12. Kartu pelajar

31 6 0
                                    


🥀🥀🥀

Detak jantung Jazlan berdegup kencang 2x lipat, disertai bulir-bulir keringat dingin pun mulai membasahi keningnya. Iris hazel itu menatap takut pada ujung botol yang tajam sekaligus sedang memikirkan cara bagaimana agar ujung yang tajam itu tidak menyayat lehernya.

"Kau adalah penyebab kehancuran rumah tangga ku! Gara-gara kau... Gara-gara kau, ibuku tiada!! Kau hanyalah anak pembawa sial. ARGHHHH." pekik Mawar marah.

Jazlan sontak memejamkan matanya juga menutup telinga dengan kedua tangan saat Mawar melemparkan botol minuman tersebut ke arah lantai hingga pecah berkeping-keping.

Setelah itu Mawar mengacak-acak seluruh peralatan dapur, kursi-meja makan lalu duduk bersimpuh di lantai, menangis tersedu-sedu.

Hati mungil Jazlan berdenyut sakit mendengar tangisan pilu dari wanita yang telah melahirkannya itu.

Jazlan langsung mendekap tubuh ramping Mawar. "Jangan menangis, Mama. Maaf-- karena hadirnya Jazlan hanya bisa membuat Mama menderita."

Mawar menggertakkan kuat giginya, dengan amarah yang masih menggebu-gebu wanita itu mendorong kuat Jazlan sehingga tubuh ringkihnya terkena serpihan kaca yang tepat berada di sampingnya.

"Maaf darimu nggak akan bisa mengembalikan ibuku dan suamiku lagi!"
Sarkas Mawar dengan tatapan penuh kebencian pada Jazlan.

Setetes liquid bening mengalir begitu saja ke permukaan pipi Jazlan. Memandang sayu sang Mama yang mulai melangkahkan kaki menjauh darinya.

Seperginya Mawar, Jazlan membawa pandangan ke bawah menatap lengan dan telapak tangannya yang penuh dengan serpihan kaca menancap kuat dikulit pucatnya.

Rasa sakit ini tidaklah sebanding dengan rasa sakit yang terukir dihatinya. Luka yang berada ditangannya akan cepat sembuh bila di obati tetapi luka yang ada dihatinya tidak akan pernah sembuh karena sangatlah mustahil untuk di obati.

🥀🥀🥀

"SELAMAT PAGI SEMUA." sapa Haikal dengan nada tinggi setelah membuka lebar-lebar pintu ruang inap Reno. Pemuda itu datang dengan seragam sekolah yang melekat rapi ditubuhnya.

"Pagi sayang~ Jeje dimana?" balas Agnes yang sedang menyuapi Reno makan.

"Masih ada di rumah. Lambat, Ma... Masa jam 6 Jeje masih molor, mana ileran lagi. Yaudah Haikal tinggalin aja," ujarnya seraya berjalan mendekati brankar Reno.

"Tuh, sarapan Haikal ada disana. Cepat makan gih, biar nggak telat pergi ke sekolah." Agnes menunjuk menggunakan dagunya pada dua kotak styrofoam yang berada di atas nakas.

"Wihh buat Haikal semua nih?" tanya Haikal memandang sumringah pada dua kotak styrofoam yang berisi nasi goreng + telur ceplok di atasnya.

"Rakus amat. Yang satunya punya Jeje," ketus Reno menatap sinis Haikal.

Haikal menyengir lantas tanpa banyak bicara pemuda tersebut makan dengan lahap setelah mendudukkan dirinya di sofa.

"Papa di mana, Ma?" Haikal kembali bersuara setelah menyelesaikan sarapannya.

"Udah pergi ke kantor. Haikal, tolong kamu jagain Reno sebentar ya sayang~ Mama mau keluar ambil pakaian di bagasi mobil."

"Ngokeyy."

Tak lama setelah Agnes pergi, Haikal beranjak mendekati brankar Reno. Kemudian memandang lekat wajah kembarannya yang masih pucat.

My Happiness? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang