4. Papa jahat?

63 20 32
                                    

🥀🥀🥀


Di setiap berdoa Jazlan tak pernah absen untuk selalu meminta kepada sang pencipta untuk segera meluluhkan hati Mawar agar ia bisa merasakan kasih sayang dari wanita yang telah melahirkannya itu.

Bukannya Jazlan tak bersyukur dengan kasih sayang yang Emma berikan malahan Jazlan sangat amat bersyukur dan berterima kasih kepada Allah sebab masih ada yang menginginkan dirinya hidup di dunia ini.

Ingat! Seorang anak tak pernah meminta untuk di lahirkan ke dunia.

Ceklek!

Jazlan yang sedang melipat sajadah selepas melaksanakan sholat magrib dibuat menoleh pada pintu kamar yang terbuka. Perban yang tadinya melekat di kepala kini sudah Jazlan buang dan bekas lukanya pun Jazlan tutup menggunakan rambutnya.

"Jazlan?"

Itu suara Nenek kesayangannya.

Emma sangat terkejut saat mendapati Jazlan yang ia cari-cari sejak tadi kini ada di hadapannya. Bayangan-bayangan buruk tentang keadaan sang cucu seketika menghilang dan langsung digantikan dengan perasaan lega.

Grep!

Emma langsung membawa Jazlan ke dalam dekapannya.

"Jaja dari mana saja? Nenek khawatir". Emma semakin mengeratkan pelukannya.

Jazlan mengulum bibirnya. Kini pikirannya sedang merangkai alasan yang bisa membuat Emma percaya tanpa menaruh rasa curiga padanya karena telah membohonginya.

"Ma-maaf nek, tadi sepulang sekolah... Jaja pergi kerja kelompok dulu di rumah temen. Terus pulangnya nggak sampai magrib kok, sore sekitar jam 5 Jaja sudah ada dirumah".

Emma melepaskan pelukannya lalu menatap lamat wajah Jazlan.

"Nenek juga pulang dari jam 5... Pas Nenek masuk ke dalam rumah, nggak ada siapa pun selain Nenek".

Deg!

Jantung Jazlan berdebar kencang.
Bagaimana ini? Apakah Emma akan mengetahui kebohongannya? Tidak! Jazlan tak akan membiarkan itu terjadi. Ini semua juga demi kebaikan sang Nenek.

"A-ah tapi nek, pas Jaja pulang... Nggak ada tuh Nenek di rumah. Malahan Jaja masuk lewat jendela karena pintu digembok".

Flashback on:

Saat Tommy hendak mengetuk pintu kayu tersebut tiba-tiba suara Jazlan menghentikan gerakannya.

"Paman, pintunya digembok". Jazlan menujuk satu gembok besar yang melekat disisi pintu.

"Ahh iya ya".

Kenapa Tommy tak menyadarinya sedari tadi? Percuma saja ia mengetuk kalau tak ada orang didalam rumah.

"Berarti mama sama Nenek belum pulang kerja". Gumam Jazlan yang masih bisa Tommy dengar.

"Emang biasanya nenek sama mama Jazlan pulang kerja jam berapa?" Tommy sedikit membungkukkan tubuhnya pada Jazlan.

"Mama pulang jam 10 malam... kalau Nenek biasanya habis magrib sudah ada dirumah". Jazlan menerawang jauh jalanan didepan.

Tommy mengulum bibirnya sejenak. Pria berkepala 4 ini pun bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Tidak mungkin ia meninggalkan Jazlan sendiri disini sedangkan Nenek dan Mamanya belum pulang.

"Kalau begitu Paman akan menunggu Nenek atau Mama Jazlan saja disini". Tommy duduk pada salah satu kursi yang berada di teras.

Jazlan membulatkan matanya seketika.
"Eh, nggak usah Paman. Jazlan masuk lewat jendela ini saja. Paman bisa pulang sekarang".

My Happiness? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang