Dreams & Lie | #3

1 0 0
                                    


"Jadilah seperti ini dan seperti itu, jadilah hal yang berguna."

Itulah yang mereka katakan kepadaku, meminta walau akupun tahu jika aku memang tidak bisa menjadi apa yang mereka mau, mimpiku dengan mereka adalah dua jalur yang berbeda, adalah utara dan selatan, adalah timur dan barat, adalah panas dan dingin, yang mana kita takkan menyatu, mimpi kita berdua adalah sebuah kebohongan yang menyakitkan walau kita berdua harus berdamai dengan rasa sakit itu di kemudian hari lalu menjadikan semua itu menjadi sebuah hal yang wajar yang di wajarkan oleh kita berdua.

Ini bukan tentang relasi kita, bukan tentang siapa dirimu atau diriku, bukan tentang aku atau mereka, bahkan bukan tentang kita berdua, tapi ini tentang mimpi yang saling berperang, yang saling menghakimi dan mencari pembenaran, kembali lagi, hal yang menyakitkan itu selalu ambigu, seakan kesalahan dan kebenaran berjalan bersama di satu garis yang lurus, akan tetapi, akankah ini menjadi benar? Atau akankah dari kita berdua tetap saling menyerang atau diantara kita akan ada yang tumbang? Atau bahkan kita berdua akan menyerah satu sama lain nya?

Apalagi yang kau ekspresikan dariku? Hampir segalanya telah kulakukan, telah ku realisasikan, hampir semua bayangan mu terhadap ku telah aku perbaiki, semua stigma yang berjalan selalu membenarkan keadaan tapi tidak dengan hatiku, kau selalu berbicara baik dan seakan aku adalah manusia yang sempurna di depan manusia yang lainnya, akan tetapi apa yang aku dapat? Tidaklah lain hanya sebuah kemunafikan diri yang terus bergelora dan lama kelamaan menyatu dengan efek barnum yang ada, hingga tak ada lagi yang tersisa dari seorang anak kecil yang baru bertumbuh dewasa ini, tak lagi  dan tak bukan adalah "Kecewa"

Bolehkah sedikit saja aku cerita diriku kepadamu? Cerita betapa aku penderitanya di luar sana? Betapa aku mencintaimu tanpa syarat? Atau bolehkah sedikit memeluk mu agar semua beban di dunia ku sedikit meringan? Hanya itu yang aku mau, tapi mengapa? Sekali lagi aku tanya, mengapa? Mengapa selalu saja ketika aku kembali kau bukan nya membawa mawar kepadaku tapi kau lebih memilih untuk memasang muka suram mu di hadapan ku seakan akulah yang terus menjadi masalah walau aku datang membawa cita bukan duka, mengapa? Kau tahu betapa aku membenci tatapan itu? Apakah kau tau aku berusaha untuk terus berpikir positif atas apapun yang telah terjadi walau kau tidak pernah sedikitpun menjelaskan dimana letak kesalahanku?

Bisakah aku duduk di sebelah mu untuk sedikit cerita apapun itu? Atau hanya untuk sekedar menceritakan hal hal tak berguna yang terjadi di dalam hidup ku? Aku berpikir bukan kah itu adalah arti dari relasi kita berdua? Atau kau salah mengartikan relasi ini, apakah aku yang salah menanggapi pengertian mu? Karena setiap kali aku duduk di sebelah mu, aku yang selalu menjadi sang pendengar, walau banyak sekali hal yang ingin aku ceritakan kepadamu, mulut ini hanya ingin berkata bukan meminta, mulut ini hanya ingin bercerita bukan memaksa, tapi mengapa kau selalu saja mencuri start, hingga semua kata yang pernah kau lontarkan kepadaku tidak lagi kata kata yang indah bagai sebuah motivasi maupun nasehat, aku hanya berpikir, sebuah kata yang kau bilang itu adalah sebuah nasehat, sekarang hanya jadi abu yang terbang ke langit, sekali lagi, bukan aku yang memilih untuk tidak mendengar, tapi mulut mu yang membuat telinga ku lelah untuk terus menerus mendengar sebuah Mimpi dan Kebohongan.

WHAT'D YOU EXPECTEDWhere stories live. Discover now