Sabtu pagi dengan cuaca yang asri, setelah semalaman hujan mengguyur lumayan lebat. Menciptakan langit cerah biru bersih nampak, sangat damai pagi ini.
Komplek perumahan dengan gaya rumah-rumah modern klasik begitu memanjakan mata, lingkungan nya bersih dan sangat menyegarkan pemandangan. Itu hal biasa yang di dapatkan di daerah bagian Bandung sana. Karena letaknya yang dekat dengan perbukitan, memang sudah melekat dengan keasrian disana. Siapapun pasti akan merasakan kenyamanan yang tentram.Rumah dengan nomor 108 tertempel di pagar besinya yang sebagian tertutupi tumbuhan mawar liar yang lebat, menampakkan satu keluarga hangat di dalamnya. Dengan sang kepala keluarga yang tengah menikmati kopinya dengan koran yang ia baca, sang ibu rumah tangga yang anteng dengan menyirami tanaman kesayangannya. Sepasang remaja yang tengah mengoceh tak jelas bersautan sambil memakan kacang bawang satu toples yang mereka bawa. Dan lihat, ada seekor kucing oren dengan bulu lebat berada di depan mereka tengah terlentang di rumput halaman.
"Ambu nanti sama Abah berangkat jam berapa? " tanya si sulung, lelaki perawakan tubuh ramping dengan gaya rambut Fluffy berponi yang sudah hampir menghalangi penglihatannya. Tidak lupa kacamata yang masih tipis bertengger di batang hidungnya.
Bapak setengah tua itu menyeruput santai kopinya, "nanti sorean, kamu beneran moal ikut? Ayu juga jadinya ikut, " ucap Hasan sang kepala keluarga.
Remaja lelaki itu spontan menatap sang adik tajam di sampingnya, "maneh jadi ikut? " tanyanya tak percaya.
"Iyelah, disana ada om sama tante juga dari Jakarta, lumayan nanti gue dapet banyak duit, yakan Bu? " jawabnya percaya diri.
Ai, sang Ambu tersenyum menggelengkan kepalanya menatap tingkah kedua anaknya, "Arka bener gak mau ikut kerumah nenek? " tanyanya lembut.
Si pemilik nama spontan menggelengkan kepalanya cepat. Lalu berlalu masuk kedalam rumah.
Kiranya sang adik setia kepadanya, ternyata sama saja. Niatnya ia ingin bersenang-senang dirumah tanpa kedua orang tuanya bersama Ayu, sang adik. Tapi ternyata bocah SMP itu tidak bisa di andalkan, padahal dirinya ingin melakukan pesta kecil-kecilan dengan bergadang menonton film hingga karaoke an sampai larut. Tapi nyatanya sangat buruk. Sudahlah, ia akan melakukannya sendiri saja, itupun jika mood-nya baik nanti.
"ARKAAA!!! "
Mendengar teriakan sang Ambu yang sangat melengking, begitu pengang ditelinga nya. Buru-buru ia menuangkan soda dari dalam kulkas di gelasnya. Lalu segera berlari menuju luar rumahnya, untuk mencari tahu kenapa Ambunya memanggil dirinya sekencang itu. Apalagi ditambah Ayu yang ikut-ikutan meneriakinya.
"Ada apaan? " Arka berdiri dengan mukanya yang bingung menatap bingung Ambu dan yang lainnya bergantian.
Ayu tersenyum riang menghampiri nya, "TENTANGGA BARUUUU KITAAAA!!! Dia yang nempatin rumahnya ka Aci!!! " serunya semangat.
Arka spontan mengalihkan pandangan nya, menatap kearah lelaki yang sepertinya seumuran dengannya. Tengah berdiri di balik pagar pembatas rumah dan rumah sebelah. Tersenyum ramah kearah Arka yang masih menatapnya tidak suka.
"Gara-gara dia pasti Kak Aci sama Kak Dewa pindah, iyakan?! " ketusnya.
Hasan yang masih duduk di kursi teras dengan kopinya, terkekeh melihat tingkah anaknya yang seperti itu, "Arka, jangan ngomong sembarangan, dia keponakan nya kak Aci, "
"Lagian kak Dewa kan pindah kerja, nah gantian sama rumahnya, dia yang kesini kak Aci ke Lembang, betul begitu nak Abyan? " jelasnya.
Lelaki jangkung bernama Abyan itu hanya mengangguk menanggapinya.