Demi Kamu

2.7K 133 6
                                    

Demi Kamu
Story By Ratuqi
.
.

"Papi tidak setuju! Sampai kapan pun Papi tidak akan merestui hubungan kalian berdua!"

"Papi tidak bisa larang aku terus. Selama ini, aku selalu ikuti apa yang Papi mau. Sekolah, jurusan, teman, bahkan hobiku pun Papi yang atur. Apa pernah aku mengeluh, Pi?" Neo menggeleng sedih. Dalam ingatannya apa yang Papi ucapkan selalu ia jalankan.

"Aku belum pernah minta sesuatu sama Papi dan Mami. Semua hadiah yang Papi sama Mami kasih karena pencapaianku, itu bukan aku yang mau, bukan aku yang minta. Aku hanya menerima. Tapi sekarang aku punya satu permintaan. Izinkan aku untuk memilih pasanganku sendiri. Biarkan aku menikah dengan wanita yang memang aku cintai."

"Sampai kapan pun, tidak akan Papi setuju kamu menikah dengan dia! Wanita miskin, tidak jelas asal usulnya. Bisa kenal dari mana kamu orang macam itu?!"

"Pi, sabar Pi. Ingat jantung Papi." Nami terisak sembari mengelus lengan suaminya pelan. Khawatir akan kesehatan sang suami.

"Biar Mi. Biar saja jantung Papi kumat. Biar anak ini tahu kalau sifat keras kepala anak kita ini penyebab orang tuanya sakit!"

"Papi!!" Nami dan Neo berteriak menegur.

"Papi jangan bicara begitu Pi ... kita istirahat dulu ya, Pi. Neo, sudah ya, jangan bahas masalah ini lagi. Mami enggak mau Papi sakit." Nami mengajak sang suami berdiri dari sofa ruang keluarga. Namun baru berbalik mereka kembali menoleh karena perkataan putra mereka.

"Aku tetap pada pendirianku. Ada atau tidaknya restu Papi dan Mami, aku bakal tetap menikah dengan Sandra."

"Pergi kamu! Jika kamu masih ngotot sama pilihanmu maka pergi dari sini. Jangan pernah menginjakkan kaki ke rumah ini lagi, sampai kapan pun!" Ancam Rahadian.

Neo berdiri, menarik nafas dalam lalu mengucap kata perpisahan, "aku akan pergi Pi. Terima kasih untuk semua yang Papi dan Mami kasih untuk aku. Selamat tinggal."

Nami terisak, ingin ia kejar sang anak namun ia pun belum bisa menerima pilihan putranya.

Selama ini, Neo selalu jadi anak berbakti, putra yang membanggakan. Semua terkontrol sesuai arahan mereka sebagai orang tua. Tapi kini, hanya karena jatuh cinta pada seorang wanita, Neo berani mengambil keputusan besar sendiri.

*.*.*.*.*.

"Kamu yakin sama keputusan kamu ini?"

Neo hanya bergumam sebagai jawaban.

Sandra memilin jari-jari kurusnya sembari menghela nafas penuh beban. Tidak terpikir kisah cintanya dengan Neo akan menghadapi tembok rintangan begitu tinggi.

Restu orang tua. Urutan paling atas dari daftar rencana pernikahan.
Segala doa dan harapan akan pernikahan yang bahagia tercurah dari restu itu. Sayang sampai saat ini mereka belum mendapatkannya.

Bukan Sandra tak ingin, tapi meski sudah mengenal Neo sejak lelaki itu duduk di bangku akhir SMA, ia tidak pernah tahu di mana letak rumah juga wajah orang tua lelaki itu saat ini. Ketika ia bertanya, Neo hanya memberitahu alamat rumah lamanya yang kini dibiarkan kosong. Seakan ia tahu bahwa tidak akan ada kata setuju untuk hubungan mereka.

"Tapi mereka orang tua kamu Neo. Bagaimana pun mereka yang merawat kamu dari kecil. Segala pencapaian kamu saat ini juga ada andil besar mereka."

"Kamu takut?" Neo berdiri dari duduknya. Melangkah dan berhenti di depan Sandra yang tatapannya menyipit bingung. "Kamu takut hidup susah sama aku setelah Papi dan Mami ambil semua fasilitas yang aku miliki?"

Mendengkus tak percaya, Sandra berucap kembali, "aku bahkan sejak dulu sudah hidup lebih susah dari kondisi kamu sekarang.

"Terus apa yang membuat kamu enggak yakin sama hubungan kita?"

Short Story By RatuqiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang