CHAPTER 07

270 27 0
                                    

Sekumpulan pemuda tampan sedang berkumpul di sebuah markas. Sayangnya, wajah-wajah tampan itu tertutupi oleh bekas luka yang lumayan mengerikan.

"Pelan-pelan bodoh!" Teriak Daniel saat Julio menekan lukanya dengan kencang.

"Heh! Udah diem aja! Masih mending gue bantuin!" Hardik Julio tidak terima. Udah dibantuin malah ngelunjak. Pas berantem aja, nggak ada tuh ngeluh sakit atau apa. Tapi giliran diobatin aja baru ngeluh sakit.

Carlos yang melihat keduanya bertengkar pun jengah. "Diem!"

"..." Julio dan Daniel diam dan berhenti bertengkar.

Di seberang, Vero sedang mengobati lukanya sendiri dan Arion yang sedang gelisah.

"Cabut!" Perintah Damian ketika melihat Arion yang tiba-tiba saja pergi. Melihat kepergian Arion dan Damian yang menyusul, keempat yang tersisa ikut pergi meninggalkan markas.

• • •

Melihat pisau buah yang bersih tanpa darah, Aphrodite kembali meletakkannya ke tempat pisau buah berada sebelumnya. Dengan keadaan yang masih gelap gulita, itu menguntungkannya untuk membunuh tanpa terlihat oleh kamera CCTV.

Aphrodite berusaha untuk duduk dengan susah payah lalu mengambil tongkat infus di sebelahnya dan mendorong mayat nyamuk itu menjauh. Ia mendorongnya hingga sampai lumayan dekat ke arah pintu.

Kemudian mengambil gelas yang berada tidak jauh dari tempatnya dan melemparnya ke mayat itu tepat di bagian wajahnya. Ia melakukannya dengan keras, agar seolah-olah ia membunuh nyamuk itu dengan menggunakan gelas yang ia lempar dengan panik.

Apalagi posisi mayat itu yang berdekatan dengan pintu, membuatnya terlihat seperti ia kaget dengan orang yang masuk ke kamarnya dan langsung melemparinya dengan gelas hingga meninggal.

Aphrodite terkekeh dalam hati ketika memikirkan sandiwara yang dibuatnya. Ia berpikir bahwa pertunjukkan yang dibuatnya, tidak buruk juga. Sembari mengatur ekspresinya, Aphrodite menunggu saat-saat pencahayaan kembali menyala untuk dapat melanjutkan pertunjukannya.

Tepat ketika lampu menyala, Aphrodite masih berada di tempatnya sembari mengatur nafasnya. Keadaannya yang berantakan dengan helaian rambut yang menutupi wajahnya membuatnya terlihat seperti ia baru saja membunuh orang untuk pertama kalinya.

Raut wajahnya kelihatan agak kaget meski berusaha ia tutupi. Terlihat ia berusaha menahan ketakutannya ketika melihat mayat yang tergeletak di kamarnya.

Tangannya bergerak untuk mengambil handphone yang tertinggal di atas meja. Tepat ketika ia akan menekan nomor kontak yang tertera di sana, pintu terbuka dengan suara kencang bersamaan dengan suara-suara yang memanggil namanya.

"LIA!" Panggil seseorang yang kini menjadi kakaknya, Arion dan teman-temannya.

Arion memeluknya dengan erat setelah menginjak wajah mayat di dekat pintu. Teman-temannya juga mendekatinya tanpa menyadari keberadaan mayat itu. Yah begitu lah, mayat itu kini menjadi korban injakan beruntun.

"Lia, maafkan kakak! Seharusnya kakak tidak meninggalkanmu sendirian!" Arion menyesal, seharusnya ia tidak meninggalkan adiknya sendirian dalam kegelapan.

Aphrodite berdecih dalam hati. 'Bodoh! Lalu kenapa kau tidak memberi penjagaan yang ketat di kamar ini! Yah, meskipun aku harus berterima kasih karena perbuatanmu, aku kini memiliki mainan baru.'

"PAAN NIH!" Teriak Julio ketika menyadari bahwa ada mayat di dalam kamar itu. Arion dan teman-temannya pun sadar akan keberadaan mayat di dekat mereka.

"BILLY!" Teriak Arion dengan marah. Pemuda itu memanggil seseorang yang menjadi penjaganya selama 2 tahun belakangan, Billy Corner.

"Tuan muda." Hormat Billy sembari keluar dari persembunyiannya.

"Bagaimana bisa ada lalat masuk ke dalam kamar adikku!" Mata Arion berkilat kejam. Ia menuntut penjelasan dari penjaga yang ia suruh menjaga kamar adiknya.

"Maafkan saya tuan muda." Billy membungkuk di hadapan Arion. Sebenarnya ia tidak menjaga Cecilia seperti yang Arion inginkan. Billy hanya menyuruh bawahannya untuk menjaga Cecilia sedangkan ia menjaga Arion. Menurutnya, tugasnya adalah menjaga Arion, bukan orang lain. Meskipun atas perintah Arion sekalipun.

Arion semakin kesal. Tanpa kasihan, ia berkata. "Tunggu hukumanmu!"

"Baik tuan muda." Billy ketakutan ketika merasakan aura gelap dan tatapan tajam tuan mudanya. Billy menahan ketakutannya ketika mendengar kata 'hukuman' dari tuan mudanya. Ini adalah pertama kalinya ia dihukum.

Sebelumnya ia hanya melihat bawahannya dihukum oleh tuan muda karena kelalaian mereka sendiri. Namun, kini ia juga mengalaminya.

Billy merasa bahwa seharusnya ia melaksanakan perintah tuan muda dengan baik. Karena hukuman dari tuan muda lebih parah dari hukuman tuannya.

"Pergi!" Perintah Arion kepada penjaganya itu.

"Saya permisi tuan muda." Kemudian Billy segera kembali ke persembunyiannya.

Ketika beralih menatap Aphrodite, raut wajah Arion berubah lembut. "Lia, kakak berjanji hal seperti ini tidak akan pernah terulang lagi."

Aphrodite puas melihat wajah ketakutan Billy namun ia merasa bahwa Arion tidak terlalu serius dalam ucapannya. Setidaknya, Aphrodite menginginkan satu atau dua orang yang dapat menjadi bawahannya yang setia.

Dengan teganya, Aphrodite melepas diri dari genggaman tangan Arion dan berhenti menatap wajah Arion. Aphrodite menatap ke arah lain dan mengacuhkan Arion.

"Lia.." Arion terdiam melihat sang adik yang mengacuhkannya.

"Maafkan kakak." Mohon Arion ketika Aphrodite merubah posisinya ke samping agar tidak berhadapan dengan Arion.

"Shit!" Umpat Arion kesal ketika Aphrodite semakin tidak memedulikannya.

Arion mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. "Ajak temanmu kemari!" Lalu ia mematikan panggilannya tanpa menunggu balasan.

Aphrodite penasaran. Namun, ia menolak untuk melihat Arion. Sebuah pikiran masuk ke kepalanya, membuat Aphrodite tersenyum kemenangan. Seperti lirik lagu yang terkenal itu. 'I want it, I got it.'

Yah, Aphrodite persis mendapatkan apa yang ia inginkan.

• • •

To be continue.

- - -

Vote juseyo?

.
.
.
.
.

Publish: 22/06/2023

𝐀𝐏𝐇𝐑𝐎𝐃𝐈𝐓𝐄: 𝐓𝐡𝐞 𝐋𝐚𝐬𝐭 𝐃𝐞𝐬𝐜𝐞𝐧𝐝𝐚𝐧𝐭Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang