^^^^^^^^^^^

648 71 10
                                    

Pemuda dengan surai pirang tengah bersandar pada ranjang, raut kesakitan tercetak dengan jelas pada wajah cantik yang kini dihiasi kantong mata hitam, rasanya sudah lama sekali ia tak bisa tidur dengan benar. Denyutan dari kaki yang telah biru keunguan itu menghantarkan rasa nyeri yang luar biasa, bibirnya yang sedikit pucat merintih, berusaha menahan rasa sakit yang kian menjadi-jadi dari hari ke hari.

Seorang pemuda lainnya tengah mematut diri pada kaca besar dalam kamar bernuansa gelap, rambut hitam yang telah di beri gel itu tersisir rapi, pakaian formal dengan dominasi warna hitam yang membalut tubuh atletisnya juga terpakai dengan rapi. Parfum dengan harga jutaan menebarkan aroma Woody yang begitu semerbak, membuat bau seperti pepohonan bercampur dengan akar yang begitu wangi langsung memenuhi ruangan, menambah kesan maskulin pada pria yang memang memiliki aura dominan kuat sedari awal.

Kedua orang itu telah tak bercakap selama beberapa hari, hanya beberapa kalimat singkat dari si pirang yang mengadu kepada si mata hitam bahwa kakinya semakin sakit, tetapi tanggapan dari pemuda bernuansa dark itu hanya acuh tak acuh. Seolah tak peduli, padahal dia sendiri yang membuat si pirang seperti menjadi seperti ini.

Si pirang pada ranjang itu berucap pelan, tetapi suaranya masih bisa sampai pada telinga si rambut hitam, "Jonggun...gue perlu ke Rumah Sakit."

Jonggun tak menoleh, ia hanya melihat Jungoo dari cermin yang menampilkan rupa dirinya sejak tadi, ia menjawab dengan tegas, "Enggak."

Jungoo mendesis ketika rasa nyeri itu kembali pada kakinya, ia masih berbicara pada Jonggun yang bahkan tak mau menatapnya, "Tapi, kaki gue sakit banget."

Jonggun menjawab dengan santai, "Bagus, biar lo nggak bisa ngelangkah jauh setelah ini."

Jungoo menghela nafas, "Jonggun, gue gak bakalan kemana-mana," Ia berucap lirih dengan suara yang sedikit bergetar di akhir.

Jonggun memutar badannya, bersandar pada meja tempat ia mematut diri sejak tadi, decakan malas keluar dari mulutnya, "Ck, lo pikir gue percaya?"

Jungoo mendongak, matanya terasa panas, ia masih berusaha untuk memohon pada lelaki bermata hitam itu, "Gue mohon...Ini sakit banget Jonggun, gue nggak tahan lagi."

Jungoo tak bohong, walaupun yang terluka adalah pergelangan kaki kirinya akan tetapi rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuh.

Jonggun bersedekap, dengan datarnya ia bertanya, "Mau gue patahin kaki lo sekalian?"

Jungoo menunduk, bahunya bergetar, masih berusaha melalukan negosiasi, ia bersuara pelan, "Jonggun...Kalau emang gak boleh ke Rumah Sakit, gue mohon, boleh lo panggilan Dokter?"

Jonggun kembali menghadap cermin, mengancingkan bagian teratas kemejanya sebelum mengenakan sebuah dasi, mata hitamnya menatap kembali ke arah Jungoo, ia berbicara dengan ketus, "Jangan ngerengek, itu cuma retak, kaki lo bakalan sembuh dengan sendirinya, lo enggak butuh Dokter, Kim Jungoo."

Jonggun merapikan dasinya sebagai sentuhan akhir. Mengenakan jam tangan mewah yang berasal dari Swiss dengan harga yang bisa mencapai ratusan juta, Audemars Piguet, pada pergelangan tangan kirinya, ia berjalan mendekati Jungoo yang terus menunduk sejak tadi.

Pemuda yang telah rapi itu mendudukkan diri di sebelah pria pirang yang hanya mengenakan kemeja putih panjang dengan celana hitam. Ia memegang dagu si pirang, mata yang berkaca-kaca itu langsung berhadapan dengan mata hitam miliknya.

Jonggun memberi sebuah ciuman lembut pada bibir pemuda pirang, netra keduanya saling memejam, menikmati ciuman lembut pada pagi hari itu.

Si surai hitam memutus ciuman yang terjadi antara mereka, ia juga memberi sebuah kecupan pada kedua sudut mata pemuda pirang yang mengeluarkan sedikit air.

Sangkar || GunGooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang