CHAPTER 02

349 40 0
                                    

Seorang pemuda tampan menatap kearah bangsal rumah sakit yang terdapat seorang gadis cantik diatasnya.

"Hampir 3 tahun.." Kata pemuda itu sembari tersenyum miris mengingat kejadian yang membuat gadis dihadapannya itu koma selama hampir 3 tahun.

Matanya memperhatikan lekukan wajah gadis didepannya dengan air mata yang mengalir deras. Pemuda itu menyesal, sangat menyesal.

"Kau bahkan menyelamatkan orang yang berperilaku jahat padamu. Kenapa? Kenapa kau menyelamatkannya?" Tanya pemuda itu dengan keras.

"BANGUN LIA! APA KAU SENGAJA MEMBUAT KAKAKMU INI HIDUP DALAM PENYESALAN?!" Ia berteriak dan meluapkan perasaannya meskipun gadis didepannya yang merupakan adiknya tidak bisa mendengar perkataannya.

Ia berharap adiknya bangun dan ia dapat menebus kesalahannya selama ini. Ia membanting gelas ke lantai dan memukuli dinding berkali-kali hingga tangannya luka dan mengeluarkan darah.

Para perawat dan dokter yang tidak sengaja lewat segera menahannya dan membawanya keluar ruangan. Ia terus meronta-ronta dan dengan penuh amarah, ia berteriak kepada para dokter dan perawat itu. "LEPAS! LEPASKAN AKU!"

Namun tetap saja pada akhirnya ia mengalah dan pergi keluar setelah kewarasannya kembali. Ia tidak mau adiknya melihat dirinya yang keras kepala dan menjadi takut padanya.

Ia pergi ke taman untuk menenangkan diri. Tanpa mengetahui sosok gadis yang merupakan adiknya telah bangun dari tidur panjangnya dan mendengar semua perkataannya.

Begitu sampai di taman, ia melihat teman-temannya juga berada disana. Ia melirik mereka sekilas dan mendudukkan diri dikursi yang lumayan jauh dari temannya. Ia tidak ingin teman-temannya melihatnya dalam keadaan seperti sekarang.

Pemuda itu, Arion Bryanx Dominic menundukkan kepalanya dan mencengkeram rambutnya untuk meredakan rasa sakit dihatinya ketika melihat keadaan adiknya yang begitu memprihatinkan.

Adiknya, Cecilia masih tetap sangat cantik meskipun harus berjuang dengan rasa sakitnya dan kini dalam keadaan antara hidup dan mati.

Ia masih ingat ketika sadar dengan keadaan tubuh yang terluka. Kedua orang tuanya langsung memeluknya dan memberikan kasih sayang mereka kepadanya.

Namun sekarang? Kedua orang tuanya benar-benar tidak menjenguk Cecilia sama sekali.

Apa salah adiknya?

Bukankah adiknya juga merupakan anak kandung kedua orang tuanya?

Namun kenapa mereka membencinya?

Ia juga tidak mengerti kenapa dulu begitu membenci Cecilia. Adiknya masih begitu kecil dan membutuhkan kasih sayang keluarganya. Namun keluarganya mengacuhkannya dan tidak memedulikannya sama sekali.

Arion berjanji tidak akan pernah mengacuhkan dan menyakiti adiknya lagi. Arion terus melamun namun hatinya sudah sedikit tenang. Ia merasakan perasaaan hangat begitu memikirkan tentang Cecilia, adik kecilnya.

Ketika mendengar langkah kaki, Arion mendongak dan melihat beberapa pemuda seusianya tengah menatap dirinya dengan bingung.

"Yon?" Sapa salah satu dari mereka dengan ragu.

Penampilan Arion sangat berantakan hingga mereka terperangah. Arion selalu rapih. Ia tidak pernah memperlihatkan keadaannya yang berantakan sebelumnya. Bahkan saat dalam keadaan marah, ia masih dapat mengendalikan emosinya.

Memang Arion setenang itu. Ini pertama kalinya mereka melihat Arion dalam keadaan berantakan seperti ini.

Arion tidak menjawab apapun. Ia menatap mereka sekilas dan berdiri dari kursinya lalu pergi begitu saja. Ia mengacuhkan teman dan sahabat seperjuangannya.

𝐀𝐏𝐇𝐑𝐎𝐃𝐈𝐓𝐄: 𝐓𝐡𝐞 𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐃𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐝𝐚𝐧𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang