Happy Reading guys🤗
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Begitu selesai sholat Maghrib Ana di panggil untuk ke gerbang depan oleh Mbak Rizka, dengan malas pun ia beranjak dari tempat tidur. Ia mengenakan pakaian seadanya dengan baju di masukan rok, toh ia hanya akan pergi ke gerbang.
"Mau aku temenin gak?" Tanya Ella menawarkan diri.
"Enggak usah." Ana turun dari lantai dua. Begitu sampai di gerbang ia melihat Mbak Rizka yang sedang duduk di pos penjaga seorang diri, sambil menghafalkan bait-bait Alfiyah. "Kenapa Mbak?"
"Itu di cariin Ian di depan." Ujar Mbak Rizka menunjuk pintu gerbang yang sedikit terbuka.
Ana mengangkat sebelah alisnya. "Emang boleh keluar?"
Mbak Rizka mengangguk pelan. "Boleh sana, tapi jangan lama-lama."
Ana mengangguk, kemudian mengeluarkan bajunya dari dalam rok. Setelah di rasa rapi ia pun keluar untuk menghampiri Ian, namun begitu keluar tidak ada siapa-siapa di depan gerbang. "Mana anjir, katanya ada Ian." Ucap Ana kesal.
"Angel sini." Panggil Ian sedikit keras dari kedai kopi samping pondok.
Ana berbalik, mencari keberadaan Ian. Melihat laki-laki itu di kedai kopi ia pun berniat menghampirinya. Ana sedikit tertegun dengan pakaian Ian yang terlihat rapi dan normal, menggunakan Hoodie Hitam di padukan sarung mahda. "Kenapa Ian?"
"Mas!"
Ana memperhatikan sekitar, terdapat beberapa kakang di area situ dan mereka semua kini memperhatikan Ana. "Iya, kenapa mas?"
Ian tersenyum kecil, kembali duduk di kursi membiarkan Ana tetap berdiri. "Mas mau keluar cari baju diniah kamu, ada yang pengin kamu beli enggak biar sekalian." Ujar Ian sambil menawarkan cup kopinya pada Ana.
"Eh kok mas yang beli, mending Angel aja." Ucap Ana cepat, ia sedikit tidak enak dengan Ian karena mengurus segala keperluannya.
"Udah biar Abang aja, kamu mau beli apa lagi? Martabak? Donat? Atau apa?" Tawar Ian lagi.
"Angel mau tahu bad aja deh, cariin ya mas." Ujar Ana, sedari kemaren ia ingin memakan tahu berontak tapi di sekitar sini tidak ada yang menjualnya.
Ian menghela nafas panjang. "Namanya tahu berontak Angel, bukan bad, gak usah nyeleneh kamu."
"Ih mas Ian, bad kan artinya nakal jadi enggak jauh beda sama berontak." Ujar Ana kembali menjelaskan.
"Iya udah terserah kamu." Ucap Ian mengalah. "Nanti malem ambil ke koprasi abis Takror."
"Okeh Angel pergi dulu, Assalamu'alaikum."
Begitu Ana pergi Ian kembali menyeruput kopinya, menatap para teman-temannya dengan datar.
"Itu tadi siapa?" Tanya kakang yang sedang menjaga kedai kopi.
"Adek gue." Jawab Ian santai.
"Hah bukanya Lo anak tunggal yah."
"Ya intinya gitu." Celetuk Ian sambil terus menyeruput kopinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mubayyin [On Going]
Novela JuvenilUsaha Ana dalam mencari keberadaan sang ayah membuatnya harus tinggal di pondok pesantren, dan berada dalam pengawasan Ian, tetangga sekaligus ustad di pesantren itu. Walau di awal merasa terkekang dan tidak membuahkan hasil, namun kedekatannya deng...