Bab 10.. Gray..

136 22 0
                                    

Minghao terbangun karena mendengar suara ribut dari dapur. Ia melirik jam yang masih menunjukan pukul 4 pagi.

Ia berjalan menuruni tangga hingga menuju ke dapur.

Disana berdiri seorang pria berbadan besar, tinggi dan agak sedikit gosong. Gosong telurnya maksudnya bukan orangnya hehe.

"Maaf, aku lupa dimana gula" Mingyu.

Hao hanya menunjuk ke salah satu kabinet dan benar saja ketika dibuka ada gula didalamnya.

Mingyu tertawa sambil mengambil gula itu.

"Sebenarnya ini rumah siapa haha" Mingyu.

Tepat pukul 5.30 Mingyu selesai dengan acara masak-memasaknya. Ia menyodorkan telur, susu, daging asap, garlic bread, hingga mashed potato diatas meja.

Jangan salah, Mingyu ini hobinya makan, sehingga ia sering nonton acara masak. Itulah yang membuatnya jago dalam hal memasak, hanya saja dia pemalas.

__..__

Minghao keluar dari kamar mandi dan langsung menuju meja makan dengan rambutnya yang masih basah.

"morning, makanlah duluan" Mingyu

Namun Minghao hanya menggeleng.

Mingyu pun bergegas mandi dan kembali ke meja makan.

Di tengah keheningan itu, tiba-tiba saja Minghao mengutarakan sebuah pertanyaan.

"kau.. benar-benar menyukainya?" Minghao.

Dia tidak menatap Mingyu dan tetap melanjutkan makan, seakan-akan sudah tahu jawabannya.

"Iya" Mingyu.

Setelah itu, keheningan kembali membungkus mereka.

"kenapa kau menjauhiku?" Mingyu.

Mata Mingyu terfokus ke Minghao. Namun yang ditatap hanya fokus makan.

"kalau aku menjauhimu, aku tidak akan duduk makan bersamamu disini" Sarkas Minghao.

Mingyu gemes sekali ingin membalas, namun dia takut Minghao akan kembali menjauhinya, alhasil dia memilih tidak menjawab dan lanjut menghabiskan makanannya.

__..__

Setelah itu, mereka menuju ke sekolah bersama. Saat berjalan menelusuri koridor, Mingyu rasa semua sudah berjalan normal.

Hingga..

Mingyu menepuk-nepuk pundak wanita yang duduk di depannya.

"Saranmu berhasil" Mingyu.

Irene hanya tersenyum dan membalas dengan jempol.

Minghao yang awalnya duduk dengan tenang di kursinya segera berdiri dan keluar begitu saja.

"Hao, lu kemana" Mingyu.

"Bolos" Minghao.

"Ikut" Mingyu.

"Ga usah, aku mau sendirian" Minghao.

Mingyu terpaksa duduk kembali saat mendengar jawaban Minghao.

'Lah kok gini lagi?' Batin Mingyu.

__..__

Sepulang sekolah, mereka kembali berkumpul untuk latihan. Namun Hao tak kunjung muncul.

Mingyu mengirim pesan chat pada Minghao. Namun jangankan dibaca, chatnya pun hanya centang 1.

"Hao belum datang juga?" Seungkwan.

"Ak.." Baru saja hendak dibalas Mingyu.

Minghao masuk ke ruangan dengan begitu tiba-tiba.

"Nah, ayo kita mulai" Seungkwan.

"Kenapa kau mendiamiku arya?" Mingyu.

"Kenapa kau setega itu padaku aryaa" Mingyu.

"Aku membencimu" Minghao.

"Hei, kau salah dialog Minghao" Seungkwan.

"Ulangi ulangi" Seungkwan.

"kenapa kau mendiamiku arya?" Mingyu.

"Kenapa kau tega padaku?" Mingyu.

"Aku tidak akan melepaskan Shinta pada orang sepertimu" Minghao.

"Kita lihat saja, siapa yang akan Shinta pilih" Minghao.

"Goooodd" Sungkwan.

"Bravo.. Intonasi dan ekspresinya sangat dapat" Seungkwan.

"Untuk hari ini sekian dulu, kalian sudah bekerja keras, besok kita libur dulu" Seungkwan.

Minghao segera mengambil tasnya dan berdiri di depan pintu. Mingyu hanya menatap Minghao. Tak berselang lama Minghao pun membuka suara.

"Kau tidak mau balik?" Minghao.

Mingyu menunjuk dirinya sendiri seakan memberi kode pada Minghao.

"Ia kau, siapa lagi yang kutunggu" Minghao.

Mingyu segera berlari mengikuti Minghao. Sesekali ia menyempatkan untuk menggelitik Hao dan tentu saja dibalas dengan tabokkan cinta dari sahabatnya itu.

Minghao memang aneh, moodnya memang tidak jelas. Namun yang Mingyu tahu, Minghao tidak akan pernah meninggalkannya. Itulah yang membuat persahabatan mereka tetap awet hingga sekarang. Padahal sifat mereka sangatlah bertolak belakang.

__..__

KUBUS || GyuHaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang