16. Best friend forever

46 7 0
                                    

🥀🥀🥀

Senyum manis itu seketika sirna melihat apa yang terjadi di depan sana. Jazlan sontak berdiri dengan netranya membola.

"Mama kamu yang mana, Jazlan?" tanya Jehan ikut berdiri disamping Jazlan.

Jazlan tak menjawab, pemuda itu celingukan mencari keberadaan Mawar yang tiba-tiba menghilang dari pandangannya. Ia merasa kebingungan, entah kenapa tiba-tiba tempat duduk yang Mawar tempati tadi berganti menjadi seorang anak kecil? Apakah Jazlan sedang berhalusinasi? Karena sudah sangat merindukan sosok sang Mama.

Haikal yang menyadari hal itu lantas mengusap lembut bahu sang sahabat. "Pulang yok, kamu pasti udah kecape'an."

"Tadi... Mama ada di sana. Jazlan nggak bohong. Sebentar ya, Jazlan mau ke sana dulu." ketika hendak melangkah menuju halte bus diseberang jalan sana, Tommy dengan sigap memasang tubuhnya di depan Jazlan.

"Nak, yang Haikal katakan itu benar. Kita pulang, yuk."

"Tapi, Om... Mama-"

Belum sempat Jazlan menyelesaikan ucapannya, Tommy langsung merangkul tubuh anak itu untuk menjauh dari halte bus diikuti Agnes dan tiga anak kembarnya berjalan dibelakang.

🥀🥀🥀

Di lain tempat terlihat seorang wanita berambut pendek sebahu, duduk sambil melamun ke arah jendela kaca bus yang sedang melaju dengan kecepatan sedang.

Wanita itu, Mawar. Saat ini ia tengah melakukan perjalanan menuju tempat kerja. Nyatanya Jazlan sedang tidak berhalusinasi, yang anak itu lihat tadi benar Mawar. Hanya saja Mawar yang tak melihat Jazlan karena terlalu tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Mawar nampak seperti mayat hidup, pucat dengan tatapan kosong di kedua iris kelamnya itu. Raganya ada di sini tetapi jiwanya seolah hilang entah kemana. Mawar merasa ada sesuatu yang hilang dari bagian hidupnya.

Tak lama kemudian bus yang ditumpangi oleh Mawar berhenti tepat di gedung besar, tempat kerjanya. Mawar mengakhiri lamunannya, lantas beranjak turun dari bus setelah melakukan transaksi pembayaran.

Sebelum masuk area perkantoran, Mawar berhenti sejenak, memandangi gedung besar di depannya. Hari ini tepat 1 tahun ia bekerja di sini sebagai sekretaris. Kemudian wanita itu mengambil sebuah cermin kecil dari dalam tas untuk berkaca, mengatur ekspresi wajah pada cermin kecil tersebut.

Mawar berusaha membuat senyuman di wajahnya yang cantik agar kesedihan itu tertutupi oleh topeng senyuman indah andalannya.

Mawar tidak ingin berbagi kesedihannya dengan orang lain, biarlah ia merasakannya sendirian. Di tempat kerja, dirinya harus terlihat profesional seperti tak mempunyai beban sedikitpun.

Setelah memastikan semua baik-baik saja, Mawar menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan, guna meminimalisir gejolak emosi di dalam tubuh. Dengan langkah yang mantap Mawar mulai masuk, lalu menyapa semua teman kerjanya dengan topeng senyuman palsu.


~~~
Tok! Tok! Tok!

Mawar mengetuk pintu ruangan tempat direkturnya bekerja. Lalu membuka pintu tersebut setelah mendapatkan jawaban dari dalam. "Permisi, Pak... ini berkas dokumen yang bapak inginkan?"

"Iya, letakkan saja di sini." ujar lelaki dewasa berpakaian formal itu tanpa memalingkan wajahnya dari monitor laptop, membuat Mawar segera meletakkan dokumen tersebut di atas meja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Happiness? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang