cruel winter-nohyuck

674 44 2
                                    

Happy reading!!

we're born to be alone, but why we still looking for love?
-lee haechan

"Nomor yang anda tuju sedang tidak dapat— tuutt tuttt tuuutt

"Bajingan!" Maki seorang lelaki manis dengan baju tebal dan syal yang melilit di lehernya.

Ia menghela nafas saat lagi-lagi nomor kekasihnya tidak dapat dihubungi. Ini sudah panggilan ke-10, tapi Lee Jeno belum juga mengangkat panggilan juga membalas pesannya.

Padahal hari ini mereka ada janji kencan. Jeno sendiri yang membuat janji kencan tersebut seminggu yang lalu.

Mereka berjanji akan bertemu di taman kota pukul delapan malam waktu setempat, tapi hingga pukul sembilan malam Jeno belum juga menampakkan batang hidungnya.

Sungguh hal itu membuat Haechan kesal setengah mati. Bahkan hingga sekarang pukul setengah sebelas pun Jeno belum juga muncul atau bahkan mengabari Haechan.

Padahal ini musim salju, suhu pada malam hari semakin rendah.

TING!

Satu pesan masuk dari kekasihnya. Haechan tersenyum senang sembari dengan cepat mengambil ponselnya.

Jeno
Haechan, aku minta maaf karena tidak bisa menepati janji.
Itu karena ibu ku yang tiba-tiba meminta ku untuk tinggal di rumah karena suhu yang terlalu rendah, beliau tidak mengizinkan ku keluar.
Apa kau baik-baik saja?

Haechan mendengus tidak percaya. Ayolah, mereka berjanji akan bertemu pukul 8. Dan Jeno mengabarinya bahwa ia tidak bisa datang tepat pada pukul 11.

Bukankah itu artinya Jeno baru saja meminta izin untuk keluar pada ibunya? Lantas kemana 3 jam sebelumnya?

Haechan
Ah, tidak apa-apa. Aku mengerti.
Ya, aku baik-baik saja.

Setelah mengirimi balasan, ia mengantongi ponselnya, berniat untuk pulang kembali ke apartemennya.

Tapi jika di pikir-pikir, akan sangat membosankan apabila Haechan langsung pulang ke rumah. Ia tidak ada jadwal apapun besok, mau tidur juga terlalu cepat.

Maka dengan segera ia memutuskan untuk pergi ke rumah jaemin, sahabat terbaiknya. Disaat-saat seperti ini, jaemin akan menghabiskan berkaleng-kaleng kopi sembari menonton drama. Haechan hapal betul dengan kelakuan temannya yang satu itu.

Jaemin tinggal sendiri di apartemen yang tidak begitu jauh dari milik Haechan. Lelaki Tan itu bahkan sering mengajak jaemin untuk tinggal bersama di apartemen Haechan.

Tapi lelaki barmarga na itu tidak pernah mau dengan alasan yang tidak jelas. Seperti 'aku tidak bisa tidur tanpa lampu, Chan.' atau ' tidak Lee Haechan, aku tidak bisa berbagi rumah dengan orang gila seperti mu.'

Dan masih banyak lagi alasan konyol seorang na jaemin yang bahkan sampai sekarang Haechan tidak dapat pahami. Tapi ya, namanya juga Lee Haechan. Ia tidak terlalu ambil pusing.

Tanpa sadar, Haechan sudah sampai di depan apartemen sederhana milik na jaemin. Dengan riang ia menekan bel, menanti jaemin untuk membuka pintu untuknya.

Tak lama, pintu di depannya terbuka. Menampilkan Lee Jeno tanpa busana dan hanya mengenakan boxer.

Ha apa?! Lee Jeno?!

"Haechan..." Lirih Jeno tanpa bisa berkata-kata.

"Siapa sih malam-malam begini?! Ganggu saja." Lalu terdengar suara gerutuan na jaemin dengan selimut yang membalut tubuhnya. Haechan tebak lelaki itu tidak memakai apapun lagi dibalik selimut itu.

Sama seperti Jeno, jaemin juga mematung. Tidak bisa berkata-kata.

Haechan tertawa kecil. "Ah, maaf mengganggu, na." Sapa Haechan sembari melambaikan tangan. "Tadinya aku ingin mampir karna kekasih ku tidak bisa menemui ku sebab dilarang oleh ibunya."

"Tapi sepertinya kau sibuk, ya?" Tanya Haechan masih dengan senyumannya. "Well, tidak apa. Kalau begitu aku pulang saja."

Baru saja Haechan hendak membalikkan tubuhnya, tangannya sudah ditahan oleh jaemin. "Chan, aku bisa jelaskan."

Sungguh Haechan ingin sekali memukul wajah jaemin. Bagaimana bisa ia masih menyentuh Haechan saat ia baru saja ketahuan menusuk sahabatnya?

Lelaki gembul itu menggeleng. "Aku tidak ingin mendengar apapun, na." Balas Haechan sembari melanjutkan perjalanannya.

Air matanya jatuh saat berjalan keluar dari lobi apartemen tersebut. Sungguh bodoh! Semua pertanyaan yang ada dalam kepalanya selama ini akhirnya terjawab.

Akhirnya ia tahu mengapa Jeno selalu memaksa Haechan untuk mengajak jaemin ikut makan siang saat seharusnya itu jadwa mereka kencan.

Akhirnya ia tahu mengapa jaemin selalu menolak tawarannya untuk tinggal bersama. Dasar bodoh! Apakah dulu hal ini adalah kasat mata? Sampai-sampai Haechan tidak bisa menebaknya.

............

"Chan, ku mohon biarkan aku menjelaskan." Itu adalah suara permohonan Lee Jeno, kekasih Haechan.

Ah, apa kita harus menyebutnya mantan kekasih? Karena Haechan benar-benar tidak menghubungi ataupun merespon pesan yang masuk dari Jeno sejak seminggu lalu.

Haechan menghela nafas malas. "Tidak ada yang perlu dijelaskan, Lee Jeno-ssi." Jawabnya. "Kita jelas sudah tidak memiliki hubungan apapun."

Setelah mengatakan itu, Haechan berbalik. Namun sialnya, tepat didepannya sudah berdiri na jaemin dengan mata berkaca-kacanya.

"Chan.." lirih jaemin sembari mendekati Haechan dan memegang lengan lelaki tan itu. "maaf." Ujarnya.

Lelaki itu bimbang. Ia bisa kehilangan Lee Jeno, tidak apa. Tapi untuk na jaemin? Sahabatnya dari SMP? Apakah ia bisa?

"Tak apa." Katanya pelan. "Tapi maaf, na. Sepertinya aku butuh waktu." Setelah mengatakan itu, ia langsung berbalik dan pergi meninggalkan keduanya.

Haechan tidak tahu bagaimana dia harus menghadapi keduanya setelah ini.

Pengkhianatan Jeno dan jaemin benar-benar mengajarkannya satu hal.

Didunia ini, seseorang memang terlahir untuk sendiri. Lantas mengapa orang-orang masih terus mencari cinta?

Cinta hanya akan membuatmu sakit. Tapi orang-orang tetap ingin merasakan apa yang namanya cinta.

Huh, dasar bodoh.

Ya Lee Haechan salah satunya.

END

huhuhuuu maaf yaaa, kemarin aku ga ngecek dulu sebelum publish. jadinya gatau kalo ternyata ceritanya belum kelar alias kepotong

haechan loversTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang