Those Eyes 10

501 62 4
                                    

Dulu kau dan aku bersahabat, kita tidak terpisahkan, tapi semenjak kejadian itu kau berubah. benar-benar berubah hingga aku tidak bisa mengenalimu lagi, apakah tidak ada kesempatan kedua bagiku, meskipun aku menerima semua perlakuanmu itu.? apakah aku harus memberikan nyawaku, agar kau memaafkan aku Jisung.?

.

.

pagi itu di dalam kamarnya, Jisung tampak tengah memasukan pakaiannya kedalam koper sambil sesekali menghela nafas dalam, ya jisung memutuskan untuk kembali ke rumah kedua orang tuanya toh percuma saja pelariannya sudah di ketahui untuk apa terus bersembunyi.

.

.

"Selamat pagi Jisung. Bagaimana tidur mu semalam.! nyenyak.?" Yuta menyapa sang keponakan dia sudah mendengar semua cerita mengenai Jisung dari sang istri.

Jisung mengangguk "Nyenyak Paman" Jisung membalas sapaan dari sang paman dia yakin pamannya sudah tau apa saja yang terjadi pada dirinya.

"kau sampai melupakan makan malam, dan langsung masuk ke kamarmu begitu saja."Winwin mendesah mengingat semalam Jisung yang Nampak sangat frustasi, "Nah sebagai balasan atas perbuatan mu semalam, sekarang kau harus makan yang banyak oke." Winwin mencubit gemas pipi Jisung, dia sangat menyayangi sang ponakan walaupun mereka sangat jarang bertemu.

"Nde,, Aku akan makan sangat banyak bila perlu sampai bibi memasak untuk yang kedua kali." Jisung melemparkan candaan untuk menenangkan paman dan bibinya bahwa dia baik-baik saja.

"Bibi, maaf jika ini sangat mendadak, aku memutuskan untuk kembali ke Korea semalam aku sudah menghubungi ayah dan ibu, mereka sudah memesankan tiket untukku kembali, terimakasih karena kalian sudah menjagaku selama di sini, maaf jika aku sering merepotkan kalian."

"kenapa mendadak sekali.? ibumu tidak menghubungiku Jisung." Winwin tentu kaget kenapa Jisung harus buru-buru sekali apa dia tidak betah selama tinggal disini.

"maafkan aku sebelumnya bi, aku merasa percuma untuk tinggal di sini karena dia sudah menemukanku." Jisung menunduk sedih dia takut jika dia akan bertambah merepotkan paman dan bibinya.

"Baiklah Jika itu memang keputusanmu Jisung, tapi jika kau merasa kesulitan kau bisa kembali kesini kapanpun kau mau anggap saja ini rumahmu juga." Yuta menyela istrinya yang akan bicara dia tau jika Winwin pasti tidak mengijinkan Jisung pergi.

"terimakasih paman." jisung bahagia karena paman dan bibinya sangat baik padanya, Jisung sadar bahwa hanya keluarga lah yang bisa menerima kebaikan atau keburukan yang telah dia perbuat.

.

.

.

tok..tok...tok...

cklek....

Winwin menatap seseorang yang berdiri di depannya, dia heran kenapa orang ini masih bersikukuh dengan pendirinya.

"ada apa.?"

"selamat siang.! maaf jika menggagu anda, saya hanya ingin bertemu dengan Jisung."

"dia tidak ada."

"saya hanya ingin membicarakan beberapa hal saja, saya berjanji tidak akan lama."

"dia tidak ada di sini." Winwin sedikit meninggikan suaranya.

"saya mohon bi, kali ini saja saya hanya ingin bertemu dengan Jisung, saya berjanji tidak akan melakukan hal yang macam-macam padanya."

"apa kau tuli aku mengatakan bahwa Jisung tidak ada di sini."

"saya mohon, sudah cukup kedua orang tuanya menyembunyikan Jisung, saya berharap anda sedikit saja memihak pada saya."

"cih... apa kau bilang kau mau aku memihak padamu.? dalam mimpimu Jaemin.!"

Those EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang