15. Kehangatan dalam keluarga

39 7 0
                                    


🥀🥀🥀

Suasana gelap nan sunyi menyapa Mawar saat tiba di rumah. Lantas ia menyalakan semua saklar lampu terlebih dahulu sebelum berjalan menuju kamar anaknya yang terletak di dekat dapur.

Hal pertama yang Mawar lihat setelah memasuki kamar sang anak adalah kegelapan. "Jazlan?" panggilnya dengan suara pelan ketika tak mendapati sosok yang ia cari di dalam sana setelah berhasil menyalakan saklar lampu.

Mawar beringsut duduk di sisi kasur, mengusap lembut bantal yang selama ini Jazlan gunakan untuk melepas penat. Mawar memejamkan mata lalu menarik nafas dalam-dalam tatkala aroma sweet orange khas tubuh sang anak menguar kuat di dalam kamar ini. Padahal sudah tiga hari pemiliknya menghilang.

Ya, semenjak malam di mana Mawar mengusir Jazlan pergi dari rumah, sosok hangat yang punya senyuman menceriakan itu tak Mawar dapatkan lagi ketika ia pulang ke rumah dengan tubuh lelah sehabis bekerja seharian.

Kemudian wanita itu memijit pelipisnya kala rasa pusing menghantam kuat kepala. Mawar bimbang, hati dan pikirannya tak sejalan. Hatinya berkata untuk mulai menerima keberadaan Jazlan sebagai anak kandung lalu melupakan rasa benci yang membelenggunya selama ini. Tetapi pikirannya berkata lain, untuk terus membenci Jazlan hingga kebencian itu semakin besar sampai tidak ada lagi nama Jazlan di kehidupannya. Sebab karena anak itulah orang-orang yang ia sayangi pergi meninggalkannya.

Apalagi perkataan Emma di alam mimpi masih saja terus berputar di otaknya.

Tubuh ramping itu kemudian meluruh pada dinginnya lantai, tak dapat lagi menahan rasa lelah dan perasaan kacau yang menggerogoti hati dan pikiran. Setetes air mata mengalir deras di permukaan pipi. Mawar menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut, tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini selain menangis. Ia merasakan kesepian yang menyesakkan, sendirian hidup di dunia ini.

🥀🥀🥀

Malam berganti pagi, matahari pun sudah mulai perlahan merangkak naik ke atas, kicauan burung juga sudah terdengar di pagi hari minggu yang cerah. Haikal menguap lebar sambil merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku, habis bangun tidur. Masih dengan posisi berbaring, pemuda itu mengucek matanya lalu menoleh ke samping untuk menyapa orang yang tidur bersamanya semalaman.

Dan alangkah terkejutnya ia ketika tak mendapati orang tersebut di sampingnya. Mata itu yang tadinya sulit dibuka kini jadi terbuka sangat lebar. Sontak Haikal bangun dari rebahan lalu iris kelam itu menangkap sosok yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Haikal menghela nafas lega, kemudian bangkit menghampiri sosok yang sedang mengeringkan rambutnya menggunakan handuk.

"Mau ke mana? Pagi-pagi sudah rapi aja." Haikal melontarkan pertanyaan saat tiba di hadapan sosok tersebut.

Jazlan menampilkan senyuman manis lalu menyodorkan handuk yang sedari tadi ia pegang kepada Haikal. "Kamu mandi sana... Aku mau turun, buatin sarapan kamu sama yang lain." mengabaikan pertanyaan Haikal, Jazlan melenggang keluar dari kamar.

Selama 3 hari ini Jazlan tinggal bersama Haikal. Ia tak menyangka akan bertemu kembali dengan para sahabat kecilnya itu. Pelukan hangat langsung Jazlan dapatkan dari Haikal setelah ia membuka mata, hampir satu hari penuh terlelap. Tak berselang lama, Jazlan kembali mendapatkan pelukan dari Jehan dan Reno. Bahkan kedua orang tua mereka pun menerima serta mengizinkannya untuk tinggal selama beberapa hari di sini sampai Jazlan sembuh. Keluarga ini benar-benar tulus merawatnya, terutama Agnes yang terus memberikan kasih sayang bagai anak kandung sendiri.

Agnes yang baru saja tiba di dapur langsung disuguhkan dengan pemandangan Jazlan yang sedang berkutat dengan peralatan masak di sana. Wanita itu menarik senyuman tipis sambil berjalan pelan mendekati Jazlan.

My Happiness? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang