Doppelgänger | #8

0 0 0
                                    


Aku suka berbohong, andai aku bisa menceritakan betapa banyak nya kebohongan yang telah ku sampaikan pada manusia manusia yang telah kutemui, aku tak berharap untuk di percaya, kata kata aku adalah sebuah manipulasi atas apa yang telah terjadi, tidak jarang aku meluapkan semuanya di dalam sebuah kebohongan dan imajinasiku semata, karena mau bagaimanapun itu adalah tempatku untuk menjadi siapa yang aku mau, aku tidak ingin menjadi siapapun tadi nya, tapi aku hanya berpikir bahwasan nya diriku butuh improvisasi, lagi pula siapa yang perduli dengan kejahatan seseorang yang tersembunyi? Orang orang tidak akan pernah perduli selamanya, mereka akan lupa, mereka akan tergoda oleh kata kata bohong ku yang lain, entah itu dusta ataupun bukan, yang terpenting adalah aku bisa meyakinkan mereka betapa hebatnya aku di dalam sebuah permasalahan, padahal aku hanyalah sebuah manusia biasa yang tak bisa apa apa, yang tak semua kasus menjadi bagian dari jadwal pentingku, kadang aku suka melupakan juga apa yang telah aku katakan kepada mereka, sebelum nya aku sadar, kini sudah terlalu jauh untuk kembali.

Jika di tanya bagaimana perasaanku? Aku tidak mengapa, tak ada yang salah dengan diriku, aku tidak rusak, maka jangan perbaiki aku, aku bukan sebuah kesalahan, maka jangan koreksi aku, aku hanya berbohong, siapa yang tak pernah berbohong? Bahkan tentang latar belakang keluarga dan diriku telah aku rencanakan sesempurna mungkin untuk menjadi sebuah kebohongan, aku tidak tau ini salah atau tidak, tapi akupun tidak perduli, bagaimana orang lain bisa perduli?

Sudah mengerti sekarang? Baiklah jika sudah mengerti, ada satu hal lagi yang mungkin kalian tidak akan pernah mengerti, yaitu Diriku yang berubah menjadi dua.

Bagaimana menjadi dua? Apakah aku memotong diriku menjadi dua? Tidak, tapi ini tentang diriku dengan apa yang ku rasakan, apakah aku berkata bahwasan nya aku tidak merasa sakit ketika harus berbohong atas segalanya? Tidak kan? Dan itulah sisi dimana rasa sakit itu mulai membara di dalam hati ini, merasa semua yang di dalam kehidupan hanyalah sebuah dusta, dan aku tau itu, meski aku berkata aku tak perduli, pada akhirnya ketika aku terlanjur berbohong aku hanya ingin mengembalilan semuanya seakan aku tidak pernah berkata apapun, andai aku bisa mengulang nya, aku harap aku bisa mengubah nya, andai semuanya tak aku bohongi, mungkin tidak akan ada rantai kebohongan selanjutnya, andai aku tidak berdusta, aku berharap semuanya bisa membaik karena sebuah dusta, tapi semuanya menjadi gila karena dustaku, bukan aku yang mengubah nya menjadi baik, tapi dusta yang memberiku rasa penghilang rasa sakit yang hanya bersifat sementara, dan setelah itu? Aku tersadar bahwasan nya tak ada lagi yang bisa aku lakukan kecuali mengingkari bahwasan nya aku pernah berdusta sebelum nya, berapa harga yang harus aku bayar untuk menebus segala dosa ini? Bahkan mau dimana muka ku di simpan setelah ini?

Jangan menjadi diriku yang selalu berdusta, lebih baik kau menjadi orang lain yang menebar kebaikan, di banding harus selalu memakai topeng dusta mu di depan para manusia, karena apa yang telah ku lakukan hari ini, ternyata esok nya bisa langsung ku petik, jangan menjadi diriku, Yang bermuka dua.

WHAT'D YOU EXPECTEDWhere stories live. Discover now