20. Dream

1.6K 128 2
                                    

Plak.

Wajah haikal tertoleh kesamping. Tamparan keras dia dapatkan saat baru saja menginjakkan kaki di rumah. Kepala haikal tertunduk dalam, tak berani menatap pelaku yang tidak lain adalah, Johny. Ya, siapa lagi yang suka berbuat kasar selainnya.

"Memalukan!" Desis sang kakak ketiga.

"Apa yang kau lakukan sehingga surat ini bisa sampai ditanganku, sialan!" Johny melempar kertas putih tepat pada wajah haikal.

Haikal dengan segera menangkapnya. Kepalanya semakin menunduk dalam setelah membacanya.

SP.

"Kau benar-benar memalukan haikal! Dimana otakmu yang katannnya pintar itu, hah??!! Jika kau berniat memalukan keluarga ini, leih baik kau keluar saja dari keluarga ini haikal!" Sentak Johny. Haikal terdiam, ini memang salahnya, tapi haikal hanya mencari arah kebahagiaannya untuk sesaat.

PLAKK

Bukan! Bukan haikal. Johny menatap terkejut pada taeil yang baru saja menamparnya keras. Sama halnya dengan johny, haikal juga terbelalak kaget atas aksi kakak sulungnya.

"K-kak?" Johny tergagu, tangannya menempel pada pipina yanng terasa panas.

Nafas Taeil johny memburu. "Cukup John! Kau keterlaluan. Hanya karena sp pertamanya kau sampai seperti ini??" Taeil menggelengkan kepalanya.

"Kau membelanya sekarang, kak? Dia udah bikinn malu keluarga kita kak! Dia bersikap sangat tidak sopan disekolahnya!!"

"Lalu? Kau ingin diaa bersikap bagaimana John? KAU INGIN HAIKAL SEPERTI APA? Kita bakan tidak pernah mengajarinya sopan santun. Hanya kata-kata kasar, sentakkan, pukulan itu yang haikal dapatkan dari kita selama ini," Suara taeil melirih, haikal mematung ditempat. Baru kali ini taeil membelanya.

"DIA MEMANG PANTAS MENDAPATKANNYA KAK! DIA UDAH BUNUH MAMA SAAT DIA LAHIR, DIA BUNUH PAPA JUGA MAHES, KAKAK NGGAK MUNGKIN LUPA ITU!!" Nafas Johny memburu. Tangannya mengepal erat.

Haikal mematung. Dia, bunuh Papa dan juga mahes? Kenyataan macam apa ini? Haikal memang sudah sering mendengarnya, tapi kenapa sekarang rasanya sangat menyakitkan, apa semuanya memang benar?

"BUKAN HAIKAL JOHNY! KAU SEHARUSNYA SADAR BAYI MANA YANG BISA MEMBUNUH IBUNYA!! ANAK BUTA MANA YANG BISA MEMBUNUH DUA ORANG SEKALIGUS, JOHN? ITU HANYA KECELAKAAN! LUPAIN SEMUA JOHN! SADAR SEBELUM KAMU BENAR-BENAR TERLAMBAT! Aku lelah jika ters seperti in johny," Suara taeil melirih diakhir.

"TAP---"

"---CUKUP!!! Sudah cukup kalian bertengkar karena anak sialan ini, bang johny memang benar, semua ini salah haikal. Tidak seharusnya haikal lahir. haikal sadar haikal cuma beban, haikal mungkin terlalu memaksakan. Sudah cukup, jangan bertengkar lagi, haikal aka mengalah,"

Haikal beralih menatap johny dengan pandangan sayu, pipinya sudah basah karena air mata. "Bang John, Haikal minta maaf, haikal akui ini memang salah haikal sepenuhnya. Tapi haikal cuma nyari kebahagiaan haikal sendiri, apa ittu salah? Haikal harus cari kebahagiaan haikal sendiri, Disaat kebaahagiaan anak lain berpusat pada kelluarganya. Siapa yang pantas haikal sebut keluarga jika hanya pukulan yang haikal dapat setiap harinya dari kalian. Haikal lelah, sungguh. Bersabar sedikit sampai semuanya benar-benar selesai." Haiikal mengusap airmatanya yang terus saja keluar.

Haikall mengalihkan panndangannya pada taeil. "Abang Taeil. Sebelumnya, haikal ucapin terimakasih kerena sudaah membela hakal. Tapi tolong, setelah ini bersikap seperti biasanya saja, idak perlu perduli pada haikal. Haikal nggak mau berharap lebih. Haikal juga nggak mau hubungan kalian sebagai saudara rusak dan hancur hanya karena abang belain anak sialan kayak haikal," Haikal berlari menuju kamarnya tanpa menghirraukan teriakan taeil yang memanggil namanya.

7 DAYS || REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang