^

2K 118 9
                                    

Tubuh ringkihnya terekspos. Kulit putih terselimuti memar, bercak darah disudut bibir telah kering, iris kelam menatap hampa. Ia terkurung. Berada dalam sebuah sangkar besi yang harusnya untuk hewan.

Menjadi tontonan, para pria dewasa menatap jelalatan. Penawaran harga dengan nominal tinggi terus bersahutan. Ia semakin memojokkan diri ke sudut sangkar. Rantai pada lehernya berbunyi setiap kali ia bergerak.

Ia meringkuk. Menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan lutut. Ia menggigit bibirnya, darah kembali keluar dari sudut bibir. Tangan gemetarnya menutup telinga, berusaha menghalau suara-suara yang tak ingin ia dengar, tetapi percuma. Ia tak menangis, air matanya tak bisa keluar, ia terlalu takut.

Ini entah ke-berapa kali ia berada di pelelangan. Pelelangan manusia, sungguh hal yang hina. 'Tuan-nya' mematok harga tinggi untuknya, ini yang membuat ia terus berada dalam pelelangan ini, karena belum ada yang bisa menembus harga yang dipatok. Sungguh, ia lebih memilih mati kemudian ambil saja organnya, ia tak peduli. Ia sudah lelah menerima siksaan dari Tuan-nya setiap hari.

Otaknya kembali memutar kejadian bagaimana ia bisa berakhir disini. Andai saja waktu itu ia tak tergiur dengan uang yang ditawarkan pasti ia tak akan seperti ini. Mungkin ia masih akan tidur dikolong jembatan setiap hari? Tetapi itu lebih baik daripada dilakukan layaknya binatang seperti ini.

Ia putus asa saat itu, ia hampir mati karena kelaparan. Jadi, dirinya yang masih kecil saat itu langsung tergiur dengan uang yang ditawarkan kepadanya. Sosok Tuan-nya ini awalnya adalah orang yang baik menurutnya, bahkan ia bisa merasakan kehadiran seorang Ayah dari Tuan-nya, saat itu ia tentu senang. Bagaimana tidak, ia yang sedari kecil selalu sendiri tentu saja merasa nyaman, tapi sialnya itu hanya tipuan.

Dan pada satu malam hidupnya berubah 180°, sosok yang telah dianggap sebagai 'ayah' menipunya, rupanya lelaki yang sudah berumur ini adalah pemilik tempat pelelangan menjijikan ini. Ia tentu tak tau, karena selama ini mereka tinggal dalam sebuah rumah kecil.

Malam itu ia yang tengah tidur tiba-tiba dibawa ke sebuah kamar kecil dalam tempat lelang ini. Ia menangis, memohon untuk dikeluarkan saat itu. Dan kalian tau apa? Klise, lelaki tua itu menginginkan ia membayar kembali uang yang dia pakai selama ini. Dan saat itu ia menyesal, harus nya ia biarkan saja dirinya mati saat itu.

Ini entah tahun ke-berapa ia berada dalam kegiatan menjijikan seperti ini. Jika tak ada yang bisa menembus nominal yang dipatok oleh tuannya, ia harus kembali ke mimpi buruknya. Tetapi, jika ia mendapat 'Tuan' yang baru bukankah itu sama saja? Ya, tetap tak akan ada yang berubah dari hidupnya.

"3,7 Miliar."

Suara itu menghentikan suara orang-orang yang menawar. Untuk ukuran pelelangan manusia nominal tersebut dapat dikatakan sangat tinggi. Perhatian mereka tertuju kepada lelaki yang mengajukan penawaran barusan. Lelaki yang cukup muda, mereka cukup dibuat terkejut.

"Masih kurang Pak Tua?" Suara beratnya memecah keheningan dalam ruangan itu.

Pemilik pelelangan itu terdiam sebentar, kemudian tersenyum senang setelahnya, "Tidak, Tuan."

Suara berat lelaki muda itu kembali menyapa, "Taruh 'barangnya' di mobil, pastiin bersih."

Setelah mengatakan itu lelaki dengan setelan jas putih itu keluar. Pemilik pelelangan itu mengangguk senang. Sementara yang lain menatap kecewa kepada 'barang' yang sudah menjadi milik lelaki muda tadi. Sial, padahal mereka semua juga sudah menawar dengan tinggi, sebenarnya seberapa kaya sih lelaki tadi? Kenapa dia dengan mudah menghambur- hamburkan uang seperti ini?

Lelaki yang berada di salam sangkar itu diseret keluar. Ia terbatuk karena rantai yang ditarik kuat. Langkahnya sedikit pincang, tetapi pemilik pelelangan itu masih menariknya dengan kencang. Tubuh telanjangnya terhempas, bokongnya menyentuh lantai kamar mandi yang terasa dingin.

Sangkar || GunGooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang