^^^^^^^^^^

761 72 10
                                    

Sinar bulan tak lagi se benderang beberapa saat yang telah terlewat, cahaya dari fajar yang mulai terbit dari sisi Timur lekas menyingkirkan rembulan. Satu malam yang panjang dihabiskan dengan tanpa adanya mata yang terpejam.

Pemuda berdarah Jepang itu tengah menatap pada bangunan di depannya. Mata hitam di balik kacamata yang sama hitamnya itu mengamati dengan seksama, bibirnya menyunggingkan smirk, apartemen mewah di hadapannya ini ia mengetahuinya dengan sangat tempat seperti apa ini, bagaimana bangunan mewah yang terletak di lokasi tersembunyi seperti ini biasanya digunakan untuk melakukan sebuah kegiatan kotor.

Kegiatan apapun yang dilakukan dalam apartemen ini tak akan ada orang lain yang menganggu, bahkan pihak yang berwenang sekalipun. Orang-orang gila tahta serta harta itu selalu tutup mata, cukup berikan mereka uang, maka mereka tak akan mencampuri urusan kalian, bahkan ketika hal yang dilakukan adalah suatu kesalahan besar.

Uang, kertas-kertas persegi panjang dengan ukiran angka itu akan selalu menang.

Bukan hal yang susah untuk Jonggun masuk ke tempat seperti ini, ia cukup menyuruh bawahannya untuk menumbangkan penjagaan yang sebenarnya tak berjumlah sedikit, keamanan tempat ini bisa di bilang sedikit kuat. Tapi hal itu tak menjadi masalah.

Setelah orang-orang yang bekerja sebagai penjaga di sana telah tumbang, barulah Jonggun serta para anak buahnya masuk ke dalam bangunan itu.

Tujuan mereka adalah sebuah kamar ujung di lantai tiga. Tempat bocah pirang itu kemungkinan besar berada.

Hm, jika dipikir si keparat yang membawa makhluk pirangnya itu banyak uang juga ya ternyata, sehingga bisa memiliki salah satu kamar dari bangunan apartemen ini. Tak ada sistem sewa dalam apartemen tersebut, jika menginginkan salah satu kamar maka orang itu harus mengeluarkan nominal yang lumayan besar.

Si Yamazaki itu telah sampai di depan pintu yang terkunci rapat. Tak peduli dengan ketenangan orang lain di bangunan itu, orang-orang yang bekerja dengannya membuka paksa pintu tersebut.

Jonggun memantik rokoknya, membiarkan para bawahannya mendobrak pintu itu. Jika biasanya ia akan berekspresi walaupun samar, tetapi kali ini rautnya terlampau datar.

Begitu pintu terbuka lebar, tangannya mengepal dengan kuat, di dalam kamar dengan pencahayaan yang temaram itu, ia dapat melihat dengan jelas seorang pria berpakaian dominan putih dengan rambut nya yang merah muda sedang memeluk makhluk pirang dengan sangat erat. Bukan hanya itu, lelaki yang sedang duduk pada sofa itu juga memberi sebuah ciuman pada kening Jungoo yang tengah terlihat tak sadarkan diri di pangkuan pemuda itu.

Orang yang bersurai seperti permen kapas berucap ramah, ia tersenyum seperti tidak ada apa-apa yang sedang terjadi, "Enggak sopan tau ngebuka paksa kamar orang," Ujarnya begitu santai.

Jonggun tak menjawab, dibuang nya rokok yang baru saja ia hisap, ia melangkah tepat ke hadapan Jihoon, lelaki berkacamata hitam itu dengan cepat mengeluarkan pistolnya, mengarahkannya tepat pada kepala si surai merah muda itu.

Suara Jonggun begitu tajam serta penuh penekanan, "Balikin Jungoo, bangsat."

Mendengarnya Jihoon terkekeh, si brengsek ini lucu sekali, mengembalikan Jungoo katanya? Tidak akan, si pirang ini sudah ia dapatkan dengan susah payah, yah, dengan cara yang sedikit kotor sebenarnya.

Jihoon memandang remeh pada Jonggun, seolah tak takut jika ia akan mati kapan saja jika Jonggun menarik pelatuknya, "Gue tau, lo Jonggun kan? Seseorang yang selalu di sebut sama Jungoo gue, bikin gue cemburu aja," Ia berujar dengan kesal di akhir.

"Dia milik gue," Suara itu kembali di penuhi dengan penekanan.

Jihoon menggigit bibirnya mengingat kejadian semalam, ia berbicara, "Oh ya? Tapi semalem gue sama Jungoo habis ngelakuin sex, dan itu sangat amat panas."

Sangkar || GunGooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang