This gonna be short and contain a lot typos- maybe. So sorry. Saya lagi di RS soalnya jagain opung yang lagi sakit. Beliau sudah dua kali koma dan saat ini sudah sadar tapi masih sangat lemas dan masih butuh alat bantu pernafasan. Mohon doanya ya semoga opung saya cepat sehat.
Sebenarnya chapter 15 sudah saya buat lebih dari dua minggu yang lalu, saya simpan rapi di laptop dan tinggal dipoles lagi untuk terbit tapiiii besoknya ketika saya mau ngerjain lagi, laptop saya kembali berulah. It's been 2 weeks dan dia gak mau hidup. Alias Matot! Saya kira dia lagi ngambek seperti biasa, didiamkan semalaman dengan dicharge besok sudah pasti hidup tapiii saya kembali salah. saya lakukan hal yang sama sampai dua minggu ini dan dia gak mau hidup. Mana saya gak punya back up-nya jedeeeer! Ditambah saya sudah buat dua chapter awal cerita Elle &Edward yang saya simpan di laptop juga dan tak tahu bagaimana nasibnya. Pusing kepala saya, daripada kelamaan bingung dan galau, ini saya sempatkan ketik di hp lanjutannya dengan sisa-sisa ingatan tentang yang sudah saya tulis sebelumnya. Happy Reading guys.
.
.
.
.
.Dimas sedang memilih dengan cermat melon yang ia inginkan. Terdapat dua melon di kedua tangannya. Ia tampak menimbang yang mana yang akan ia beli. Semenjak malam di apartemen Arlena, entah mengapa Dimas sering menginginkan sesuatu dan merasa perlu untuk membeli atau mendapatkannya sendiri. Dua hari berselang sejak acara makan bakso pria itu menginginkan sate padang yang dijual di daerah bekasi yang dulu pernah ia makan bersama Arlena ketika mereka masih bertunangan, dia akan uring-uringan bila keinginanannya tersebut tak terpenuhi maka ia menunda meeting agar bisa langsung pergi ke tujuannya. Ia bahkan mampir ke apartemen Arlena sesudahnya ingin berbagi sate tersebut, namun ketika sampai yang ia temukan adalah perempuan itu sedang bersama Abib membuat Dimas jadi kesal dan membatalkan niatnya.
Dan hal yang aneh lainnya adalah beberapa hari yang lalu ia menginginkan es teler lengkap menggunakan susu putih,sesuatu yang tak pernah ia sukai sebelumnya, Dimas benci makanan manis namun akhir-akhir ini ia sangat tidak pemilih terhadap makanan. Mau manis, pedas atau asin pun akan ia nikmati dengan lahap. Dan ia selalu lapar.
Seperti saat ini, ketika pulang dari kantor tiba-tiba ia ingin makan melon dengan bumbu rujak yang pedas. Maka ia mampir sebentar ke super market di dekat gedung kantornya untuk membeli buah melon yang ia inginkan. Dimas sudah menelpon Ibunya dan meminta beliau untuk membuat bumbu rujaknya. Air liurnya terbit membayangkan hal itu. Hmmm. Dia harus cepat-cepat pikirnya semangat.
"Dim..." tepukan halus di bahunya membuatnya berbalik, menatap terkejut wanita cantik yang memberikannya senyuman dan tatapan terkejut.
"Shifa..." lirihnya. Dimas hampir melupakan wanita ini. Ia bahkan tidak memikirkannya yang ada dalam benaknya adalah Arlena... Arlena ... dan Arlena. Tersenyum kikuk ia menanyakan kabar wanita itu.
"Aku baik, kenapa bisa kebetulan begini?" Kekehnya pelan, "sedang memilih melon huh?" Tanyanya kemudian sambil mengambil salah satu melon yang dipegang Dimas.
Shifa mengetuk pelan melon yang ia pegang, "Yang ini bagus, kau pilih yang ini saja." Ungkapnya.
Dimas menganggukkan kepalanya, menerima melon yang ditawarkan Shifa kemudian meletakkannya di dalam keranjang.
"Apa lagi yang ingin kau cari?" Tanya wanita itu antusias, senyuman cerah manis bertengger di wajahnya. Ia sudah membayangkan mereka belanja bersama seperti pasangan pada umumnya.
"Tidak ada, aku hanya ingin membeli melon, Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Dimas.
"Belanja..." ucap perempuan itu sedikit tak yakin. Dimas mengernyitkan dahinya, jarak rumah Shifa ke supermarket ini cukup jauh, jika dia menjadi wanita itu maka ia takkan belanja di sini karena ada supermarket yang lebih dekat dari rumahnya. Lagipula ia tak melihat Shifa menenteng keranjang belanjaan. Wanita itu hanya membawa tas tangannya. Tapi mungkin dia belum mengambil keranjangnya. Mungkin saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catching Your Heart (ON GOING)
General FictionArlena mulai mempercayai bahwa akan ada cinta dan kebahagian untuknya. Namun itu semua sirna, hilang tak bersisa meninggalkan sakit hati dan rasa malu. "Ketika kau pergi jangan harap untuk kembali". Dia tetap pergi, meninggalkan Arlena yang hanya...