CHAPTER 06

284 33 2
                                    

Persis didepan markas terdapat ratusan pria dengan jas yang berbeda-beda. Salah satu kubu yang berada paling dekat dari markas itu memiliki gambar sabit tajam yang merupakan peralatan Grim Reaper atau yang diartikan sebagai Malaikat Maut.

Seperti namanya, Grim Reaper ini merupakan geng yang paling ditakuti dan dikagumi oleh banyak orang. Karena Grim Reaper ini biasanya menghapuskan orang-orang yang meresahkan dan menghambat perkembangan dunia. Semacam penjahat yang tidak bermoral lah.

Grim Reaper ini sudah ada sejak lama dan masih menjadi yang nomor 1 di Indonesia. Jadi jangan heran bahwa geng ini memiliki banyak musuh yang menginginkan kekuasaan Grim Reaper kecuali Wolf Gang.

Sedari dulu, Grim Reaper dan Wolf Gang tidak pernah akur dan selalu berperang setiap kali mereka bertemu. Entah apa alasannya, hal itu seperti sudah tertanam di nadi mereka semua. Padahal baik Grim Reaper maupun Wolf Gang, tidak pernah menginginkan kekuasaan masing-masing pihak.

Mereka hanya melanjutkan dendam pendiri Grim Reaper dan Wolf Gang yang padahal dulunya adalah bersahabat. Namun, entah apa yang terjadi hingga kedua geng itu bermusuhan dan menjadi Rival setelahnya.

"Gue terus terang aja! Sebaiknya lo ga menyesal ketika Grim Reaper menang nanti." Perkataan Carlos, tangan kanan dari sang ketua Grim Reaper membuat seluruh anggota Grim Reaper yang ada disana berdesis. Mereka semakin tidak sabar untuk berperang ketika mendengar ucapan Carlos.

Anggota Wolf Gang menatap anggota Grim Reaper dengan penuh amarah, terlihat dari raut wajah mereka. Kecuali si ketua Wolf Gang yang justru tersenyum miring dan terkekeh kecil.

Sikapnya yang seperti psycho dan auranya yang begitu pekat membuat semua anggota Grim Reaper merinding ketakutan. Kecuali Damian, Carlos, Arion, Julio, Vero dan Daniel.

"ATTACK! (Serang!)" Teriak Damian yang sudah jengah mendengar perbincangan (pembacotan) kedua geng itu yang tidak ada habisnya.

Theodore, sang ketua Wolf Gang ikut berteriak "attack!" sehingga seluruh anggota Wolf Gang berlari dan menyerang anggota Grim Reaper yang berlari kearah mereka.

Pertempuran pun dimulai dengan membabi buta.

Baik seluruh anggota Grim Reaper maupun anggota Wolf Gang sama-sama menunjukkan kekuatan tempur mereka. Semuanya berjuang keras untuk menang.

Di tengah-tengah pertempuran Damian melawan Theodore, Damian tidak henti-hentinya membatin agar ini cepat selesai sehingga ia dapat kembali ke rumah sakit.

Entah kenapa, ia menjadi gelisah ketika memikirkan adik dari sahabatnya itu sendirian dirumah sakit apalagi kondisi Aphrodite yang membuat gadis itu terbatasi oleh keadaan.

Ketika melihat Damian sedikit lengah, Theodore langsung memukulnya habis-habisan sampai tubuh Damian penuh luka. Theodore tertawa mengejek lalu membuang darah didalam mulutnya ketika Damian balas memukul rahang dan wajahnya.

"Damian, Damian.. Mau bagaimana pun, lo ga bakalan menang melawan gue!" Ejek Theodore disela-sela pertempurannya dengan Damian.

Damian mengeratkan tangannya dan memukul tepat dihidung Theodore hingga hidung cowok itu mengeluarkan darah. Damian terpancing emosi mendengar perkataan Theodore, apalagi ia masih dengan pikiran yang mengkhawatirkan Aphrodite.

Pertempuran terus berlanjut. Tidak ada yang ingin mengalah. Baik itu Grim Reaper dan Wolf Gang sekalipun, berpikir bahwa mereka tidak akan menyerah sampai titik penghabisan.

Yah, jika Aphrodite disana, mungkin ia akan langsung bertepuk tangan dengan bangganya. Sungguh pertunjukkan yang mengesankan.

• • •

Aphrodite yang sedang berada di kamar rumah sakit berpikir bahwa untuk pertama kalinya ia agak menyesal harus melewatkan pertunjukkan yang mengesankan itu hanya karena alat-alat rumah sakit.

Menyebalkan!

Namun, ketika ia memikirkan nyamuk kecil yang akan menjadi mangsanya, ia tertawa dalam hati.

Suasana sedih karena melewatkan pertunjukkan terhapus dan tergantikan oleh kesenangan dalam menangkap nyamuk. 'Huh! Seekor nyamuk akan menjadi mangsaku hari ini!' Batinnya kesenangan.

Aphrodite memejamkan matanya ketika mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat. Profesionalisme-nya dalam mendengar langkah kaki dan helaan nafas tidak boleh diragukan sama sekali.

Bahkan tanpa kesalahan yang diperbuat oleh musuhnya, Aphrodite pasti mengetahui keberadaan mereka. Ya, tentu saja. Jangan meragukan Aphrodite!

Langkah kaki yang mendekat seolah beriringan dengan degupan jantung Aphrodite yang berdebar kencang. Meskipun tidak mengetahui siapa musuhnya kali ini, Aphrodite masih tetap tenang sembari merasakan gerak-gerik yang dibuat oleh pembunuh bayaran ini.

Jangan meremehkan pembunuh bayaran. Apalagi pembunuh bayaran dari asosiasi terkenal, mereka tidak akan pernah ingin gagal dalam usaha pembunuhan yang dilakukan.

Oleh karena itu, mereka selalu berhati-hati dalam proses membunuh. Karena mereka tidak akan mengetahui bahaya apa yang dapat muncul kapan pun.

Yah, seperti kali ini. Tetapi sayangnya, pembunuh bayaran dan orang itu telah mencari lawan yang salah.

Aphrodite merasakan pembunuh bayaran itu mengambil pisau dari selipan celananya dan siap untuk membunuh Aphrodite detik itu juga. Namun, sebuah pisau buah menancap di matanya dengan cepat tanpa dapat dihindari. Kemudian, sepasang tangan meraih lehernya dengan erat. Pembunuh bayaran itu tidak dapat bereaksi dan langsung berhenti bernafas detik itu juga.

Mengerikan.

Aphrodite tertawa dalam hati melihatnya. Ia merasa seperti menangkap seekor nyamuk. Yang pertama, tentu saja membuat nyamuk itu mendekati kita secara perlahan dan bersikap seolah tidak memperhatikan. Lalu membunuhnya dalam satu tarikan nafas. Selesai. Pembantaian nyamuk teratasi dengan baik.

Dengan senyuman di wajahnya, Aphrodite perlahan mengambil kembali pisau yang sebelumnya tertancap di mata si pembunuh.

Huh! Pisau ini selain digunakan untuk mengiris atau memotong buah, ternyata juga bisa digunakan untuk mengiris mata dan memotong tubuh manusia.

Aphrodite mencoba untuk mengambil tisu tetapi tempat tisu agak jauh dari tempatnya saat ini. Jadi, karena tidak memiliki cara lain, Aphrodite mengambil darah nyamuk itu di pisau ke tangannya lalu ia masukkan ke dalam mulutnya. 'Ewh, menjijikan.' Batin Aphrodite.

Berpikir bahwa kelumpuhan dan kebisuannya untuk sementara ternyata mengganggu proses bermainnya. Aphrodite menjadi kesal.

Lihat saja, akan ia pastikan penyebab kelumpuhan dan kebisuannya ini akan menderita sampai-sampai ia lebih memilih kematian dibandingkan harus menjalani hidup!

Seringai menyeramkan terpatri di bibir Aphrodite.

• • •

To be continue.

- - -

Votenya yuk biar double up!

Follow juga bisalah.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Publish: 20/06/2023

𝐀𝐏𝐇𝐑𝐎𝐃𝐈𝐓𝐄: 𝐓𝐡𝐞 𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐃𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐝𝐚𝐧𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang