Chapter 3

15.9K 1.2K 12
                                    

My pic-a-story inspiration :
When i saw this picture i was thinking about the second lead woman in this story. She was like a cat. Need to be spoiled. Elus-able (hehe) . And her gaze is like a cat (Berbinar-binar) while she want something and if she got it. She's cute actually. But yeaah. Hope you like it ups her

Arlena terkesima. Dia terlena akan keindahan alam yg ditampilkan sang Maha Kuasa. Bibirnya tersenyum tanpa ia sadari, helaan nafasnya teratur lalu tersendat kagum. Tiga belas detik paling berkesan yang ia pernah alami sepanjang hidupnya. Sunset di pantai Selong Belanak memang luar biasa. Pantai yg terletak di Lombok tengah ini memang tidak seterkenal dan seramai pantai -pantai yang berada di Lombok lainnya. Namun keindahannya tidak perlu dipertanyakan. Pasirnya bersih dengan air laut yang biru kehijauan dipadukan dengan gugusan hijau bukit yang berada di sekitarnya. Karena suasana yang sepi pantai ini lebih terasa seperti pantai pribadi untuk Arlena.

Hanya ada dia dan dua orang lain di pantai itu sepertinya pasangan kekasih atau mungkin suami istri yang sedang berbulan madu. Arlena tidak terlalu peduli dengan pasangan yang sepertinya sedang dimabuk asmara itu, lagi pula mereka berada cukup jauh dari pandangannya. Dan pemandangan sunset selong belanak jauh lebih indah dan menenangkan. Bukankah itu tujuannya datang ke sini. Menenangkan diri. Menjauh dari kejenuhan kota Jakarta. Menjauh dari keluarganya yang tidak mau mengerti dirinya.

"Maaf mbak... " sebuah suara lembut menginterupsi lamunan Arlena. Seorang wanita manis berwajah ayu menatapnya tersenyum.

"Boleh tolong fotokan kami?" Pinta wanita itu dengan senyum yang tak pudar sekilas ia memandang sayang lelaki yang berdiri tidak jauh di belakangnya.

Arlena menatap tanpa kedip lelaki itu. Sedikit keterkejutan terbayang di wajahnya ketika bersitatap dengan si lelaki yang juga menatapnya tak kalah terkejut, namun dia langsung bisa meghilangkan ekspresi terkejut itu.

"Tentu" ucap Arlena pelan seraya menerima kamera dari wanita berparas ayu yang semakin tersenyum lebar. Dirangkulnya mesra lengan sang lelaki.

"Satu... dua... tiga " ucap Arlena ketika beberapa kali mengambil gambar mereka.

"Terima kasih ya mbak... wah hasilnya bagus-bagus" senyum tak lepas dari wajah wanita yang Arlena tidak tau namanya itu. Matanya berbinar senang memandangi hasil jepretan Arlena.

"Sayang lihat deh... bagus kan?"

"Iya. Sudah gelap, Ayo kita kembali ke penginapan." Suara berat yang sudah sangat dikenal Arlena menjawab sekaligus mengajak kekasihnya pergi.

"Sekali lagi makasih loh mbak. Bye" pamit perempuan itu, sementara sang lelaki hanya mengangguk kaku kepadanya. Arlena balas mengangguk pelan tanpa mengucapkan sepatah kata. Tatapannya mengiringi kepergian dua sejoli tersebut. Hanya punggung itu yang sanggup diberikan lelaki itu padanya. Sekali lagi Arlen hanya bisa menatap kepergian lelaki itu.

Perlahan bibirnya tersenyum miris. Tatapan matanya mulai meredup.

Pantas saja. Perempuan itu sangat cantik. Mudah tersenyum . Periang. Tidak sepertimu. Pemurung. Kaku. Pantas saja dia tak bisa menolaknya. Pantas saja dia mencampakkanmu jerit hati Arlena jahat.

Hilang sudah efek matahari terbenam indah yang tadi sangat dinikmatinya. Hilang tak berbekas. Yang ada sekarang hatinya malah tambah sesak. Sebulir air mata tak kuasa ditahan. Mengalir membasahi pipi mulusnya. Kali ini dibiarkannya saja. Tak perlu dihapus. Tak ada yang melihat. Hanya ia dan Tuhan yang tau. Biarlah semilir angin yang akan mengeringkannya. Hanya setetes, tak masalah.

"Kau kuat Arlena. Kau kuat Arlena. Kau kuat".

****

Catching Your Heart (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang