31

108 25 11
                                    

Kafin dan Yolai tidak mempunyai pilihan. Maka, keduanya sepakat untuk membawa Nawasena kembali ke warung. Membiarkan tubuh itu tergeletak dengan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya.

"Rumah di sekitar sini kosong. Kita bisa menyelinap dan tinggal di dalamnya." Kafin memberitahu sambil berjalan ke arah pintu depan.

"Walau kosong. Tempat itu kotor seperti di sini. Kita perlu membersihkannya," balas Yolai sambil melirik ke arah Nawasena yang masih tidak sadarkan diri.

"Menurut lo. Siapa yang harus membersihkannya?"

Yolai tahu, mustahil meminta Kafin. Kasta mereka berbeda. Jelas, orang yang harus melakukan itu adalah dirinya seorang. Dengan langkah terpaksa, Yolai terpaksa meninggalkan Nawasena dan pergi mencari rumah untuk mereka tinggali.

...

Tiga jam berlalu. Sebuah rumah sederhana yang sebelumnya penuh dengan dedaunan kering di halaman kini telah bersih.

Area di dalam rumah juga sudah dibenahi dan dibersihkan Yolai. Walau tidak terlalu signifikan. Setidaknya, mereka bisa membaringkan Nawasena di sana, pada salah satu kursi rotan yang masih cukup bagus.

"Lo tinggal di sini jaga Nawasena. Gue mau pergi sebentar," tukas Kafin. Dia sendiri masih tidak cukup nyaman dengan rumah tersebut. Dindingnya kotor dan penuh jamur.

"Lo mau ke mana?"

"Suatu tempat. Jaga manusia itu."

Yolai hanya bisa mendengus kesal melihat kepergian Kafin. Mengeluh pun tidak ada gunanya. Dia tidak ingin cari mati dengan si Lembuswana itu.

...

Sarina yang sibuk bekerja di Arendaratu Official. Tersenyum ceria saat seseorang mendorong pintu dari luar.

"Selamat siang, ada yang bisa saya ban ... tu?"

Sarina mengerjap. Sinar matahari yang bersinar dari belakang punggung Kafin, seolah menyinarinya seperti malaikat.

Kafin melihat-lihat sekitar. Entah toko atau kantor. Kafin sulit mendeskripsikannya. Tempat itu dinyatakan seperti toko. Namun, tidak ada apa pun yang dipanjang sebagai barang jualan. Bila disebut kantor, tempat itu seperti jasa penjualan.

Di sudut ruangan. Ada beberapa sofa berwarna abu-abu tua yang bisa digunakan sebagai ruang tunggu. Beberapa kaktus, menjadi pemanis di beberapa tempat. Sarina yang duduk di meja resepsionis, mempersilahkan Kafin untuk duduk di hadapannya.

"Ada yang bisa saya bantu, Kak?" sapa Sarina ramah. Berusaha bersikap profesional, walau ia sendiri sedang pangling pada paras Kafin.

"Gue ingin minta rekomendasi ramuan dengan penawar racun paling mujarab. Sekalian seorang penyihir rumah yang mampu menggunakan mantra bersih-bersih."

Arendaratu Official. Merupakan jasa layanan sihir yang bertujuan membantu segala macam masalah sihir yang terjadi di kemaharajaan. Jasa ini bergerak dalam berbagai bidang dengan banyak relasi dan koneksi.

"Boleh tahu, jenis efek racunnya? Penawar racun yang baik, biasanya disesuaikan dengan kondisi orang yang terinfeksi."

Kafin menggeleng. "Entahlah. Gue enggak tahu. Pokoknya orang itu kehilangan kesadaran dan sekarat."

"Hmm." Sarina bergumam. Menulis pesanan Kafin pada selembar daun lontar dengan tinta emas. "Anda bisa kembali besok untuk mendapatkannya. Untuk layanan jasa bersih-bersihnya, akan kami kirim segera, saat Anda menulis alamatnya di sini."

Kafin mendorong balik kertas lontar yang diberikan Sarina.

"Gue enggak hapal nama jalannya. Tapi gue tahu arahnya dan gue butuh ramuan itu sekarang."

The Heroes Bhayangkara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang