"Jadi selama ini kalian pacaran? Wahh kau harus mentraktir kami kalau begitu."
"Ck kalian hanya membantu sedikit kenapa harus ditraktir."
"Yak yak.. Kau mau dipukul eoh? Siapa yang pertama memperkenalkan mu dengannya aishh dasar tidak tau berterimakasih."
"Ehehe iya mian mian.. Kebetulan aku ada kupon ayam di tempat langganan ku nanti sore kita makan ayam dan minum cola sepuasnya."
"Naahhh kau yang terbaik hahaha.. Kau ikut kan Hansol?"
"Hm? Mian aku tak bisa ikut dengan kalian. Kalian bersenang-senang lah aku ada kepentingan."
"Ck.. Kau pasti akan bertemu dengan Chan anak kelas satu itu kan? Kau jangan membohongi ku."
Seungkwan sekaligus teman seperjuangannya tau pasti akan yang dipikirkan Hansol. Melihat reaksi wajah Hansol yang hanya senyum tipis membuat beberapa teman geng nya tertawa. Mereka merasa lucu karena baru kali ini mereka melihat Hansol yang menyukai seseorang... Seungkwan saja awalnya kaget dengan perubahan sukses yang dialami Hansol tapi lama kelamaan dia mulai membiasakan diri memaklumkan teman berwajah dingin satu ini.
"Hansol-ah.. Kau benar-benar menyukai anak kelas satu itu?"
"Entahlah.. "
"Eyyyyy.. Kau memang tidak pandai untuk berbohong."
"Eoh.. Seungkwan-ah"
"Hm? Wae?"
"Itu.. Bisakah kau nanti membantu ku memilih hadiah?"
Reflek wajah Seungkwan terkejut memperlihatkan ekspresi khasnya yang lucu.
"Woh.. Wow.. Wow.. Woaah daebak seorang Choi Hansol mau membeli hadiah untuk pacarnya." Ucap Seungkwan tepat sasaran
"Ck yak.. Kalau tidak mau membantu ku yasudah aku bisa sendiri."
"Ah kau ini sensi sekali kalau sudah jatuh cinta. Arasseo!! Aku akan membantu mu.. Kau tentukan saja kapan waktu nya." Jawab Seungkwan sambil menepuk punggung Hansol pelan.
.
.
.
.
Setelah pertemuan pertama belajar bersama tempo hari, Chan akhirnya meminta Hansol untuk menjadi tutor nya sebelum mereka menghadapi ujian yang sudah semakin dekat. Tentu saja hal itu membuat Hansol mengambil kesempatan itu dan menyetujui ajakan Chan. Sudah beberapa hari sejak kesepakatan itu mereka menghabiskan waktu sepulang sekolah untuk belajar bersama di perpustakaan tempat biasa pertama kali mereka kunjungi. Mulai saat itu juga, Hansol jadi lebih bersemangat dalam menjalani hari-harinya. Melihat wajah Chan yang serius dengan buku-bukunya, wajah bingungnya yang terpampang kalau tak mengerti tentang suatu teori buku yang membuat kepala Chan mau pecah. Mungkin itu bisa jadi salah satu mungkin juga satu-satunya hobi baru Hansol.
"Huffh hyung bisakah kita istirahat sebentar untuk belajar nya?"
"Memangnya kenapa? Segitu saja sudah lelah?"
"Aisshh jangan bandingkan kemampuan mu dan kemampuan ku Hyung. Ya? Ya?"
"Hahh.. 10 menit"
"30?"
"Hei.. "
"Ku mohon." Minta Chan menunjukan raut wajah memohon. Tentu saja wajah seperti itu bagi Hansol adalah senjata ampuh Chan untuk meluluhkan hati Hansol.
"Ck.. Fine 30 menit tidak kurang, tidak lebih. Setelah itu, kembali belajar, terlambat semenit soal latihan akan ku tambah. Ingat itu.. "
"Issh kau jahat sekali Hyung..."