1. Belajar bersepeda
2. Belajar berdansa
3. Mencuri buah dari pohon milik orang
4. Masuk-keluar pintu putar otomatis
5. Makan mie dicampur es krim
6. Foto sama buaya
7. Punya barang couple sama pacar
8. Photobooth sama pacar
9. Konser piano sendiri
10. MenikahYesaya menurunkan selembar kertas itu dari pandangannya dengan wajah masam. Matanya menatap sosok yang sedang berseri-seri di hapadannya itu. "Lo mau gue wujudin semua bucket list lo ini? Seriously?"
Kania mengangguk semangat.
"Sinting."
Cowok itu menyerahkan kertas yang berisi keinginan Kania itu kembali pada penulisnya.
"Loh kenapa?"
"Nyuri buah? Keluar masuk pintu? Sehat lo? Bukannya seneng yang ada kita ditangkep pihak berwajib." Yesaya menatap Kania julid. Lagian aneh sekali permintaannya, mana ada foto sama buaya lagi. Apa masa kecilnya kurang bahagia?
"Ih, Aya, lo udah janji sama gue."
Yesaya berdecak. Menyesal dia setuju.
"Yaudah gini deh, kita lakuin dari yang paling gampang dulu." Kania meletakkan tangan di dagunya sembari berpikir, "Gimana kalau kita belajar sepeda aja? Lo bisa sepeda kan?"
Yesaya mengernyit. "Emang lo nggak bisa?"
"Nggak," jawab Kania sambil menggeleng.
"Gampang padahal."
"Ya tapi gue emang beneran nggak tahu. Nyokab ngelarang gue buat sepedaan, katanya bahaya."
"Bahaya dari mana? Sepeda tuh sehat kali."
"Ya makanya, karena di sini nggak ada nyokab jadi gue pengen belajar sepeda."
Yesaya mendengus. "Ya kenapa harus gue? Kenapa bukan orang lain?"
"Karena lo udah janji. Lelaki sejati itu megang omongannya."
SKAK.
Langsung diulti dong.
Yesaya jadi merasa harga dirinya sebagai cowok dipertaruhkan. "Gue pegang omongan gue kok. Yaudah fine, gue ajarin."
Kania tersenyum puas.
Ini Kania sudah seperti counternya Yesaya. Apapun kemauan Kania meski bersungut-sungut toh tetap Yesaya lakukan.
***
Sebenarnya Yesaya itu mageran banget, mau keluar saja dia sering berpikir dua kali sebelum berkata ya. Cowok itu hanya keluar kalau ada keperluan penting. Biasanya kalau ada janji temu tapi janji itu dibatalkan ia tidak akan marah, justru ia senang. Bertemu dan berinteraksi dengan orang lain terlebih orang asing adalah pekerjaan baginya. Namun sejak mengenal Kania trait-nya yang satu itu seperti tidak berlaku. Apa saja yang diucapkan cewek itu tanpa sadar Yesaya menurutinya. Bahkan bersepeda di cuaca dingin dengan jalanan bersalju pun ia sanggupi.
Memang the power of bucin, kata Aby kala mendengar kabar bahwa keduanya pergi ke lapangan di belakang villa untuk latihan sepeda.
"Kita belajar buat seimbang dulu. Lo harus bisa nyeimbangin sepeda lo biar lurus nggak belok-belok." Yesaya sudah berada di samping Kania sementara cewek itu naik di jok sepeda. "Tangan lo taruh di sini." Yesaya menuntun tangan Kania untuk berada pada grip di kedua sisi sepeda.
"Oke.."
"Nah, yang ini remnya kalo lo pengen berhenti remas aja remnya." Yesaya kemudian berdiri di belakang Kania. "Sorry, tapi gue pegang pinggang lo nggak papa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity
FanfictionYesaya si kulkas berjalan yang enggan berinteraksi dengan orang yang tidak ia kenal malah berurusan dengan Kania, gadis gila yang ia temui saat perjalanan menuju ke Prague. Niat awal yang ingin melepas stress sehabis sidang tugas akhir itu malah ter...