4 bulan bersama Kak Semesta.

43 3 0
                                    

Bulan keempat. Di bulan ini Angkasa dan Semesta justru makin diliputi perasaan saling menyayangi dan semakin tidak ingin berpisah. Di bulan ini mereka bahkan sempat memikirkan bagaimana jika suatu saat mereka tinggal dan hidup bersama di sebuah rumah sederhana dan memiliki satu atau dua orang anak.
“Sa, kamu pernah kepikiran ga sih kalau seandainya kita tinggal di sebuah rumah sederhana terus ada anak-anak kecil yang nyambut aku pas pulang? Aku sering ngebayangin kyk gitu,” ujar Mingyu.

“Emang kakak ngebayangin gimana?” Tanya Jihoon.

“Aku ngebayangin pas pulang kerja baru masuk rumah terus ada anak-anak kecil yang teriak, ‘papa! Ayoo kita mainan!’. Terus ntarnya aku liat kamu lagi masak di dapur, nyambut aku, bawain tas kerja. Terus ntarnya selesai aku mandi kita makan sama anak-anak, pasti lucu yaa? Andai kita bisa sama-sama sampai nanti yaa,” jelas Mingyu.

“Lucu, kak. Tapi sayangnya, benteng kita terlalu tinggi. Ga semudah itu, kak.” Jihoon menundukkan kepalanya, berusaha menahan air mata yang hendak keluar dari kedua matanya.

“Kalau kita tidak bisa bersama saat ini, aku harap kita dapat bersama di kehidupan selanjutnya yaa. Dengan versi yang berbeda,” ucap Mingyu.

Setelahnya, tak ada percakapan lebih lanjut. Keduanya berdiam diri, membayangkan indahnya hari-hari mereka jika seandainya mereka dapat bersama. Andai mereka dipertemukan dengan cara yang lebih baik, dipertemukan dengan keyakinan mereka yang sama. Memang nyatanya, semua hal yang ada tak selamanya indah tak juga selamanya buruk.

Di bulan ini, mereka justru semakin memikirkan bagaimana hubungan mereka kedepannya. Akankah keduanya akan selalu bersama atau justru sebaliknya. Sejujurnya, hubungan keduanya sangat ditentang keras oleh ayah dari Jihoon. Sang ayah tidak setuju jika anak pertamanya memiliki hubungan dengan seseorang yang berbeda keyakinan dengan keluarga mereka. Namun, sang ayah tidak dapat berbuat apa-apa selagi sang anak bahagia.
“Kak,” panggil Jihoon di tengah keheningan.

“Iya, Angkasa sayang? Kenapa? Kamu mau makan?” Tanya Mingyu.

“Umm... Kak, akankah hubungan kita kedepannya akan selalu seindah ini?” Tanya Jihoon.

“...” Mingyu diam. Tidak tau harus menjawab apa atas pertanyaan yang diajukan oleh kekasihnya. Sebenarnya, ia pun bingung. Apakah hubungan keduanya akan bertahan?

“Jujur kak, aku berharap banget sama hubungan kita. Tapi, ga mungkin. Jarak kita jauh banget,” ucap Jihoon.

“Sa,” kini Mingyu yang memanggil Jihoon.

“Iya, kak?” Tanya Jihoon.

“Aku minta, kita jangan pikirin ini ya. Kita jalanin aja dulu hubungan kita, entah kedepannya bakal gimana, kita jalanin aja. Intinya, Sa, aku seneng banget karena kenal kamu. Aku bahagia banget bisa ketemu kamu. Kamu baik, aku sayang kamu.” Mingyu menggenggam tangan Jihoon dan mengecupnya. Mencoba untuk menenangkan hati dan pikiran kekasihnya.

“Tapi, ada satu hal yang harus kakak ingetin baik-baik. Suatu saat, bukan aku yang ninggalin kamu.”












✃- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Haii!!
Lamakah? Maaf yaa. Beberapa hari lagi Cici bakal ikut snbt karena di snbp kemarin Cici ga lolos, semoga aja Cici lolos yaa. Cici berharap banget bisa lolos dan bisa banggain orang tua Cici. Ga henti-hentinya Cici berdoa untuk kebaikan kita semua. Semoga kalian ga bosen yaa. Makasih udah nungguin cerita Cici. Jaga kesehatan. Byee!!!
3 Mei 2023

Semesta dan Angkasa - Kim Mingyu & Lee Jihoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang