Ketika dalam situasi tanpa ada harapan, tubuh seseorang dapat bergerak secara otomatis. Kondisi dimana jantung akan berpacu dengan cepat, aliran darah pada otak dan otot akan mengalir dengan cepat, tingkat kewaspadaan menjadi lebih tajam, nafas menjadi lebih cepat, rasa sakit pada tubuh seakan menghilang.
Tidak ada yang tau mengapa hal ini dapat terjadi. Yang dapat diketahui dengan jelas adalah, "Ketika nyawamu dipertaruhkan, itu akan menjadikanmu lebih kuat."
Mereka, orang-orang yang sudah berada di fase ini menguraikan situasi yang mereka alami dengan gambaran kasar, "Sebuah kenikmatan dan kekuatan yang akan diperoleh ketika nyawa seseorang berada diambang batas."
Mungkin ada satu kata yang dapat dicerna dengan mudah, Adrenalin. Suatu hormon pada tubuh yang bereaksi ketika tubuh sedang berada pada saat menegangkan serta berbahaya.
Hal ini juga terjadi pada si pirang yang termenung didalam ruangan. Adrenalin yang selama ini terkubur telah bangkit, ketakutan yang selama ini selalu berada di permukaan kini tertanam pada dasar yang sangat dalam.
..
Cantik?Sialan, lucu sekali.
Jonggun tak suka ketika orang lain berbicara seperti itu kepada miliknya.
Brengsek, haruskah Jonggun membunuh Kuroda sialan yang mengatakan bahwa Jungoo miliknya itu Cantik? Tetapi Kuroda itu masih berguna untuk perusahaan nya, yah, mungkin kapan-kapan saja.
Satu bungkus rokok serta satu botol minuman keras telah Jonggun habiskan dalam semalam. Kira-kira sudah berapa lama sejak ia meninggalkan Kim Jungoo kemarin? Bukankah sudah waktunya untuk menjenguk makhluk pirang itu.
Kakinya mulai berjalan, langit diluar masih gelap, menandakan ini masihlah sangat pagi. Lampu-lampu pada rumahnya bahkan belum sepenuhnya dinyalakan. Hawa rumahnya yang sangat dingin langsung menusuk kulit, Jonggun dapat merasakan ia sedang diawasi, seolah orang-orang yang telah ia bunuh sedang menatap padanya, lalu, haruskah Jonggun peduli? Persetan. Dunia nya lebih seram daripada hal ini.
Ia sampai pada depan pintu dimana Jungoo berada dibaliknya. Tangannya memutar kunci, bau anyir langsung menyeruak. Jonggun mengernyit, Kim Jungoo sudah mati?
Pintu tersebut telah terbuka sepenuhnya, dalam gelap Jonggun bisa melihat seseorang yang duduk pada matras. Jonggun tersenyum, sangat lebar.
Tangannya mencari saklar, ketika penerangan kembali pada keadaan normal Jonggun bertepuk tangan, sangat heboh, seolah baru menemukan sesuatu yang luar biasa. Di atas matras yang di tumpahi darah, sosok pirang yang ia kunci kemarin melakukan hal yang tak Jonggun sangka.
Jungoo, menodongkan pistol kepadanya, ayolah, bahkan Jonggun masih berdiri di dekat pintu. Tak ada ke ramah-tamahan sekali Kim Jungoo ini, Jonggun kan sudah menjenguknya, setidaknya berikan Jonggun sebuah pelukan hangat?
Sebuah peluru melesat tepat di pintu kayu tempat Jonggun bersandar. Si Yamazaki malah tertawa keras, seakan semua hal yang terjadi barusan adalah hal yang sangat lucu. Padahal peluru itu bisa saja langsung melubangi kepala nya.
Jonggun melihat kearah Jungoo yang menatapnya bengis. Kaki-kaki terlatih nya berlari ke arah Jungoo, sangat cepat, seolah gerakannya tak terlihat. Ia kini telah menindih Jungoo, pistol yang berada ditangan si pirang itu telah Jonggun rampas.
Jonggun terkekeh, ia mengelus wajah Jungoo yang penuh dengan darah yang telah mengering, "Harusnya dari kemarin sifat lo ini keluar Jungoo."
Jungoo menepis tangan yang seenaknya menyentuh wajahnya, "Brengsek, gue bakalan bunuh lo, Jonggun."
Jonggun tergelak sarkas, "Hahaha, jangan bikin candaan gitu Kim Jungoo, seribu tahun pun lo enggak bakalan bisa bunuh gue."
Jungoo menarik kerah kemeja yang Jonggun kenakan, ia berucap remeh tepat di telinga Jonggun, "Kepercayaan diri yang terlalu tinggi itu gak baik, Yamazaki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sangkar || GunGoo
Random"Hidup lo gak lebih dari sekedar peliharaan, lo gak bakalan bisa pergi walaupun itu cuma satu inchi." . . . . . •Jonggun x Jungoo