14. Pesan tersirat

45 7 0
                                    

🥀🥀🥀

Sesampainya di rumah, Haikal lantas membaringkan tubuh Jazlan di dalam kamarnya. Ya, pemuda berkulit tan itu, tanpa banyak berpikir segera membawa Jazlan yang sedang pingsan menuju rumahnya walau masih dengan perasaan terkejut, tidak percaya. Lalu dengan cekatan, Haikal mengganti pakaian basah yang membalut tubuh kurus Jazlan dengan pakaian miliknya dari dalam lemari.

Setelah selesai, Haikal juga menyelimuti Jazlan sebatas dada lalu mengambil tambahan selimut di atas lemari pakaian, sebab suhu tubuh Jazlan menurun drastis.
Tubuhnya nampak menggigil di balik dua selimut tebal, membuat kekhawatir Haikal bertambah.

Ketika mesin penghangat ruangan menyala, barulah getaran kecil pada tubuh Jazlan berangsur tenang, tidak lagi menggigil kedinginan. Haikal menghela nafas lega. Duduk di sisi kasur sambil menempelkan plester penurun panas pada kening sahabat kecilnya itu.

Tatapannya begitu teduh, pun senyuman kebahagiaan kini hadir di wajah Haikal saat memandang lamat wajah pias milik sang sahabat. Kini Haikal sangat tak sabar menanti Jazlan sadar agar ia dapat memeluk  pemuda itu dengan sepuasnya untuk melampiaskan rasa rindunya selama 11 tahun terakhir.

Tak lama kemudian ponselnya yang berada di atas nakas berdenting, tanda ada yang mengirim pesan padanya.

Mamak♡

Kamu di mana, Nak?
Nggak mau ke rumah sakit lagi?

Saya

Ada di rumah😂
Besok, Haikal ke sana lagi


Mamak♡

Oalah
Papa bentar lagi pulang ke rumah.

Jangan lupa makan sebelum tidur.

Nanti Papa pulang bawa makanan.
Makanan itu khusus untuk kamu.
Dimakan ya, Nak.

Saya

Ayay kapten

Kemudian Haikal beranjak pergi ke dapur, merebus air untuk menyeduh teh lalu mencari obat-obatan untuk diberikan pada Jazlan saat pemuda itu sadar nanti.

Saat sedang sibuk mencari obat di kotak p3k, Haikal dikejutkan dengan suara berat milik sang Papa dari belakang.

"Kamu sakit, Nak?"

"Eh, Papa udah pulang?" kata Haikal, memutarkan tubuhnya menghadap Tommy.

Pria yang masih menggunakan baju kantoran itu meletakkan satu kantong plastik warna putih di atas meja makan.
"Ini makan malam kamu."

Haikal lantas mendekat lalu membuka bungkusan makanan tersebut.
"Mau makan bareng, Pa?" tanyanya pada Tommy yang sedang melonggarkan dasi.

"Nggak. Papa udah makan. Buat Haikal saja... Papa mau ke kamar dulu ya." Tommy berlalu menaiki satu persatu anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Begitu juga dengan Haikal yang kini telah membawa nampan berisi secangkir teh hangat dan obat-obatan, serta membawa makanannya ke lantai atas. Haikal ingin makan di kamar bersama Jazlan.

🥀🥀🥀

Jelaga kelam itu nampak kosong menatap interaksi seorang Ibu bersama anak laki-lakinya yang berusia 17 tahun, sedang bercengkrama hangat antara satu sama lain. Mawar yang sedang duduk di kursi teras depan rumah harus menyaksikan adegan tersebut dengan raut datarnya. Walau begitu, jauh dari lubuk hati paling dalam dirinya menginginkan sosok Jazlan hadir menemaninya duduk di sini. Tetapi pikirannya terus mengenyahkan hal tersebut.

My Happiness? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang