CHAPTER 04

317 35 0
                                    

"Nah ini dia tempatnya."

Arion dan Aphrodite sekarang berada di taman rumah sakit tempat Aphrodite dirawat.

Setelah 2 hari semenjak Aphrodite didiagnosis tidak dapat berbicara dan lumpuh untuk sementara, Arion hampir tidak dapat tidur dengan nyenyak karena selalu terbayang oleh perbuatannya dimasa lalu.

Ia selalu terbayang wajah Cecilia dimasa lalu yang masih mempertahankan senyumannya padahal Arion selalu mengacuhkannya.

Saat mereka sedang menikmati suasana, tiba-tiba saja datang segerombolan pria yang berjalan mendekati mereka.

"Yon!" Sapa salah satu dari mereka yang wajahnya kelihatan paling ramah.

Arion sebenarnya malu ketika mengingat kembali saat ia menangis ditaman dan mengacuhkan teman-teman nya itu.

Tapi ia berusaha mempertahankan ekspresi wajahnya seperti biasa didepan Aphrodite. Tentu saja ia malu kalau sampai Aphrodite mengetahui hal itu.

"Hmm." Keadaan jadi canggung setelah Arion membalas. Meski begitu, segerombolan pria itu tidak marah karena sifat Arion memang seperti itu. Itu artinya Arion sudah kembali menjadi dirinya sendiri lagi.

Beberapa dari mereka justru memperhatikan Aphrodite secara terang-terangan dengan bingung. Sementara yang lainnya hanya diam dan melirik sedikit kemudian membuang muka.

Meraka tidak terbiasa berada didekat perempuan. Apalagi sampai harus melakukan kontak fisik. Meskipun ada salah satu dari mereka yang kelihatan play boy, namun sebenarnya tidak seperti itu.

Arion dan teman-temannya memang sedari dulu tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Jadi wajar saja kalau mereka tidak pernah pacaran atau berlama-lama berdekatan dengan perempuan.

Arion yang memperhatikan itu semua pun menghela nafas dengan agak jengkel. Sebagai seorang kakak, tentu saja ia tidak suka dengan teman-temannya yang memperhatikan adiknya itu. Entah bagaimana, sifat posesif Arion telah kambuh.

"Ekhem," Dibawa deheman Arion, para pria itu akhirnya mengalihkan perhatian mereka ke Arion.

"Ini adik gue, Cecilia." Arion memperkenalkan adiknya sembari mengusap kepala sang adik dengan perlahan.

Aphrodite yang tadi hanya diam saja pun akhirnya memperhatikan teman-teman kakaknya yang balas memperhatikan nya.

Sejak masih menjadi Aphrodite, ia bisa memperkirakan emosi orang lain. Jadi meskipun orang itu berpura-pura baik padanya, ia akan mengetahui topeng busuk orang itu.

Dan sekarang, ia dapat melihat emosi dalam diri mereka yang tampaknya kebingungan. Cara mereka melihat kakaknya seperti cara sahabat-sahabat nya memperhatikannya.

Karena itu pula, Aphrodite tersenyum kepada mereka. Meskipun hanya senyum tipis, namun hanya ini yang mampu ia lakukan.

Arion terkejut melihat senyum Aphrodite, ia kira adiknya akan tertekan dengan perhatian teman-temannya itu kepadanya. Namun siapa kira bahwa tanpa ketakutan sedikit pun, Aphrodite tersenyum seolah menyambut semua temannya itu.

Kelima orang yang merupakan teman Arion itu juga terkejut. Namun mereka balas tersenyum kepada Aphrodite. Tampaknya gadis kecil itu adalah gadis yang sangat baik.

"Lia, ini teman-teman kakak." Arion memberitahu teman-temannya untuk memperkenalkan diri mereka sendiri.

"Halo cantik, kenalin cowok terganteng didunia, Julio Alistair Watson. Panggil aja kak Lio yaa!" Julio atau cowok ramah yang menyapa Arion tadi adalah teman Arion yang paling berisik dan bawel. Ia dengan pedenya menyisir rambutnya kebelakang dengan penuh pesona. Pasien lain yang melihatnya langsung menjerit kesenangan karena wajah mereka yang rupawan.

Arion yang mendengar perkataan temannya yang kelewat pede pun hanya berdecak. Ia menutupi mata Aphrodite ketika melihat Julio yang tebar pesona.

"Dasar cowok buaya." Kata cowok disebelah Julio sembari menggelengkan kepalanya melihat kelakuan temannya itu.

"Sembarangan!" Balas Julio tidak terima karena merasa dipermalukan didepan cewek cantik a.k.a Aphrodite. Cowok di sebelah Julio hanya balas mendelik lalu tersenyum kearah Aphrodite.

"Hai cantik, kenalin Alvero Lincoln Miles, yang paling waras. Panggil aja kak Vero yaa cantik." Vero mengedipkan sebelah matanya kepada Aphrodite.

"Carlos Alberto Goncalves, panggil aja Carlos." Kata Carlos yang sedari tadi diam. Carlos tersenyum ramah kepada Aphrodite.

"Ekhem, kenalin Daniel Stefanno Wyatt, panggil aja kak Daniel ya. By the way, ini sepupu gue namanya-"

"Damian Connor Wyatt." Potong Damian ketika melihat sepupunya yang ingin memperkenalkannya. Damian menatap tidak suka kearah Daniel.

"Eh, eh, tumben ngomong."

Daniel menatap cengo kearah sepupunya. Begitupun dengan Arion dan yang lainnya kecuali Aphrodite. Mereka terkejut karena Damian yang mirip kulkas berjalan itu berbicara. Biasanya hanya mengangguk dan menggeleng saja, bahkan tersenyum pun jarang.

Jika saja mereka melihat Damian tersenyum tipis yang hampir tidak terlihat kalau tidak dilihat dengan lebih jelas tadi. Mungkin reaksinya akan lebih parah. Karena Damian tidak suka tersenyum sama sekali. Bahkan tersenyum tipis pun tidak.

Aphrodite diam sejenak sebelum menganggukkan kepalanya dengan wajah tanpa ekspresi. Sedari tadi ia bahkan tidak mengeluarkan suaranya yang membuat teman-teman Arion penasaran.

Julio dan kawan-kawan, kecuali Damian ingin bertanya mengenai keadaan Aphrodite namun, mereka takut menyinggung atau menyakiti perasaan Aphrodite. Akhirnya mereka memilih untuk menyerah bertanya. Biarlah mereka bertanya kepada Arion nantinya.

Arion dan teman-temannya kecuali Damian itu pun berbincang-bincang bersama. Sedangkan Damian justru memperhatikan Aphrodite yang sedang melamun.

Arion yang diam-diam memperhatikan tatapan Damian pun langsung kesal. Ia merasa sebal ketika menyadari bahwa Damian sepertinya menaruh perhatian kepada adik tercintanya.

Daniel menatap bingung sepupunya itu namun ia tidak berani menegur sepupunya yang menyeramkan ketika marah.

Julio dan Vero berpura-pura tidak mengetahui tatapan Damian yang penuh perhatian. Sedangkan Carlos memandang Damian dan Aphrodite dengan pandangan rumit.

Sebelum Matahari terbenam, Arion pamit kepada teman-temannya untuk kembali ke kamar rumah sakit Aphrodite berada.

"Duluan."

Teman-temannya balas mengangguk dengan Damian yang masih memperhatikan Aphrodite dari ekor matanya.

Awalnya memang mereka hanya berencana untuk menemani Arion ketika melihat pria itu tiba-tiba menjadi tidak waras.

Namun setelah kakak Aphrodite itu kembali waras, mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang dan kembali lagi besok untuk melihat Arion dan Aphrodite tentunya.

• • •

To be continue

- - -

Vote sama komennya udah? Makasih^^

• • •

Publish: 08/06/2023

𝐀𝐏𝐇𝐑𝐎𝐃𝐈𝐓𝐄: 𝐓𝐡𝐞 𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐃𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐝𝐚𝐧𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang