Haikal terbangun dari tidurnya. Nafasnya tersengal-sengal. Mimpi itu, sangat jelas dan nyata, haikal juga merasakan sakitnya. Haikal yakin itu bukanlah mimpi itu adalah ingatannya yang hilang, dan dikembalikan melalui mimpi.
Haikal meremat kepalanya yang sangat sakit, pinggangnya merasaka nyeri yang luar biasa. Dengan segera haikal mengambil obatnya dinakas memakannya tanpa minum.
Haikal menggeleng keras. "Akhh... Tolong jangan sekarang, tuhan!"
Matanya terpejam erat merasakan sakit yang luar biasa. Haikal menangis, lagi. Dia merindukan orang tuanya, dia menginginkan marvel untuk saat ini.
"Hiks... Bang Marvel, tolongin haikal," Tangannya terus meremas keras kepalanya.
"Sakit...."
Haikal menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur, mencoba mengatur nafasnya, sakitnya perlahan mula menghilang.
Haikal melamun, dia ingin tahu semuanya, kejadianyang sebenarnya. Kejadian dimana dia mulai dibenci keluarganya, diperlakukan kasar oleh mereka, haikal ingin tahu. Dan satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah bertanya pada salah satunya.
Haikal melirik jam dinakas yang masih menunjukan pukul tiga pagi. Haikal segera bangkit, dia memilih untuk bertanya pada Taeil, mungkin kakak sulungnya itu mau memberitahu semuanya.
Dengan pelan, haikal berjalan menuju kamar taeil berharap taeil belum atau terbangun dari tidurnya. Haikal tidak mungkin menahannya sampai pagi.
Haikal mengetuk pelan kamar taeil, sesaat kemudian, piintu kamar terbuka menampilkan taeil yang terlihat sembab. Dia seperti telah menangis.
Taeil mengernyit. "Haikal? Ada apa?"
"Boleh haikal masuk?" Tanpa menjawab pertanyaan taeil, haikal balik bertanya.
Taeil mengangguk kecil, dan menuntun haikal masuk kedalam.
Haikal dan taeil duduk ditepi kasur milik taeil. Mereka duduk dengan saling berhadapan.
Haikal mengambil nafas dalam. "Boleh haikal bertanya?" Tanyanya meminta izin.
Taeil mengangguk kecil. "Tanyakan apa yang kau ingin ketahui,"
Haikal menatap taeil serius. "Ceritakan semua yang terjadi dulu, sehingga kalian begituu sangat membenci haikal," Airmatanya tiba-tiba saja keluar. "Haikal mohon, haikal benar tidak ingat apapun," Kepalanya menunduk dalam.
"Jika memang abang benar-benar sudah memaafkan haikal, tolong ceritakan semuanya," Lanjutnya.
Taeil tersentak kaget. Matanya memejam erat. Mungkin ini sudah saatnya. Yang taeil bngung adalah kenapa haikal bisa tidak mengingatnya. Jikapun haikal amnesia, taeil pasti sudah tahu dari dulu.
Taeil menghela nafas panjang. "Dulu, Kamu, papa, mahes mengalami kecelakaan saat akan merayakan ulang tahunmu. Lalu,"
Taeil menatap pusing berkas-berkas yang ada di depannya. Dia ingin sekali segera menyelesaikan pekerjaannya dan menyusul ayah dan dua adiknya yangsedang berlibur.
Drrttttt
Atensinya teralihkan pada ponsel yang berdering diaas meja.
"Halo?"
"Dengan keluarga bapak Jonatan?"
Taeil mengernyit, perasaannya mulai tidak enak.
"Ya, saya anaknya. Apa terjaddi sesuatu?"
"Mobil yang ditumpangi bapak jonatan dan kedua anaknya mengalami kecelakaan. Korban dilarikan ke rumah sakit Bakthi Asih,"
Degg
KAMU SEDANG MEMBACA
7 DAYS || REVISI
Teen Fiction|PART MASIH LENGKAP!| Haikal itu, kayak planet pluto. Ada namun tidak di anggap. #1 Of markhyuck #2 Of Wayv {8.4.24} #4 Of nctdream {8.4.24} #7 Of nct {8.4.24} #8 Of nct127 {8.4.24}