Bab 16

6.9K 124 8
                                    

         Hii gengs, I'm coming setelah bertapa di tujuh sungai yang berbeda, tapi bo'ong.

   Aku mau curhat bentar ya. Sebenarnya aku bingung mau lanjutin update cerita ini atau gak, karena emang peminatnya kurang Sii. Selama ini udah ada niat malah sering bgt pengen update cuma aku pikir kayak percuma kalau gk ada yg suka. Sejujurnya cerita ini itu draft nya udah sampe Bab 30an. Jadi, hari ini aku nekat update cuma karena lagi gabut aja si, libur soalnya.

         Tapi, kalau ada yg suka sama ceritanya comment dan vote aja, pasti aku langsung update lagi secepatnya. Wkwk, udah ya kepanjangan curhatan aku.

                 Happy reading

Giovano meninggalkan kamar Celine. Diluar kamar itu, sudah ada Pedro yang menunggunya. Pedro menundukan kepalanya sekejap saat melihat kehadiran tuannya yang keluar dari dalam kamar.

"Siapkan cek." Perintahnya pada Pedro.

"Baik tuan." Jawab Pedro melangkahkan kaki mengikuti langkah Giovano yang berada di depannya.

Giovano berjalan ke arah lantai tiga dimana ketiga sahabatnya berada. Dia membuka pintu ruangan itu lalu masuk dan bergabung bersama sabatnya disana.

"Lama Lo." Kesal Tiano.

"Istri Lo mana?" Tanya Tiano yang tidak melihat kehadiran Celine, hanya Pedro yang datang bersama Giovano.

"Tidur." Jawab Giovano dengan santainya.

"Kita udah nunggu kali." Maxime yang sudah tidak sabar mulai memperingati Giovano yang membuat mereka lama menunggu.

Giovano melirik Pedro lalu menerima sebuah kertas kecil dan pena yang diberikan Pedro kepadanya. Giovano menulis di kertas tersebut sebentar lalu menaruhnya diatas meja tepat di hadapan para sahabatnya.

"1 milyar." Ucap Giovano.

"What?" Maxime membulatkan matanya terkejut.

"Gue udah bilang pastikan dulu." Ucap Christian tenang yang sejak tadi hanya diam.

"Wait wait.. Why?" Tanya Tiano yang tidak paham dengan arah pembicaraan mereka.

"She's virgin." Jawab Giovano singkat tapi mampu membuat Tiano dan Maxime terkejut dengan mulut yang terbuka melongo tidak percaya.

"Are you kidding?" Tanya Maxime ditengah keterkejutannya.

Giovano tidak menjawab pertanyaan Maxime. Dia hanya diam menatap sahabatnya itu. Giovano tidak pernah bercanda dengan ucapannya dan para sahabatnya  tahu akan itu.

"Ck..Ck..Ck." Tiano berdecak menggelengkan kepalanya tidak percaya,"hampir aja gue yang jebolin istri Lo." Lanjut Tiano.

Mendengar itu Giovano melemparkan tatapan tajamnya pada Tiano. Dia tidak suka dengan ucapan Tiano barusan.

"Pantas aja dia minta Lo dulu, Lo kan suaminya." Timpal Maxime yang tidak menyadari tatapan tajam Giovano sejak tadi.

"Untung aja kita berdua ikutin syarat bini Lo kalau gak..." Tiano menjeda ucapannya. "Gak tau gue." Suara Tiano terdengar penuh penyesalan.

"So, Celine punya musuh?" Tanya Christian tiba-tiba.

"Maybe." Jawab Giovano datar.

"Bisa jadi itu musuh Lo, jadi lebih berhati-hati. Lo hampir tertipu karena video itu." Ucap Christian memperingati Giovano pasalnya video itu terlihat sangat rapih, seolah wanita yang ada di video itu benar-benar Celine.

Giovano berdehem menanggapi perkataan Christian. Dia memijat pangkal hidungnya memikirkan kejadian ini. Harusnya dia mengikuti saran Christian untuk memastikan kebenaran video itu.

"Anyway, selamat atas malam pertama Lo." Lanjut Christian menggoda Giovano  seraya menyulut rokok.

"Berantakan bener Lo. Bercinta memang lebih nikmat dari pada hanya sekedar sex." Goda Tiano memperhatikan penampilan Giovano yang berantakan setelah bercinta.

"Gimana bro rasanya bercinta? Enak kan?" Tanya Maxime yang juga menggoda Giovano sama seperti kedua sahabatnya.

"Apalagi bercinta sama istri." Christian menambahkan kalimat godaan pada Giovano.

Giovano berdecak tak suka dengan segala ucapan ketiga sahabatnya, pria itu berdiri melangkahkan kakinya meninggalkan ketiga orang itu.

"Kemana Lo?" Tanya Tiano melihat Giovano yang akan beranjak.

"Balik." Jawab Giovano singkat tanpa menghentikan langkahnya.

"Lanjutin ronde kedua. Pelan-pelan, ntar Celine pingsan." Maxime sengaja mengencangkan suaranya agar dapat di dengar Giovano.

Bukan Giovano namanya jika merespon segala ucapan absurd orang lain, dia tetap melangkahkan kakinya keluar ruangan menuju ke kamar dimana istrinya berada.

Celine terbaring di atas kasur dengan perasaan gelisah. Gelisah karena memikirkan dirinya yang sebentar lagi digilir. Decitan pintu kamar itu mengalihkan perhatiannya. Dengan perlahan dan ketakutan Celine berusaha bangun menahan perih di kewanitaannya untuk duduk lalu membalikan badannya melihat siapa yang datang. Wanita itu membuang nafasnya merasa legah karena yang datang adalah Giovano.

"Gue suruh Lo tidur." Ucap Giovano datar menatap Celine seraya membuka kancing kemejanya dan menanggalkannya.

Celine memalingkan wajahnya ketika melihat Giovano dengan santainya membuka kemejanya di hadapan Celine. Bukan sok suci, Celine hanya belum terbiasa.

Giovano berjalan mengahampiri Celine yang duduk di atas ranjang dengan selimut yang masih melilit di tubuh wanita itu. Dia berdiri menjulang di samping kasur lalu membungkukan tubuhnya meraih tengkuk Celine yang terpaksa harus mendongkakan kepalanya menerima lumatan Giovano.

Giovano melumat bibir itu rakus seolah lapar dan haus. Lelaki itu merasa bibir Celine seperti nikotin yang memabukan membuat dirinya merasa candu seakan menginginkan lagi dan lagi. 

Celine memejamkan matanya menerima perlakuan suaminya.

Giovano menarik tangan Celine yang sejak tadi memegang selimut agar tidak melorot kemudian melepaskan selimut yang menutupi tubuh Celine.

Celine meringis saat merasakan dinginnya AC membelai kulitnya. Giovano meremas dua gundukan kenyal Celine. Bibir lelaki itu melumat bibir turun ke leher lalu berakhir pada kedua payudara Celine.

Giovano menghisap kuat puting kemerahan yang sudah dia cap sebagai miliknya.

"Eemmmhh." Erang Celine tertahan saat Giovano menghisap puting itu.

Satu tangan pria itu dia gunakan untuk membelai belahan vagina Celine dan tangan satunya lagi digunakan untuk menopang tubuhnya.

"Kakhh." Celine tidak dapat menahannya.

"Sekali lagi." Ucap Giovano dengan bibir yang yang masih bersentuhan dengan bibir Celine seraya menatap Celine dengan kobaran nafsu yang membara.

Dan malam itu Giovano terus menerus menyerang Celine. Dia berbohong mengatakan jika hanya sekali, nyatanya Celine harus melayani nafsu suaminya yang sangat besar itu sampai dini hari. Jika saja dirinya tidak tertidur karena kelelahan mungkin Giovano akan menggempurnya sampai fajar.

Seluruh tubuh Celine dipenuhi oleh bekas kemerahan yang ditinggalkan Giovano dan ada beberapa luka di bagian leher dan dada karena Giovano yang kasar menggigitnya.

Pendek ya?
Vote dan comment aja, karna bab selanjutnya lumayan puuuuaanjang ❤️

Bye

Celine Sacrifice (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang