CHAPTER 03

288 39 4
                                    

Aphrodite bergerak untuk menekan tombol disamping ranjang rumah sakit. Setelahnya ia menunggu kedatangan dokter atau perawat sembari memperhatikan cedera ditubuhnya dengan serius. Sepertinya ia lumpuh dan bisu untuk sementara.

Aphrodite juga berharap ia mendapatkan ingatan tentang masa lalu jiwa dari tubuh yang ia tempati sekarang. Jika tidak, ia harus berpura-pura amnesia sampai ia mendapatkan ingatannya. Tidak mungkin ia memberitahu semua orang bahwa ia adalah Aphrodite dan ia menempati tubuh orang lain.

Apalagi kalau ia dihadapkan dengan seseorang yang mengenal jiwa sebelumnya dari tubuh yang ditempatinya sekarang ini. Ia pasti kebingungan dan mereka akan mencurigainya. Namun ia tidak sebodoh itu oke?

Ketika pintu terbuka, disana terdapat seorang dokter dengan beberapa perawat disampingnya yang menatap kearah Aphrodite. Mereka terlihat sangat terkejut dan terengah-engah namun Aphrodite tidak peduli.

"Kamu sudah bangun?" Aphrodite mendengus dalam hati begitu dokter itu bertanya pertanyaan aneh kepadanya.

Apa dokter tidak melihat matanya yang terbuka?

Lalu kalau ia memang masih belum bangun, siapa yang memencet tombol untuk memanggilnya?

Memangnya ada orang lain di ruangan ini selain dirinya?

Atau ia berpikir bahwa, hantu yang melakukanya?

Melihat bahwa pasiennya hanya diam saja, dokter dan para perawat segera memeriksanya.

"Nak, apa kamu butuh sesuatu?" Tanya salah satu perawat ketika melihat Aphrodite terus menerus menatap kearah meja kecil yang ada disana, seolah-olah memberinya isyarat bahwa ia membutuhkan sesuatu.

Aphrodite mengangguk dan menggunakan bahasa isyarat. 'Tenggorokan terasa serak, ingin minum!'

Perawat itu buru-buru mengambilkan gelas yang berisi sebotol air kepadanya yang langsung Aphrodite minum meski agak ragu-ragu.

Aphrodite tercekat, tenggorokannya terasa sangat sakit dan ini begitu menyakitkan. Jadi Aphrodite buru-buru menelan air minum dengan terburu-buru hingga hampir tersedak.

Sepertinya ia tidak akan makan ataupun minum lagi untuk beberapa hari kedepan. Setidaknya sampai tenggorokannya membaik.

Aphrodite tanpa sengaja menjatuhkan gelas hingga air didalamnya membasahi kasur dan pakaiannya.

Aphrodite merasa kepalanya sangat pusing. Tatapannya agak menggelap dan beberapa ingatan muncul di kepalanya seperti sebuah film layar lebar yang sedang diputar.

Cecilia Valentine Dominic adalah nama tubuh yang ditempatinya. Usia Cecilia baru 13 tahun. Kesehariannya dirumah adalah sarapan-homeschooling-mengerjakan tugas-mendekati keluarga-mengurung diri dikamar.

Yah, Cecilia termasuk tipe gadis baik-baik yang sangat penurut namun agak serakah akan kasih sayang. Namun ia akan bersikap jahat, dingin, egois, sombong dengan orang-orang selain keluarganya.

Aphrodite kurang menyukai sifatnya yang terlalu serakah. Namun memang sejak kecil gadis itu tidak pernah mendapatkan perhatian ataupun kasih sayang.

Jadi menurut Aphrodite, sifat keserakahannya adalah kesalahan orang tua dan kakaknya.

Arion Bryanx Dominic, nama kakak laki-laki Cecilia yang kini berusia 17 tahun. Sekaligus ahli waris Dominic.

Ah, jadi sosok yang tadi masuk kedalam ruangan rumah sakit dan menyebabkan keributan itu adalah kakak Cecilia? Yah, Aphrodite tidak berharap ia sadar dan menyesal secepat itu.

Perilaku kakak Cecilia-Arion-terhadap Cecilia sangat lah buruk. Meskipun tidak seburuk kedua orang tua Cecilia memperlakukan Cecilia.

Arion adalah seorang yang pendiam namun wajahnya sangat lah dingin dan tidak tersentuh.

Ketika Cecilia berusaha untuk mendekati kakaknya dan mengajaknya bermain bersama, Arion mengacuhkannya.

Arion bahkan mengumpat dan menghina Cecilia. Tidakkah itu keterlaluan untuk seorang gadis berusia 12 tahun?

Arion tidak pernah bertindak kasar. Sekali-kalinya Arion marah, ia hanya mendorong Cecilia hingga terjatuh ke kolam. Namun Cecilia dapat berenang dengan sangat baik dan itu bukan masalah.

Dan yang terjadi adalah Cecilia seakan-akan buta dan tuli atas penolakan Arion. Cecilia bahkan kembali mengikuti (mengganggu) Arion.

Sedangkan kedua orang tua Cecilia, Arthur Conan Dominic dan Celine Adrianna Deacon memperlakukan Cecilia seolah-olah ia adalah hama yang mengganggu kehidupan keluarga Dominic.

Tidak ada yang menyukai Cecilia, kecuali Pak Ansel dan Bi Aya. Pasangan suami-istri yang bekerja sebagai supir dan asisten rumah tangga di Mansion Dominic.

Ketika kebakaran di Mansion terjadi, pak Ansel dan Bi Aya sedang cuti sehingga mereka tidak mengetahui kejadian mengerikan itu. Begitu mereka kembali, mereka mendapatkan kabar bahwa Cecilia mendapatkan luka yang parah dan koma untuk waktu yang sangat lama.

Mereka adalah satu-satunya orang selain Arion yang menjenguk Cecilia di waktu senggang. Mereka benar-benar menyayangi Cecilia seperti mereka menyayangi anak mereka sendiri. Mereka terluka hingga sampai menangis ketika melihat keadaan Cecilia.

Paman dan bibi Cecilia yang lain, tidak memiliki hubungan yang baik dengan Arthur dan Celine. Sedangkan Cecilia tidak memiliki teman. Ia hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri.

Ada beberapa waktu saat ia tidak menyukai teman perempuan kakaknya dan selalu mengancam mereka diam-diam untuk berhenti menjilat Arion. Oleh karena itu, ia memiliki cukup banyak musuh di umurnya yang masih muda.

• • •

Hal pertama yang Arion inginkan adalah adik tercintanya, Cecilia bangun dari komanya. Makanya, ketika Arion mendengar bahwa adiknya sudah bangun, ia langsung melesat pergi menuju kamar rumah sakit yang ditempati oleh adiknya.

Ketika Arion membuka pintu, ia melihat Cecilia yang kebetulan sedang memperhatikannya juga. Tanpa sadar air mata keluar dari kedua matanya yang memerah ketika melihat mata Cecilia yang terlihat sangat indah meskipun gadis itu kelihatan agak pucat.

Arion menghampiri adik tercintanya lalu mencium kening Cecilia. Arion sangat bersyukur karena Cecilia sudah bangun dari komanya.

Meskipun hatinya sakit ketika melihat Cecilia yang menatapnya dengan datar. Apalagi ketika ia mencium kening gadis itu yang terlihat mengerutkan dahinya.

"Lia..." Arion tersenyum sendiri mendengar panggilannya untuk sang adik. Nama yang ia lantunkan, entah kenapa terasa sangat manis dibibirnya.

Namun Arion terdiam ketika merasakan perasaan aneh yang sangat tidak nyaman dihatinya. Mencoba untuk berfikir positif, Arion pun mengajak adiknya berbicara.

"Sayangnya kakak, kakinya masih sakit ya?"

"..."

"Jangan ngambek gitu dong, nanti kakak marah nih."

"..."

"Lia, kamu dengar kakak kan? Kakak ingin mendengar suara kamu sekali saja ya?"

"..."

"Dok! Adik saya kenapa?!"

"Pasien didiagnosis tidak dapat berbicara dan lumpuh untuk sementara."

Dunia Arion hancur ketika membayangkan adiknya yang baru berusia 15 tahun harus mengalami sesuatu yang mengerikan seperti ini.

• • •

To be continue.

Vote dan komennya hayuk!

𝐀𝐏𝐇𝐑𝐎𝐃𝐈𝐓𝐄: 𝐓𝐡𝐞 𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐃𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐝𝐚𝐧𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang