Kevin & Nia
Story By Ratuqi
.
.
.
."Ka-kamu tidak pakai pengaman?!"
Kevin mendengkus geli. Seakan kata-kata yang baru didengarnya adalah kalimat lucu.
"Kamu baru sadar? Terlambat." Kevin lalu tertawa pelan. tak peduli pada raut tegang Nia yang langsung duduk di tengah ranjang dengan kondisi berantakan begitu Kevin bangkit. Tangan yang menahan selimut mengepal. Merasakan kemarahan yang dirasa percuma karena jika pun ingin ia keluarkan tak akan bisa membuat lelaki yang kini sedang memakai kembali pakaiannya itu takut, yang ada ia akan semakin terlihat menyedihkan.
"Penggunaan pengaman ada dalam perjanjian kita. Harusnya kamu patuhi itu."
"Dan harusnya kamu bisa sadar lebih dulu agar dapat mengingatkan aku. Bukan salahku kalau aku lupa, kan?" Tanya Kevin tanpa dosa. Sedang Nia tahu betul hal itu hanya alasan.
Merasa tak ada yang perlu ia katakan lagi. Nia membuang muka ke arah lain. Dadanya sesak memikirkan kebodohan yang ia lakukan beberapa saat lalu. Menyerahkan diri pada Kevin tanpa curiga sedikit pun. Ia terbuai dengan nominal bukti transfer dari rekening lelaki itu ke rekeningnya. Harusnya sejak dulu dia tahu Kevin akan tetap menjadi pria jahat, bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain, dan apa yang ia mau harus ia dapatkan meski dengan cara licik.
"Jangan khawatir. Kalau kamu hamil, kita tinggal menikah lagi. Kali ini dengan pesta yang meriah, agar semua orang tahu status kita."
"Dan kembali jadi budak keluargamu lagi? Terus dihina dan diperlakukan lebih rendah daripada pelayan di rumah itu?" Tanya Nia dengan padangan menerawang.
"Nia ..." Kevin membiarkan kancing bajunya tak dipasang. Pria itu memilih duduk dipinggir ranjang. "Aku minta maaf soal itu. Aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi sama kamu di rumah. Kamu tahu aku sangat sibuk di kantor."
"Sibuk, ya? Sibuk bermesraan dengan sekretaris baru itu, kan?"
"Kenapa kamu tidak pernah percaya? Aku sudah bilang kalau wanita itu yang menggoda. Lagi pula dia sudah dipecat sejak kejadian itu."
Nia menggeleng samar. Bodoh. Kenapa pula harus terpancing membahas masa lalu mereka lagi. Ia di sini hanya sebagai wanita panggilan sesuai kesepakatan dengan mantan suaminya beberapa hari lalu. Ia yang butuh uang serta terancam di PHK dari tempat kerjanya entah bagaimana bertemu kembali dengan Kevin yang langsung menawarkan kesempatan menguntungkan-untuk dirinya sendiri-.
Sedang Nia perlu melihat adiknya pingsan akibat sakit usus buntu yang harus segera dioperasi baru berani menyetujui perjanjian dengan Kevin.
"Andai kamu bilang, aku tidak akan membiarkan kamu diperlakukan seperti itu. Tapi nyatanya kamu diam saja. Memendam semua sendiri bahkan menyetujui perceraian kita tanpa mau mendengar sedikit pun penjelasanku."
"Buat apa? Penjelasan kamu tidak akan merubah apa pun. Alasan kenapa kita menikah karena utang orangtuaku pada keluargamu. Jadi begitu kamu berselingkuh dan keluargamu menyuruh kita bercerai, jelas tidak akan aku tolak."
"Sebegitu tidak berartinya aku buatmu? Kebersamaan kita bertahun-tahun? Apa kamu tidak pernah sedikit saja memikirkan aku dengan cara yang lebih baik sebagai seseorang yang mencintai kamu?"
Nia bergeming. Matanya mulai panas disinggung kebersamaan mereka yang sebenarnya sudah terjalin sejak di bangku sekolah. Terpisah karena harus mengenyam bangku kuliah di tempat berbeda, mereka kembali dipertemukan dalam kondisi menyedihkan. Nia dijadikan pelunasan untuk utang orangtuanya.
"Cinta? Cinta seperti apa yang selalu menyakiti?" Tanya Nia sedih. "Aku mencintai orangtuaku tapi mereka selalu memukul dan mencaci. Kamu bicara cinta di saat yang kuingat tentang kamu hanya perlakuan semena-menamu di sekolah dulu. Menjadikan aku bahan lelucon bahkan dua tahun pernikahan kita tidak merubah pandanganku padamu."
Nia tak membiarkan Kevin yang ingin merengkuhnya. Menahan dengan kedua telapak tangan tubuh lelaki itu agar tak kembali bersentuhan dengannya.
"Kamu bisa pergi, pelayananku sudah selesai. Terima kasih bayarannya."
Rahang Kevin mengetat. Kesal juga putus asa dengan penolakan dari wanita yang sejak dulu sudah mencuri hatinya. Tapi ia harus bersabar sebab Nia saat ini sedang dalam keadaan tak baik. Masih ada cara lain agar wanita itu kembali padanya.
Tanpa mengatakan apapun lagi, setelah mengancingkan kemejanya, Kevin mengambil ponsel lalu keluar dari kamar hotel yang ia sewa tak peduli meski waktu menunjukkan pukul setengah dua pagi.
Nia menarik napas dalam. Setidaknya ia punya uang untuk operasi Ilham. Masalah yang akan timbul di kemudian hari biarlah ia pikirkan nanti. Karena tubuh dan otaknya terlampau lelah. Ia butuh istirahat.
*.*.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story By Ratuqi
Short StoryKumpulan Cerita pendek yang ditulis oleh Ratuqi. *Semoga dapat mengobati kejenuhan pembaca akan cerita lain dari saya yang lama diupdate^^ Cover edit; Canva