Happy reading
"Kak." Panggil Haechan saat win-win tengah asyik menyantap nasi gorengnya. "kakak ganteng, chanie suka."
Win-win tersenyum manis. Ia mengangkat tangannya dan menyentuh bibir Haechan untuk mengambil sebutir nasi yang menempel. "Kamu juga manis, kakak suka." Setelah mengatakan itu, win-win malah memakan sebutir nasi itu.
Haechan berjengit kaget. "Kak, di tempat umum loh!" Kesalnya. "Kalau ada yang liat gimana?"
"Mereka sibuk sama urusan mereka masing-masing, chan." Sambar win-win langsung. Kekasih manisnya ini terlalu memikirkan apa kata orang. Jadilah Haechan yang selalu merasa tidak pantas memiliki hubungan seperti itu dengan win-win.
Padahal win-win sangat amat bersyukur Haechan mau menerimanya meski harus melewati lautan badai.
Terdengar berlebihan, tapi ya begitulah. Win-win butuh waktu dua tahun buat yakinin Haechan kalo semuanya bakal baik-baik aja bahkan jika mereka bersama.
Berkali-kali win-win katakan bahwa ini hubungan mereka. Tak seorang pun berhak menginterupsi hubungan mereka.
Dan berkali-kali pula Haechan seperti batu. Hanya diam bergeming lantas mengalihkan pembicaraan, sama sekali tidak ingin membahas soal rasa insecurenya.
Win-win tidak tahu bagaimana kejelasan dari perasaan insecure yang Haechan rasakan, karena Haechan tidak pernah menceritakannya secara gamblang. Tapi win-win berusaha mengerti apa yang Haechan rasakan dengan tidak memaksanya untuk membahas tentang rasa insecurenya.
"Tapi tetap saja kak, ini tempat umum." Haechan merengek pelan. "Akan sangat mengerikan jika mereka tahu apa yang kita lakukan."
Dahi win-win menyatu, sedikit tidak suka dengan kalimat Haechan. "Apa sih chan?" Dengusnya. "ini hubungan kita, yang ngejalanin kita, yang itu artinya mereka sama sekali gak punya hak buat ikut campur urusan kita."
Wajah win-win terlihat sangat serius saat mengatakan kalimat andalannya itu. Haechan bahkan sampai hafal karena kalimat itulah yang win-win katakan setiap hari.
Dengan kesal win-win kembali memakan makanannya. Wajahnya ia tekuk karena sebal pada kekasihnya. Bahkan hingga ia dengan sengaja menyuap makanannya dengan satu suapan penuh.
Haechan tertawa kecil. Matanya melirik kanan dan kiri, merasa tidak ada yang memperhatikan mereka, tangannya bergerak cepat untuk mencubit pelan pipi menggembung win-win yang tengah makan.
"Kakak jadi uke ku aja mau gak sih?" Haechan greget. Giginya sampai bergemeletuk saking gemasnya dengan win-win.
Mendengar penuturan Haechan membuat win-win terkaget. Ia tersedak nasi yang ia makan. Dan dengan segera Haechan menyodorkan air minum pada pacarnya itu.
"Ngomong apa sih?!" Kesal win-win untuk kedua kalinya. Dia segera menenggak habis minumannya lalu meninggalkan dua lembar uang berwarna merah yang ia selipkan di bawah piring makanannya, dan berjalan meninggalkan Haechan.
Alis win-win menyatu sempurna, menandakan ia benar-benar kesal. Bahkan tangannya terkepal kuat hanya saja tidak terlihat karena ia sembunyikan didalam saku celananya.
Tapi tiba-tiba, seseorang menarik tangannya keluar dari saku celananya untuk kemudian digenggam erat.
Jelas win-win tahu siapa pelakunya. Jelas saja Haechan. Tanpa melihat win-win sudah hapal dengan bentuk dan garis tangan Haechan.
Win-win sama sekali tidak melirik ke arah Haechan. Agaknya masih sebal dengan haechan perkara hubungan mereka juga masalah posisi yang sebenarnya hanya dijadikan bahan bercandaan buat Haechan.
Ternyata oh ternyata, win-win mengambil hati akan semua candaan Haechan. Ia mendiami Haechan bahkan saat mereka sudah sampai di depan rumah Haechan.
"Kak, jangan marah." Sudah tidak terhitung berapa kali Haechan mengucapkan kalimat itu untuk win-win. mulutnya sampai berbuih rasanya.
Win-win tak menjawab perkataan Haechan. Juga tidak menatap kembali tatapan beruang Haechan, tatapan favoritnya.
Kali ini Haechan mengguncang pelan lengan win-win sembari merengek. "Maaf, kak."
Lelaki tampan itu menghela nafas lalu menatap kembali Haechan. "Aku juga minta maaf ya, kekanakan banget soalnya." Ujarnya sembari mengusap sayang surai Haechan.
Haechan sendiri sudah menangis karena akhirnya win-win berhenti mengabaikannya.
"Maaf ya, kalo kakak masih gak ngertiin kamu yang malu pacaran kaya gini di hadapan umum," sesal win-win sembari mengusap punggung Haechan yang bergetar akibat tangisannya.
Lelaki beruang itu semakin meraung, bilang minta maaf dan bilang bahwa itu bukan salah win-win.
"Kalo kamu gak keberatan, kakak mau cerita sedikit ke kamu," ujarnya. "Boleh?"
Haechan berhenti menangis, menyisakan sesenggukannya saat mereka berdua mulai memutus kontak fisik yang terjadi beberapa detik sebelumnya.
"Sebelum ketemu kamu, kakak juga pengecut," ucap win-win. "bahkan lebih pengecut dari kamu."
"Tapi waktu liat kamu main hujan di pinggir trotoar buat kakak berani akan segala hal. Termasuk ngedeketin kamu."
"Dari situ, kakak gak takut apapun lagi, Chan," jelas win-win. "Jangan tanya kenapa, tapi kalo itu kamu, kakak bahkan rela di sambar petir ketika hujan badai menghantam kita buat lindungin kamu."
"Kak," panggil Haechan dengan mata berkaca-kaca. Win-win kira lelaki itu akan menangis lagi. Ternyata Haechan malah berhambur ke dalam pelukannya lagi.
"Maafin Haechan kak, maaf," lelaki itu sesenggukan dalam pelukan win-win.
Win-win terkekeh, "iyaa beruang kakak," ujarnya sembari menenangkan kekasihnya itu. "Jangan ngerasa bersalah kaya gitu ah, kakak jadi ngerasa jahat."
Haechan melepas pelukannya, menatap mata win-win sebentar, lalu mendekatkan wajahnya ke wajah win-win untuk mencium bibir lelakinya.
Win-win kaget. Soalnya selama mereka pacaran enam bulan, biasanya selalu win-win yang mulai cium Haechan. Dan sekarang sebaliknya.
Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, win-win menarik tengkuk Haechan agar semakin mendekat. Ciuman menjadi sedikit terburu-buru ketika win-win mengambil alih.
Win-win menjilat bibir Haechan, memberikan kode supaya kekasihnya itu membuka mulutnya.
Haechan yang paham pun langsung membuka mulutnya dan menarik lidah win-win terlebih dahulu untuk diajak berperang di dalam sana.
Kesusahan akan posisi yang seperti ini, win-win menarik Haechan agar berdiri dan berpindah ke atas pangkuannya. Win-win juga sedikit mengatur posisi kursinya supaya nyaman.
Kali ini Haechan sudah berada diatasnya, dengan masih saling melumat.
Tangan Haechan meremas erat rambut win-win, menyalurkan rasa nikmat yang win-win berikan. Bahkan lelaki beruang itu sudah melenguh pelan saat win-win menggigit bibirnya sebagai penutup dari sesi berciuman mereka.
Haechan meletakkan kepalanya di dada win-win. Dapat ia rasakan jantung win-win yang berdebar, sama persis seperti jantungnya.
Ia tertawa kecil, "kakak berdebar."
Win-win balas tertawa. Ia memeluk beruang kesayangannya itu lalu berbisik, "kakak cinta kamu."
Lelaki beruang itu balas tersenyum lalu ikut berbisik, "aku juga cinta kakak."
END.
Huhu, agak susah tapi ya yaudahlah.

KAMU SEDANG MEMBACA
haechan lovers
Rawakjust about Haechan and all his lovers WARN! i'll tell u that i never made a story with ten, haechan, shotaro, and chenle as dom! cause in my opinion, everyone in NCT can be a dom, except three of them, and four with Haechan. And i think, taeyong...