Bab 18

6.3K 101 3
                                    

Hallo , aku kembali.
Maaf ya, kalo ceritanya aneh atau gak sesuai sama apa yg kalian mau. Atau mungkin banyak kata yang kurang tepat yg bikin kalian gk nyaman. Typo juga ada dimana-mana. Comment aja kalo ada typo.

Happy Reading

Suara gemericik air membuat Celine merasa tenang. Bukan hanya suara namun juga air dingin yang membasahi tubuhnya juga membuatnya merasa lebih tenang lagi.

Celine membiarkan dirinya diguyur siraman air dari shower di kamar mandinya. Wanita itu memejamkan matanya menikmati setiap tetes air dingin yang membasahi seluruh tubuhnya. Belakangan ini banyak sekali kejadian yang menguras emosinya bahkan membuatnya terus kepikiran hingga kini. Mulai dari perjodohan, pernikahan hingga tiga hari lalu dia harus pergi ke rumah sakit untuk menyuntikan pencegah kehamilan bulanan.

Kata dokter, Celine harus rutin menyuntikan pencegah kehamilan setiap bulan karena jika tidak, maka akan menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan Giovano yaitu kehamilan. Dokter juga sangat menganjurkan itu ketika mengetahui jika Celine masih menempuh kuliah semester akhir saat ini, apalagi jika mengingat bahwa Giovano tidak memakai pengaman saat mereka melakukannya dan pria itu juga mengeluarkan benihnya di dalam tubuh Celine. Jadi, untuk berjaga-jaga dari hal yang tidak diinginkan nantinya, Celine menuruti Giovano untuk menyuntikan pencegah kehamilan.

Dokter itu juga berkata jika Giovano adalah salah seorang yang gila sex atau orang-orang biasa menyebutnya hypersex. Celine sedikit terkejut dengan kenyataan yang diketahuinya itu namun kembali tersadar kala mengingat suaminya yang sangat perkasa itu melakukannya berkali-kali padanya di malam penyerahan dirinya.

Jika dipikir lagi, untuk apa dokter itu menganjurkan suntikan setiap bulan? Bukankah Giovano tidak menginginkannya lagi?
Menyadari itu Celine mematikan shower yang menyiramnya dengan air dingin itu kemudian mengembuskan nafasnya pelan. Dia mengambil handuk yang dia letakan diatas westafel kamar mandi kemudian dililitkan pada tubuhnya.

Wanita itu keluar dari kamar mandi dengan satu handuk lagi yang dia lilitkan di rambutnya.
Celine memandang pantulan dirinya melalui cermin yang ada di hadapannya. Tidak terlalu buruk, tapi kenapa Giovano tidak terpesona olehnya?

Wanita itu kemudian mengangkat tangan kirinya ke hadapannya menatap cincin pernikahannya. Dia bahkan tidak pernah melepas cincin ini sejak Giovano menyematkannya di jari manisnya. Celine tidak tahu apa yang membuat Giovano tidak suka padanya padahal pria itu yang memilih Celine untuk menjadi istrinya.

Terkadang Celine tidak habis pikir dengan itu, jika Giovano memang tidak menyukainya, kenapa lelaki itu menikahinya? Atau mungkin Giovano hanya ingin membantu keluarganya atas perintah papanya, 'Johan Corrando'? Tapi jika memang seperti itu, kenapa bukan Karina yang laki-laki itu nikahi? Kenapa harus Celine? Celine masih mengingat dengan jelas raut wajah Giovano yang kekeuh ingin menikahinya tanpa ingin ada yang membantah ucapan pria itu.

"Huuuuhh." Sekali lagi Celine menghembuskan nafasnya dengan sedikit kasar. Entahlah, setelah menikah Celine selalu menghembuskan nafas seperti orang putus asa.

Celine teringat dengan tujuannya mandi pagi di hari liburnya ini. Dia akan pergi menemui Giovano apapun caranya. Dia sudah bertekad akan menemui suaminya setelah kemarin seharian memikirkan kegundahannya antara pergi atau tidak.

Dia ingin membicarakan tentang utang 1 milyar yang harus dia bayar pada sahabat Giovano. Jika dipikir-pikir, Giovano menjadi orang yang seharusnya membayar utang itu tapi Celine tidak mungkin berkata demikian pada Giovano, bagaimana jika Giovano berkata tidak mau membayar dan malah menyerahkan Celine pada sahabatnya. Jadi, dengan berat hati Celine akan meminjam uang pada Giovano.

Celine Sacrifice (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang