Chapter 4

79 6 2
                                    

Happy reading guys 🤗

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Ana duduk di samping jendela kamar, melihat beberapa bintang yang menghiasi langit malam. Di tangannya terdapat buku self improvement, yang tadi ia baca. Namun kini fokusnya sudah berganti, tidak pada buku lagi melainkan ayahnya.

"Sia-sia enggak sih gue masuk sini." Gumam Ana pelan, melihat para santri yang berlalu lalang di lantai bawah, dan pintu koprasi yang sudah di tutup. Ana mengecek jam tangan, ternyata sudah pukul 23:25 pantas saja ia sudah merasa mengantuk.

Ana mengambil cuci muka dan sikat gigi, lalu turun ke bawah untuk bersih-bersih sebelum tidur. Sampai di tangga bagian bawah ia tak sengaja mendengar namanya di sebut-sebut.

"Eh kamu tau Angeliana gak, katanya santri baru." Ujar salah seorang santri di bawah tangga.

"Enggak tau, emang kenapa?" Tanya temannya yang lain.

"Aku di suruh manggil dia, tapi gak tau kayak apa orangnya."

"Siapa yang nyuruh?"

"Ustad ia-"

"Kalian lagi ngomongin saya?" Tanya Ana menyerobot ucapan santri itu, kemudian berjalan lebih dekat ke arah mereka.

"Mba Angeliana?"

"Iya kenapa?" Tanya Ana sekali lagi, dengan wajah datar ia seakan menantang santri tersebut untuk berantem.

"Di panggil, suruh ke koprasi."

Ana mengangguk kecil. "Okey thank you informasinya." Ucapnya kemudian ia membenarkan kerudung dan bajunya yang di masukan dalam rok tadi. Setelah kiranya rapi ia masuk ke koprasi, sepi, hanya ada Ian dan Zaynal.

"Kenapa?" Tanya Ana, mendekat ke arah Ian duduk di kasir.

"Makasih buat bajunya." Ujar Ian pada Ana yang tengah berdiri di depannya. "Mas juga minta maaf soal tadi siang, tapi kalau kamu mau keluar untuk apapun itu ijin dulu sama mas yah." Ucapnya melanjutkan.

"Iyaa." Jawab Ana patuh, tangganya mengambil sembarang coklat, membuka lalu memakannya.

Ian tersenyum tipis melihat kelakuan Ana. "Kamu udah makan belum?"

Tanpa menjawab Ana menggeleng pelan, sedari sore ia memang belum makan nasi karena lauknya tidak sesuai seleranya. Ia hanya mengisi perutnya dengan bakso saat di mall tadi.

"Angel." Ucap Ian dengan suara rendah, menatap Ana dengan lelah.

"Dalem." Jawab Ana kalem. "Angel udah kenyang kok, lagian enggak makan sekali gak bikin mati juga." Ucap Ana asal.

Zaynal yang sedari tadi diam kini ikut menyahuti. "Nih ya Ana, kakak kasih tau padahal biasanya Ian gak pernah makan, bahkan sampe kadang dua atau tiga hari. Marahin!"

Ana menatap ian dengan wajah mengintruksi. "Mass" kini giliran Ana.

"Apaan jangan percaya omongan Zaynal, sesat dia."

"Bahkan kadang ya, tiga hari tuh perut cuma keisi kopi sama Snack doang." Adu Zaynal lagi, kembali melanjutkan sambil sesekali meledek Ian yang kesal.

"Tuh kan mas yang susa-"

Drttttt
Drttttt

"Diem dulu ada yang nelpon." Ujar Ian pada Ana, bahkan tanganya berada di depan gadis itu agar berhenti mengomel.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikum salam, kenapa Al?" Tanya Ian begitu melihat wajah Altha di layar handphone.

Mubayyin [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang