Those Eyes 12

482 59 2
                                    

4 Years ago....

Hembusan nafas terdengar dari pria bersurai hitam, mimpi itu lagi, mimpi yang sudah menghantuinya selama kurang lebih 4 tahun, mimpi dimana terakhir kali dia dan Jisung bertegur sapa, ah tidak itu terasa seperti bertengkar.

Jaemin bergegas menuju kamar mandi, beberapa menit kemdudian dia kembali dengan penampilan yang lebih fresh, dia bergegas pergi menuju meja makan hari ini adalah weekend dan ibunya sudah meminta untuk di anatar berbelanja, padahal Jaemin lebih suka menghabiskan waktu di perushaan milik ayahnya tenggelam dalam tumpukan berkas membuat dia sedikit bisa melupakan Jisung.

Jaemin menatap fotonya yang sedang merangkul pundak Jisung semasa sekolah dulu.

"apa kabar Jisung.? apakah anak kita sudah besar.? apa dia mirip denganku.? apa dia pernah menanyakan keberadaanku Jisung.?" Jaemin berucap lirih.

selama 4 tahun dia kembali di siksa oleh gadis itu, dia kembali menghilang dalam kehidupan Jaemin, tidak tanggung-tanggung kali ini seluruh keluarga Park pergi meninggalkan korea, Jaemin sudah pernah mencari keluarga Jisung ke Jepang ke tempat dulu Jisung pernah bersembunyi, namun paman dan bibi Jisung juga sudah tidak menempati rumah itu mereka sudah pindah. kali ini Jaemin benar-benar kehilangan wanita itu.

Dia menatap nyalang foto itu, hati Jaemin semakin sakit karena dia tahu Jisung tidak akan menjawabnya, dia hanya bertanya pada sebuah gambar.

Jaemin berbalik, dengan tangan yang gemetar, mata cokelatnya tampak kosong, namun rahangnya mengeras, rasa sakit ini.... benar-benar tidak dapat Jaemin tahan lagi.

Jaemin menoleh, dan.....

'sret'

tangannya meraih sebuah pisau cutter yang memang tersedia di meja nakas tersebut, tanpa ragu Jaemin mengarahkan tepat di pergelangan tangannya sambil melihat pada foto Jisung, ujung cutter itu bahkan sudah menempel dengan kulit lengannya.

Jaemin memegang cutter itu dengan kuat, hanya tinggal satu tekanan saja, maka dapat dipastikan cutter itu akan memutus urat nadi Jaemin, Namun Jaemin bergeming tangannya gemetar.

dia ketakutan, kilasan senyum manis Jisung terbayang kembali di fikirannya, bukannya dia takut mati, justru kematian adalah sesuatu jalan yang paling ampuh menurutnya untuk mengakhiri rasa sakit itu.

dia justru takut...... takut akan selamat, karena itu artinya Jaemin harus kembali melanjutkan hukumannya di dunia.

dia sangat merindukan Jisung dengan penyesalan dihatinya adalah hukuman yang benar-benar mengerikan.

'brak......'

Perhatian Jaemin teralihkan pada pintu masuk kamarnya yang berhasil di dobrak oleh beebrapa pelayan dan di sana juga terdapat ibunya yang tengah menatapnya dengan air mata yang tidak henti berderai.

yah keluarganya tau bagaimana mental Jaemin sangat kacau setelah kepergian Jisung, itulah sebabnya ibunya sengaja memasang CCTV, tentu saja untuk mengawasi Jaemin karena bukan hanya kali ini pria itu berniat untuk mengakhiri hidupnya, orang tua Jaemin pun mempekerjakan beberapa orang yang di khususkan untuk berjaga, semua sudut rumah sudah terpasang CCTV satu-satunya area yang bebas adalah kamar mandi, namun itu pun tidak luput dari pengawasan karena akan ada pelayan yang menggedor pintu jika Jaemin belum keluar lebih dari dua puluh menit.

Jaemin melempar cutter yang sejak tadi dia pegang, dengan cepat pelayan itu mengambil pisau yang di jatuhkan Jaemin lalu pelayan yang lain segera mengambil barang yang sekiranya dapat membahayakan nyawa sang majikan.

Ibu Jemin berjalan dengan kaki yang gemetar mencoba utuk mendekati anaknya, Jaemin tersenyum dengan matanya yang menatap kosong pada sang ibu.

"Hmmmph... haha." Jaemin mulai terkekeh, namun lama kelamaan dia mulai tertawa.

Those EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang