Lapangan basket milik umum menjadi tempat bermain mereka sejak beberapa jam yang lalu. Bola coklat dengan garis hitam telah menggelinding ke pojok lapangan, sebuah bola yang menjadi mainan mereka sedari tadi. Cahaya dari lampu yang terpasang pada beberapa tiang menjadikan tempat itu tak terlihat seperti malam. Tak ada orang lain lagi selain mereka.
Mereka kini telah duduk pada tengah lapangan, langit yang di huni oleh para bintang malam itu terlihat sangat indah di pandang. Udara yang mengenai kulit malam itu tak terasa begitu dingin.
Si surai pink memanggil kepada pemuda yang duduk di sampingnya, "Kim Jungoo."
Jungoo masih mendongak, pandangannya tak terlepas dari bintang-bintang pada langit malam, " Apa?"
Jihoon tak langsung menjawab ada jeda beberapa detik sebelum lelaki itu membuka suara.
"Gue suka sama lo," Kalimat itu diucapkan dengan suara lembut tetapi mengandung keseriusan yang sangat di dalamnya.
Sekian lama pernyataan itu tak berbalas, Lee Jihoon, ia menanti dengan sabar jawaban dari Kim Jungoo yang masih tak mau menatapnya. Raut wajah si pirang itu sampai sekarang masih terlihat terkejut karena kalimat yang ia lontarkan beberapa saat lalu.
Jungoo menjawab dengan pelan, "Gue nggak bisa."
Tiga kata dari Kim Jungoo membuat Jihoon langsung menunduk, ia tertawa kecil, "Kenapa? Lo udah punya seseorang yang lo suka?"
Jungoo berucap tak yakin, "Mungkin, iya?"
Jihoon menarik tangan Jungoo hingga mereka saling berhadapan, "Mungkin? Berarti kalian belum punya hubungan apa-apa kan?"
Jungoo berdecak, ia membebaskan tangannya dari cengkeraman Jihoon yang semakin menguat, si pirang bergeser sedikit menjauh, "Ya, lo bener, tapi buat ngejalin hubungan yang lebih dari sebatas temen sama lo, gue nggak bisa."
Jihoon tak menjawab, tapi Jungoo bisa melihat dengan jelas kedua tangan pemuda berambut merah muda tengah terkepal begitu erat. Jungoo berdiri, suasana saat ini membuat ia merasa tak nyaman.
"Gue pulang dulu," Ia berucap kepada lelaki yang masih terus tertunduk itu.
Baru beberapa langkah Jungoo ingin keluar dari lapangan itu, kedua lengan Jihoon melingkari perut Jungoo dari belakang, dagunya ia taruh kepada lelaki pirang yang lebih pendek, ia berucap dengan lesu, "Kita enggak bisa lebih dari temen ya?"
Jungoo melepaskan diri, kini mereka saling menatap wajah satu sama lain, si pirang menjawab dengan tegas, "Enggak bisa, Hyung."
Jihoon tertawa kecil, jika si pirang ini sudah memanggilnya dengan Hyung, artinya dia sedang serius. Entah sejak kapan panggilan itu tersemat padanya, tetapi tak masalah, Jihoon menyukainya.
Jihoon berucap, "Gimana dengan satu pelukan, gue boleh dapet itu?" Ia merentangkan tangannya kepada Jungoo yang masih diam.
Jungoo mengangguk, ia melingkarkan tangannya pada punggung lelaki yang lebih tua.
Mereka tak saling berbicara, pelukan yang terjadi selama beberapa menit hanya diiringi oleh hening.
Jungoo terperanjat, ia berusaha menjauhkan diri ketika ada benda runcing yang terasa tajam menyentuh lehernya, tetapi tak bisa, tubuhnya di dekap oleh tenaga Lee Jihoon yang lebih besar.
Jungoo semakin memberontak ketika menyadari benda yang menyentuh lehernya adalah jarum suntik, ia bahkan menendang tulang kering si surai pink tetapi lelaki itu tak bergeming.
Ia berteriak kencang, "Lepasin gue, keparat!" Jungoo memukul punggung itu dengan kuat, kedua tangannya tak bisa bebas bergerak karena dekapan Jihoon yang begitu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar || GunGoo
Random"Hidup lo gak lebih dari sekedar peliharaan, lo gak bakalan bisa pergi walaupun itu cuma satu inchi." . . . . . •Jonggun x Jungoo