20: Akhir/Akhir?

99 27 45
                                    

Bandung, 9 Agustus 2019

Pada hari ini, giliran Tristanlah yang menyusul Alethea ke Bandung untuk berlibur, ia berencana menghabiskan waktu yang lama di kota itu.

Di umur perkuliahannya yang mendekati kenaikan tingkat dan semester ketiga, Tristan menjadi semakin tidak bisa lepas dari Alethea. Kesehariannya kini hanya berisi kuliah, Alethea, dan bercengkrama dengan teman-teman terdekatnya. Tristan sebelumnya sudah mencoba untuk menjadi mahasiswa yang aktif di kampus.

Namun, kegundahan hati dan bising pikiran menguasai dirinya sehingga menjadi pembatas dan penghalang untuk dirinya menghadapi dunia yang baru.

Tak bisa dipungkiri, waktu dan jarak menjadikan mereka dua kepribadian yang berbeda. Kini, Alethea menjadi seorang gadis yang aktif berorganisasi dan sering bersafari politik di kampusnya. Pada awalnya Alethea ragu dan takut untuk mencoba hal-hal baru. Ia bahkan tidak memiliki teman yang ia kenal di jurusannya walaupun Sindi dan Bara selaku sahabatnya berada di satu almamater dengannya.

Pada akhirnya Alethea memutuskan untuk bergabung dengan himpunan mahasiswa jurusannya, disitu ia belajar dari orang-orang yang baru ia kenal. Alethea kini menjadi seseorang yang sangat aktif dan sering diandalkan di himpunan jurusannya.

"Aku kangen banget sama kamu, bisa staycation kayak gini bikin aku seneng banget!" ucap Tristan seraya mengarungi arus lalu lintas kota Bandung siang hari itu.

Jadwal Alethea yang padat membuat komunikasi antara pasangan tersebut menjadi sedikit memburuk. Tristan yang awalnya mencoba menerima pun tidak mampu untuk menghadapi masalah ini. Ia berusaha untuk terus menjaga kontak dengan gadisnya bahkan sampai memaksakan diri untuk memiliki jadwal rutin ke Bandung guna mengobati rindunya.

"Ini hotelnya di depan," tunjuk Alethea setelah membaca aplikasi peta di ponselnya.

Tristan memutuskan untuk mengambil hotel di daerah Merdeka itu karena dekat ke pusat kota Bandung.

Sesampainya di kamar yang telah mereka pesan, Tristan dan Alethea lantas menaruh barang bawaan mereka dan berganti pakaian agar tidak terasa berat di tubuh sebelum akhirnya mereka sama-sama berbaring di kasur.

Alethea memeluk tubuh lelakinya erat, ia pun juga selalu merasakan kegundahan yang sama akan masalah jarak dan waktu.

"Aku seneng banget tau," ucapnya.

"Seneng kenapa, cantik?" Tanya Tristan.

"Pertama, aku bisa luangin waktu yang banyak sama kamu. Kedua, aku udah disebut sebagai calon sekretaris umum himpunan aku," jawab Alethea dengan riang.

"Hmm... Bakal makin sibuk dong kamu?" Balas Tristan khawatir.

"Tenang aja, Vino. Aku pasti bakal bagi waktu. Toh demisioner angkatan '16 juga masih bulan November nanti. Jadi selama itu aku masih jadi staff biasa," Alethea coba mengentaskan kekhawatiran Tristan.

"Yaudah, nanti malem mau kemana?" Tristan berusaha mengalihkan topik tersebut.

"Aku mau kita ketemu ayah sama ibu dulu nanti sore, abis itu baru kita jalan ke Pasteur," Alethea kembali bersemangat.

"Bersyukur banget bisa dipercaya sama ayah dan ibu buat minjem anaknya selama tiga hari," perlahan, kekhawatiran yang dirasakan Tristan mulai memudar.

Just Be FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang