Those Eyes 8

572 67 5
                                    

Taman itu sudah seperti tempat mengadu untuk Jisung, hampir setiap malam dia mengunjungi tempat itu hanya untuk sekedar mencurahkan isi hatinya pada rembulan, seperti saat ini, Jisung menatap rembulan yang sangat yakin menerangi gelapnya malam.

'Jaemin Kudengar kau baik-baik saja,!? Baguslah Karena aku yakin kau tidak akan sanggup untuk menanggung kehampaan ini.!' Jisung terus menatap bulan seakan dia adalah objek yang sedang Jisung bicarakan.

'apa kau bahagia karena Jatuh Cinta.? kau pasti tidak tau Jaemin betapa indahnya dirimu saat sedang jatuh cinta, bahkan aku sampai saat ini masih tidak bisa melupakan betapa indahnya dirimu saat jatuh cinta meski bukan denganku.!' Jisung tersenyum sendu merasakan rasa sakit yang sudah menjadi temannya.

'Jaemin apa kau sangat menyukai Renjun.? sejujurnya aku tidak sanggup menahannya,! Apa boleh aku egois berharap kau sedikit saja menderita,!'
Tangan Jisung terkepal kuat berharap bisa sedikit saja membantu meredakan rasa sakit di hatinya.

'kuharap kau merasakan setidaknya satu per sepuluh saja rasa sakit yang aku rasakan sebelum kau bahagia dengan Renjun, maaf jika aku jahat berharap kau merasakan rasa sakit yang selama ini kurasakan.' Jisung sangat ingin menangis meraung sampai rasa sesak itu hilang, namun harapannya sia-sia tidak ada setetes pun air mata yang keluar, bukan kah ketika sakit hati lebih baik menangis agar sedikit merasakan lega di sebagian rongga dada. Bukan seperti ini hanya mampu merasakan sakit namun tidak bisa menyalurkan rasa sakit itu.
.

.

.

Jaemin mengunci kamarnya dari dalam, dia terus mengabaikan teriakan ibunya yang meminta dia untuk keluar.

Jangankan keluar kamar mengangkat sebelah tangannya pun Jaemin merasa sangat sulit karena energinya sudah sangat terkuras, dia hanya mampu menatap keluar jendela dengan tatapan sendu.

Dia tidak menyangka di tinggalkan oleh sang sahabat sangat berdampak fatal baginya, dia merasa menjalani hidup pun terasa percuma.

'Jisung, tidak bisakah kau kembali.? Ah tidak setidaknya beritahu aku di mana kau sekarang biar aku yang menemuimu, apa kau bahagia dengan siksaan yang kau berikan padaku.' Jaemin hanya bermonolog dengan diri sendiri, semoga saja dia bisa mengetahui jalan keluar dari rasa penderitaan ini.

'cih,, kau wanita paling egois yang pernah aku temui Jisung, kau membiarkan aku di sini menderita karena merindukanmu.'

Apa sekarang tuhan sudah mengabulkan keinginan Jisung, dengan memberikan sedikit saja rasa penderitaannya selama ini, atau tuhan hanya sedang mencoba menyadarkan Jaemin bahwa lelaki itu memang tidak bisa hidup tanpa Jisung.

.

.

Sudah lebih dari 2 Minggu Jaemin sangat sulit di temui Renjun sudah sangat frustasi dengan kisah cintanya.

"Jika terus seperti ini aku tidak yakin akan terus bertahan dengan Jaemin, aku harus segera meluruskan masalah ini."

Renjun mengendari mobilnya menuju kediaman Jaemin, dia tidak bisa di gantung seperti ini.

.

.

"Selamat siang Bibi, maaf saya jarang mampir akhir-akhir ini." Renjun menyapa ibu Jaemin.

"Ah Renjun,, kebetulan sekali aku sangat membutuhkan bantuanmu."

"Apa itu.?"

"Maaf jika Bibi terlalu mencampuri urusan kalian, cuman aku ingin memastikan apa benar tidak terjadi apapun di antara kalian.?"

"Tidak bi aku jamin itu kami baik-baik saja, memang akhir-akhir ini hubungan kami sedikit merenggang tapi kami tidak bertengkar."

"Ah seperti itu, apa kau tau alasan Jaemin sangat berubah seperti ini, dia bahkan tidak makan dengan teratur."

Those EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang