1. Awal yang menyakitkan

161 26 33
                                    

🥀🥀🥀

Suara tangisan bayi mengema diseluruh ruangan. Tepat tanggal 13 Agustus pukul 8 malam seorang bayi berjenis kelamin laki-laki yang berparaskan tampan telah lahir ke dunia.

Senyum bahagia dari seorang wanita tua menyambut bayi laki-laki tersebut di dalam dekapannya.

"Ganteng sekali ya cucu nenek." Emma menoel pipi gembul bayi tersebut.

"Kira-kira nama apa ya yang cocok untuk anak kamu?" Emma bertanya pada wanita paruh baya yang sedang berbaring sebab masih kelelahan seusai melahirkan.

"Terserah, Ibu." Mawar seakan cuek dengan pertanyaan itu.

"Ibu bingung. Kamu nggak ada apa nama yang cocok untuk bayi ini?"

Mawar menatap tajam Emma. "Ibu pikirin sendiri bisa nggak?! Mawar capek ngelahirin dia!" Bentaknya.

Emma tentu saja terkejut dengan bentakan keras yang keluar dari mulut anaknya.

"Astaghfirullah, Mawar. Kamu nggak boleh bicara seperti itu. Ini bayi kamu. Anak kandung kamu sama Tommy".

Prangg!

Mawar menjatuhkan vas bunga yang berada disisi kirinya sehingga vas tersebut oleng dan jatuh berkeping-keping diatas lantai. Refleks Emma melangkah mundur untuk melindungi bayi yang berada didekapnya.

"Arrgghh aku nggak peduli! Jangan pernah ibu sebut nama orang itu lagi!! Aku benciiii kalian semua". Mawar mengamuk, mengacak-acak semua barang yang berada diatas nakas.

Melihat sang anak semakin tak terkendali Emma menekan cepat tombol merah guna memanggil dokter. Lelehan air mata mulai berjatuhan membasahi pipi yang sudah sedikit mengkerut itu.

Emma memandang sedih kondisi sang anak. Entah dosa apa yang telah Emma lakukan sehingga kehidupan anaknya menjadi menyedihkan seperti ini.

Tak lama kemudian dokter menjeblak pintu dengan kasar bersama 2 suster dibelakangnya.

Dokter bersama satu suster memegang kedua tangan dan kaki mawar agar suster yang lainnya bisa menyuntikkan obat bius pada Mawar.

Mawar terus memberontak, berteriak kencang untuk dilepaskan. Setelah obat bius itu masuk kedalam aliran darah, Mawar berangsur tenang lalu terlelap dengan nyaman.

Setelah memerintahkan kedua suster untuk membersihkan kekacauan yang dibuat oleh pasiennya kemudian dokter tersebut menghampiri Emma yang terisak tanpa suara, memeluk erat sang cucu.

"Ibu gapapa?" Tanya lembut dokter bername tag Lisa.

"A-ah gapapa dok. Saya hanya sedih melihat kondisi anak saya." Emma mengusap cepat jejak air matanya.

Lisa tersenyum lembut kepada Emma. "Anak ibu sudah kami beri obat bius supaya dia bisa beristirahat pasca melahirkan. Dan apa kami boleh membawa bayi itu untuk diperiksa? Takut ada kelainan didalam tubuhnya mengingat tadi ia hampir tak menangis saat keluar dari perut ibunya."

Tanpa pikir panjang Emma segera menyerahkan sang cucu kepada Lisa.

"Periksa saja, dok. Pastikan cucu saya baik-baik saja."

"Iya, Bu. Saya izin keluar... Ayo suster."

Lisa bersama para susternya melenggang pergi dari ruang rawat mawar menyisakan Emma yang berdiri mematung ditemani keheningan.

Kemudian wanita berkepala 5 itu merogohkan ponsel dari dalam tas. Emma menelpon seseorang.

Tuttt...

My Happiness? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang