Chapter 1

36.1K 1.6K 15
                                    

My pic-a-story inspiration :

When I saw this week's picture , I got insipred to write about a woman who try to be strong in facing her dysfunctional and imperfect life. Besides, the dark blue sky in this picture was inspiring me of the dark eyes that the lead man has.

(Ketika melihat gambar minggu ini, saya teinspirasi untuk menulis tentang seorang perempuan yang berusaha kuat dalam menghadapi hidupnya yang tdak sempurna. Selain itu, langit biru yang gelap dalam gambar tersebut mengininspirasi saya akan tatapan kelam karakter pria dalam cerita ini.)

****

Arlena_

Ada yang ingin kusampaikan..

Bunyi pesan yang memulai segalanya. Disini lah aku ,meninggalkan begitu banyak pekerjaan di kantor dengan deadline yang sudah di depan mata, duduk berhadapan dengan pria yang hanya diam menatapku dengan tatapannya yang kelam. Sudah setengah jam berlalu tapi tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Aku jadi penasaran dengan apa yang ingin ia sampaikan. Tapi aku pun tak ingin memulai duluan. Aku tak pernah menjadi pembuka percakapan.

"Aku tak bisa menikah denganmu" ucapnya dengan suara yang pelan namun terdengar jelas di telingaku.

"Leluconmu tidaklah lucu". Tuturku sambil menatapnya tak suka.

"Aku serius. Aku mencintai seorang wanita dan itu bukan kau" tuturnya menyakitiku. Aku hanya diam memintanya untk melanjutkan omong kosong tentang cintanya itu.

"Aku bertemu dengannya lagi dan perasaan itu muncul lagi. Kali ini aku memiliki kesempatan hidup bersamanya. " dia mengatakannya sambil tetap menatapku dengan tatapan kelam yang mampu menenggelamkan siapa pun, termasuk aku.

Tak ada satu kata pun keluar dari bibirku. Aku hanya menatapnya seperti orang bodoh. Mencoba mencerna kata-katanya yang berkeliaran di kepalaku. Hanya ada satu kesimpulan. Dia akan meninggalkanku. Dua hari sebelum perikahan kami. Tak akan ada pernikahan.

"Maaf" ucapnya lalu bangkit dari duduknya. Kembali dia menatapku lalu melangkah berlalu.

"Dimas" lafasku menyebut namanya pelan yang lucunya dapat didengar olehnya, dia pun menoleh melihatku. Ku angkat daguku tinggi memperlihatkan keangkuhan yang biasa melekat pada diriku.

"Ketika kau melangkah pergi, jangan berharap untuk kembali". Tantangku padanya, masih berharap dia tidak akan pergi.

"Maaf" hanya kata itu yang mampu diucapkannya lalu dia pun melangkah pergi dan kali ini tidak menoleh kembali.

"Jangan pernah kembali" ucapku pelan sambil menatap keluar jendela. Menatap titik-titik hujan yang entah kapan mulai membasahi bumi dengan begitu derasnya. Kurasakan lelehan hangat mengalir turun ke pipiku. Kuhapus cepat. Aku tidak suka terlihat lemah. Aku bukan wanita lemah yang menangis karena lelaki. Aku sudah biasa diabaikan. Sudah terbiasa ditinggalkan. Rasa sakit ini nantinya juga akan hilang. Yaa, semuanya akan baik-baik saja. Aku akan baik-baik saja.

.

.

.

.

.

Aku benci cinta...

Aku benci diriku yang mencinta.

Catching Your Heart (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang