imperfect-yonghyuck

434 31 0
                                    

Enjoy!


Haechan mendengus kasar saat lagi-lagi mendapati ibunya yang menangis seorang diri di tengah malam.

Jujur saja ia membenci suara dan wajah menangis sang ibu. Rasanya dunia runtuh seketika saat melihat ibunya menangis.

Ia membawa kakinya untuk kembali melangkah ke dalam kamarnya. Nafasnya memburu, matanya berkaca-kaca.

Ia tengah berusaha mengatur emosinya agar tidak membunuh dia.

Dia adalah definisi monster sebenarnya bagi istilah monster. Tanpa belas kasih dan tanpa berperasaan. Ia tahu bahwa ibunya tengah menangis bajingan itu.

Dan haechan benar-benar sudah muak. Maka dari itu ia memilih mengambil jaketnya dan pergi keluar dari rumah.

Padahal ini pukul dua pagi.

Tapi Haechan memang sudah terbiasa sih keluar malam. Malah biasanya pukul segini ia tak dirumah. Atau malah terkadang ia baru pulang pukul enam pagi.

Hal itu ia lakukan karena ia tidak suka mendengar suara tangis yang di sebabkan oleh bajingan itu. Re ; ayahnya.

Dan biasanya ia akan datang ke rumah Lee Taeyong. Seorang pelatih dance yang tampan.

Mereka berdua berteman, dari kecil.

Taeyong lelaki yang perhatian, tampan, juga penyayang. Haechan suka saat ia berada disekitar taeyong. Lelaki itu akan memperhatikannya dengan sangat baik.

Maka dari itu pelarian seorang Lee Haechan hanya seorang Lee taeyong.

Karena hanya Lee taeyong yang mengerti jalan pikirnya.

"Hei," suara taeyong menginterupsi pikiran Haechan. Ia menoleh dan mendapati wajah tampan taeyong yang tengah tersenyum ramah.

Lelaki tampan itu terlihat menenteng banyak sekali barang belanjaan. Celana ponggol dan sweater berwarna baby pink terlihat tampan ditubuhnya.

"Kau keluar jam segini?" Tanya Haechan sembari mendekat dan mengambil sebagian belanjaan yang dibawa taeyong. "Dengan pakaian seperti itu?"

"Eii, aku bukan wanita jadi tidak perlu khawatir," jawab taeyong sembari tertawa.

Haechan jelas mendengus. "Bukan itu bodoh," makinya. Ia memperhatikan taeyong yang terlihat kesusahan memasukkan password. "Diluar dingin dan kau memakai celana pendek."

Taeyong tertawa lagi. "Kau ini," pintu berhasil terbuka. "Aku lima tahun lebih tua dari mu, tapi kau memperlakukan ku seolah kita seumuran."

Haechan mengangkat sebelah alisnya, heran. "Kenapa tiba-tiba sekali?" Herannya.

Lelaki tampan itu tidak menjawab. Ia sibuk membereskan bahan makanan dan meletakkannya di kulkas.

Kesal karena diabaikan, Haechan mendekati taeyong dan menutup pintu kulkasnya begitu saja. Ia menahan pintu kulkas tersebut dengan tangan kanannya dan menatap taeyong tepat dimatanya.

"Kau tidak menjawab pertanyaan ku," tukas Haechan pelan. Nada bicaranya yang pelan itu benar-benar terdengar aneh ditelinga taeyong.

"Kau sudah tau jawabannya, Haechan," balasnya sembari membalas tatapan Haechan dengan lembut. Tatapan taeyong benar-benar lembut untuk Haechan.

"Tapi sayangnya kau tidak pernah bisa menerima fakta tersebut," lanjut taeyong sembari mengusap pelan rahang dan pipi Haechan.

'Gawat! Siaga satu, siaga satu! Kita harus segera menjauh dari Lee taeyong!'

haechan loversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang