22. Manusia beruntung

1.7K 144 7
                                    

Haikal terbangun tidurya, merasakan sakit disekujur tubuhnya. Terduduk ditepi ranjang, haikal tersadar dia semalam tidak sadarkan diri dalam dekapann taeil. Haikal sempat tersadar semalam, dia berada dalam hangatnya pelukan taeil yang juga sedang tertidur, pada akhirnya haikal memilih kembali terlelap dalam dekapan hangat taeil yang baru dia rasakan setelah beberapa tahun ini.

Haikal  tersenyum miris, dia dapat merasakan semua itu setelah hidupnya diambang kematian. Hidupnya hanya tinggal beberapa hari lagi. Ini sudah memasuki tanggal empat, hari kelima dalam seminggu yang dia punya. Haikal igin memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Kaki kecilnya melangkah keluar dari kamar taeil. Dia akan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Haikal masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan diri.

Haikal menatap dirinya pada pantulan cermin tubuhnya semakin kurus, kulinya juga pucat. Jangan lupakan lebam nya yang sangat kentra.

"Sakitnya semakin terasa," Haikal meremas pelan kepalanya.

Tangannya terangkat menyentuh dadanya. "Maafin hiakal, pa. Haikal nggak bisa jagain pemberian papa yang paling berharga,"

"Kak Mahes, ya? Maaf ya, kak. Sebentar lagi mata cantik ini akan kembali tertutup. Terimakasih sudah memberikan haikal kesempatan buat melihat dan tahu betapa kejamnya hidup di dunia," Haikal terkekeh miris, mengusap lembut airmata yang keluar dari mata indah, milik kakaknya.

"HARUSNYA ABANG SADAR! KALAU HAIKAL NGGAK LAHIR MAMA MASIH ADA DISINI SAMA KITA!! KALAU HAIKAL NGGAK MINTA KELUAR DI HARI ULANG TAHUNNYA PAPA DAN JUGA MAHES PASTI MASIH HIDUP!!"

Haikal tersentak kaget mendengar teriakan menggelegar itu. Haikal memejamkan matanya mencoba untuk tidak menangis. Itu sangat jelas suara Tiar. Kakak tengahnya itu tidak terlihat dari kemarin. Haikal dengan keberanianya memilih turun.

Saat tiba dibawah, haikal disambut dengan Taeil, yang sedang bertengkar dengan Tiar. Johny dan Jian hanya diam menyaksikan. Guratan marah sangat terlihat diwajah keempatnya. Ini memang salahnya. Mereka benar, harusnya dia tidak dilahirkan

Dengan perlahan, kakinya mendekat. "Abang," Panggilnya lirih. Semua orang kompak melihat kearahnya.

Haikal menarik nafas panjang. Menunduk dalam, haikal kembali berucap. "Maafkan haikal, entah kata itu sudah berapa ribu kali haikal ucapkan pada kalian. Haikal tetap meminta maaf. Mungkin memang benar semua ini, semua kejadian yang telah terjadi pada keluarga kita, semuanya salah haikal termasuk lahir kedunia dan membuat mama meninggal, haikal juga terlahir buta, mungkin kalian pernah malu akan hal itu. Dan maafkan haikal juga karena udah dengan lancang menggunakan mata indah milik kak mahes dan jantung milik papa,----" Haikal meremas kuat tangannya mencoba menguatkan diri. Cairan  bening sudah merembes keluar.

Haikal mengangkat pandangannya, menatap satu persatu anggota keluarganya yang juga tengah menatapnya. "----Tapi, apa boleh haikal berkeluh sedikit? Haikal jujur lelah dengan semua ini, haikal lelah terus disalahkan, haikal lelah jika terus mendapatkan pukulan. Kata-kkata kasar dari kalian sangat menyakitkan disini, sakit sekali," Haikal meremat kuat dadanya, seolah menunjukan betapa sakit hatinya.

Matanya beralih menatap figura milik Mama dan Papanya yang terpajang dengan besar di dinding. "Kalian dulu sangat sering menyebut haikal pembawa sial. Karea haikal lahir, mama meninggal. Bang, haikal bahkan cuma bayi kecil yang nggak tahu apapun. Haikal  juga nggak minta kok, buat dilahirin. Kalau haikal biisa, dan tahu jika haikal lahir cuma diperlakukan kayak gini, haikal bakal minta sama Allah kalau haikal lebih baik nggak usah dilahirin, biarin mama hidup bahagia sama kalian jugatermasuk papa,"

"Haikal disini udah kayak planet pluto. Ada namun tidak dianggap, dan itu lebih menyakitkan dari apapun. Kalian tahu? Haikal bersyukur Allah beri haikal kesempatan buat haikal hidup didunia yang benar-benar kejam ini. Haikal selalu iri dengan kalian yang sedari lahir sudah merasakan kasih sayang mama, merasakan manisnya asi beliau, usapan lembut setiap malam, suara lembut pengantar tidur, kalian beruntung, tapi kenapa kalian selalu menyalahkan haikal seolah-olah kalian tidak pernah merasakan semua yang haikal tidak rasakan. Kalian manusia beruntung yang tidak tahu caranya bersyukur,-----"

7 DAYS || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang