^^^^^^^^^^^^

812 81 13
                                    

Ruangan tempat ia di aniaya masih sama, gelap, lembab serta menjijikan. Hanya sebuah lampu remang-remang yang menjadi sumber pencahayaan di sana.

Tubuh yang semula bersih itu tak lagi ada, tergantikan dengan bekas-bekas pukulan yang memberi kesan buruk rupa pada kulit putihnya. Ia bersandar, punggungnya menyentuh dinding yang begitu dingin. Rasanya tubuhnya tak lagi bisa bergerak. Ia memegang perutnya, sedikit berjengit ketika sentuhan ringan tangannya mengenai permukaan kulit, begitu banyak pukulan yang dia terima di sana.

Sudah berapa hari ia tertahan di sini? Dua hari ya? Pemberontakan yang ia lakukan pun rasanya tak berarti, yang ada tubuhnya semakin merasakan sakit.

Ia tersenyum, ia kembali merasakan sensasi ketika masih berada di pelelangan kotor itu. Putus asa, perasaan tersebut dengan lancang merasukinya, Kim Jungoo, ia merasa tenaga serta kekuatan tubuhnya selama ini menghilang begitu saja.

Matanya memejam, ia terkekeh hambar kemudian. Perutnya berbunyi keras, ia lapar, pria buntung yang menculiknya itu bahkan tak memberinya air, kecuali air yang di siramkan ke tubuhnya untuk membangunkannya secara paksa.

Pelit sekali orang tua menyebalkan itu, setidaknya berikan Jungoo makanan sebelum kepala nya di ambil.

Telinganya mendengar suara pintu yang di buka, derap langkah milik beberapa orang terdengar mendekatinya.

Jungoo menghela nafas, ia akan di hajar lagi?

Pria Choi yang melihat Jungoo seperti mayat hidup itu menggeleng, baru di pukul seperti itu kelihatannya sudah seperti akan mati. Bocah lemah.

Kaki berbalut pantofel hitam nya menendang kaki Jungoo, beberapa kali hingga membuat Jungoo mendongak dengan wajah kesalnya.

"Kau masih hidup bocah?" Pria Choi itu bertanya dengan sarkastik.

Jungoo berdecak, ia menjawab dengan ketus, "Ayolah... Jangan bertele-tele Pak tua, kalau lo emang mau kepala gue, ambil aja."

Choi Dongsoo terkekeh pelan, hm, makhluk pirang ini sudah menyerah ya?

Ia berjongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan si pirang yang masih bersandar pada dinding, Choi mengusap wajah Jungoo sebelum bertanya, "Bagaimana jika aku mengajukan sebuah negosiasi?"

Jungoo menggeram, ia menjauhkan wajahnya dari sentuhan tangan keriput yang lancang berada di mukanya, "Gue enggak minat," Jawab Jungoo dengan datar.

Choi kembali tertawa, sekarang ia tau mengapa si pirang ini dapat membuat seorang seperti Lee Jihoon tergila-gila. Dengan wajah lebam seperti itu pun wajahnya masih nampak manis serta menggoda(?).

Choi Dongsoo kembali berucap, "Khianati saja kekasihmu itu, dan bekerjalah untukku, nampaknya orang-orang juga menyukai visual mu."

Jungoo menaikkan alisnya, "Kekasih? Siapa?"

Choi mengapit dagu Jungoo, menjadikan wajah mereka berdekatan, "Jonggun, bukankah begitu nama bocah yang memiliki dua marga sekaligus itu?"

Jungoo membuang pandangannya ke arah lain, "Hah? Lo bicara omong kosong..." Ucapnya dengan semakin memelan di akhir kalimat.

Tangan Jungoo mengepal, apakah Jonggun baik-baik saja? Jika Jonggun baik-baik saja, Jungoo berharap pada satu hal, bisakah Jonggun datang untuk menyelamatkan nya? Tapi, apakah itu mungkin?

Choi menatap datar Jungoo yang malah memalingkan wajahnya, ia bertanya, "Jadi, kau menolak tawaran ku?"

"Ya, gue lebih milih membusuk di neraka daripada kerja dengan orang macam lo, Pak tua," Jawab Jungoo dengan menatap tajam pria Choi tersebut.

Sangkar || GunGooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang