Your Tears Are Mine | #9

0 0 0
                                    


Apa kabar kamu? Masih sanggup membaca semua cerminan diri tentang rasa sakit ini? Apakah ada sedikit di antara ratusan dan milyaran perasaanmu yang terganggu ketika membaca ini? Apakah kau malah nyaman dengan semua pernyataan diri? Apakah kau merasa nyaman atas rasa sakit? Ataukah kamu masih mengingkari semua ini?

Apa yang terjadi belakangan ini kepadamu? Apakah rasa sakit itu membaik? Ataukah rasa sakit itu menyebar ke dalam sudut sudut di dalam hatimu? Atau semua yang ada telah kau ikhlaskan sejak jiwamu mulai perlahan pergi menghilang? Ataukah hanya sebuah kata terbiasa yang menjadikan semuanya seakan tak ada lagi yang berguna?

Biarkan aku memberimu sedikit senyuman manis, agar kau bisa sedikit tersenyum indah sebelum kita berdua sama sama menghadapi hal serupa layak nya kemarin, sebelum kita kecewa lagi, sebelum semuanya tidak baik baik saja lagi, asalkan kau tahu, akupun masih terbelenggu oleh rasa sakit ini, kau sudah sembuh? Aku sangat apresiasi itu, akupun ingin seperti apa yang kau rasakan saat ini, merasa bebas dari semuanya, tapi apa yang bisa ku lakukan ketika sebuah rantai belenggu mengikat di leher ku, tangan tanganku di ikat sekuat mungkin, kaki kaki ku di suruh untuk merangkak setiap hari, lalu? Bagaimana dengan rasa sembuh? Apakah semanis yang orang lain katakan? Apakah sehebat perjalanan yang di lalui orang orang? Atau hanya aku yang terlena oleh kata kata yang bersifat abreaksi semata? Lalu nanti nya aku akan sadar bahwasan nya memang dunia yang sedang tidak baik baik saja, dan di sadarkan oleh perkataan dan sifat mereka terhadapku, bukankah seperti itu? Atau yang kau maksud adalah obat pemberhenti luka semata?

Entah apa yang kau ingin katakan, akan tetapi aku bersyukur bisa disini dengan tulisan tulisan tanganku yang mencurahkan semua kekecewaanku pada sebuah ekspetasi, entah apa yang akan kalian rasakan ataupun kalian katakan nanti nya, tapi memang sesulit dan serumit ini, hingga aku tak bisa menjanjikan lagi sebuah ketenangan bagi siapapun yang datang, karena menangani diri saja aku masih teelalu bodoh, bagaimana dengan membina jiwa yang jelas jelas bukan milik ku?

Karena Air matamu adalah air mataku juga.

Jadi tolong bersabarlah, memang tak ada sebuah ketenangan yang abadi, maupun sebuah janji untuk sebuah ketenangan itu pula, aku menyuruhmu bersabar bukan berarti aku bisa sabar, tapi maaf, sudah kulakukan semampuku, sehebatku, sesempurnaku, tapi apa yang akan mereka katakan kepadaku? Semua hanyalah sia sia bukan pada akhirnya, dan kitapun tersadar bahwasan nya kita tak memiliki saya apapun selain berdiam diri dengan menahan semuanya, bukankah itu adalah eksplanasi dari sebuah kata 'Sabar'?

Memang, kuakui kita telah menghilang, kita telah di telan oleh zaman, kita di hancurkan oleh ruang dan waktu, tapi apakah semuanya harus menjadikanmu sebagai manusia yang munafik? Jadilah dirimu sendiri, jadi apa yang kau mau, tak perduli dengan pandangan orang lain tentang mu, jika mereka tidak merasa cocok denganmu, biarkanlah, mungkin itu adalah sebuah otomatisasi dari sebuah elemenasi alam, bukankah lebih baik jika sendiri? Kau bisa lebih menggali dalam siapa dirimu sendiri, di banding kau harus menggali dirimu dari mulut orang lain yang sama sekali tak mengenalmu, sekali lagi, kau bukanlah malaikat yang harus terus sempurna bukan? Terus untuk apa malaikat itu ada jika kesempurnaan di wadahkan di dalam diri seorang manusia?

"Kadang manusia sering menyalah artikan 'Kesempurnaan', bahwasan nya kesempurnaan adalah sebuah buruk dan baik di dalam sebuah tempat yang bernama jiwa, jika selama hidupmu adalah baik, itu tidak sempurna, dan sebalik nya, karena kesempurnaan akan kau temukan jika semua nya balance".

WHAT'D YOU EXPECTEDWhere stories live. Discover now