11: War

118 39 37
                                    
















"Maka hanya ada satu kata: Lawan!"

-WIJI THUKUL

















Bogor, 18 November 2017

Pentas Seni yang sudah dirancang dan direncanakan oleh pengurus OSIS SMA Raksanegara pun telah dimulai. Hari ini sangat penting bagi mereka, sedikit saja kesalahan akan berdampak pada rusaknya reputasi SMA Raksanegara.

Pentas seni tahun ini menyandang tema 'indie', sebuah istilah yang digunakan oleh pemuda Indonesia untuk musik akustik dengan lirik yang dibentuk dari kumpulan kata-kata indah, tak jarang dari bahasa bahasa Sanskerta yang jarang digunakan di percakapan sehari-hari. Bintang tamu yang diundang merupakan musisi-musisi yang sedang populer pada saat itu.

Band-band yang berasal dari siswa-siswi SMA Raksanegara yang memenangkan seleksi mengisi jam-jam pertama acara tersebut. Aula SMA Raksanegara nampak penuh walau hanya diisi oleh warga SMA Raksanegara. Walaupun acara ini dirancang dengan baik, 'Pensi' SMA Raksanegara merupakan acara eksklusif yang hanya bisa dihadiri oleh warga SMA Raksanegara, berbeda dengan konser tahunan dari kebanyakan sekolah di Kota Bogor.

Vikal nampak sibuk menjamu bintang tamu yang mulai datang ke sekolah tersebut. Ia berusaha untuk menaruh citra yang baik di hadapan musisi-musisi terkenal itu. Dengan lancarnya perencanaan dan pelaksanaan acaranya, ia merasa bahwa kerja kerasnya terbayar dengan setimpal.

Murid-murid SMA Raksanegara memang sempat digemparkan oleh berita di sosial media dan selebaran-selebaran yang tersebar di mading-mading SMA Raksanegara mengenai kematian Brian. Namun, karena pihak OSIS SMA Raksanegara dan humas SMA Raksanegara telah mengeluarkan berita pernyataan, banyak dari mereka yang akhirnya tetap menganggap bahwa Brian meninggal karena tawuran, sebuah kabar yang tidak begitu disukai oleh masyarakat kota Bogor pada saat itu.

"Tasya, lo yang atur anak-anak di lapangan nanti, gimana?" Tanya Tristan setelah melihat semua 'massa perlawanan' telah berkumpul.

"Tan..." balas Reynord yang nampak tidak ingin kekasihnya menjadi garis depan dari 'massa perlawanan'.

"Sayang, gapapa. Kamu, Tristan, Evan pasti sibuk, biar aku aja. Lagian perlawanan ini kita lakuin bareng-bareng, gak mandang gender," timpal Tasya penuh keyakinan, yang nampak diamini oleh anggota-anggota lain.

Reynord pun tidak bisa melawan melihat keyakinan hati gadisnya. Ia menyetujui keputusan tersebut.

"Kalo gitu, gue mau kasih tau sekali lagi rencana kita hari ini. Gue, Tristan, sama Evan bakal ke panggung. Evan tugasnya nyadap control room, Gue sama Tristan bakal naik buat bikin pengumuman. Sisanya masuk ke tempat penonton untuk bikin kerusuhan biar perhatian satpam teralihkan," jelas Reynord.

"Jangan lupa kalo udah beres nanti langsung pada ke sini lagi, ini tikum kita karena disini aman dari penjagaan sekolah," tambah Tristan untuk menjamin keamanan semua orang yang bergabung dalam gerakan ini.

"Terus kalian nanti gimana?" Tanya Raihan.

"Intinya langsung ke tikum aja, gak perlu nungguin kita bertiga," balas Evan tegas.

'Massa perlawanan' pun menyetujui keputusan tersebut dan bersiap untuk melakukan aksi mereka.

"Ini buat lo, Jon, Brian. Kematian kalian gak bakal sia-sia. Gerakan ini bakal ngubah kultur kita secara keseluruhan. Kita akan bawa keadilan dan perubahan di SMA Raksanegara!" Ucap Batin Tristan seraya melihat jumlah massa gerakan itu.

_________________________________________

"Gila, Kal. Acara kita lancar ya!" Ucap Bena seraya melihat keadaan Aula SMA Raksanegara yang ramai akan penonton dan panggung yang memberikan penampilan-penampilan spektakuler.

Just Be FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang