin.

“Ya Tuhan,” gerutu Marilyn. “Jangan memelototi aku seperti itu, Anakku. Aku tahu bagaimana ekspresimu di dalam sana.”

            Bebaskan aku.

            “Tidak. Kau akan mencoba membunuhku. Aku tak bilang kau pasti akan membunuhku—kau tahu sendiri, aku memegang kendali tubuhmu, Sayang.”

            Hentikan panggilan menggelikan itu, Penyihir Jalang.

            Marilyn menjentikkan jarinya yang dicat merah. Segera saja tubuh Alec membiru. Nadi pada lehernya berkedut liar. Alec mampu merasakannya. Tangan-tangan tak nyata yang mencekik lehernya. Sial.

            “Aku bukan penyihir. Tak seperti apa yang otak kolot kalian itu katakan padaku selama bertahun-tahun.” Marilyn menepuk dadanya, bibirnya tersungging miring. “Sebut aku Marilyn Agung, seorang pengguna Zahl Forming terhebat sepanjang masa. Maka, aku akan mengampuni tubuhmu.”

            Pergi saja ke neraka.

            “Kasar sekali.” Marilyn melangkah mendekat. Dalam satu detak jantung selanjutnya, kaki jenjang itu telah berayun keras. Menerjang kepalanya. Alec melolong. Namun tubuhnya hanya bergeming. Sebagian kecil kulitnya terkelupas; tepat di mana hak runcing itu menancap sekilas.

            “Jaga omonganmu.” Marilyn bersedekap dan menoleh ke kanan. Matanya berkilat menatap hamparan Reibeart di hadapannya.

            “Tidakkah menurutmu ini menakjubkan? Sudah tiga hari sejak kita mengambil alih Reibeart. Seymour telah benar-benar mati!” Marilyn terkekeh. Suaranya kering bagai bunyi besi karat beradu dengan lantai. “Aku sudah memimpikan ini sejak lama. Sejak lama.”

            Mata hijau ular itu kembali menyoroti ketidakberdayaan tubuhnya. Senyum mengejek mengembang di wajahnya yang mulai keriput. Kekurangan tumbal, ha?

            “Benar. Kurang.” Marilyn meraba wajahnya sendiri dengan kesal. “Kau tahu, mengapa aku ingin membunuh putrimu itu?”

UGLY ROYALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang